LIMA TOKOH PEMIMPIN IDEAL
Oleh: Munif Kholifah Sulistiyoningrum
Beberapa Teori Tentang Syarat Kepemimpin Ideal
Berbicara tentang kepemimpinan, ada banyak pemikiran dan teori mengenai karakter kepemimpinan yang ideal. Memimpin yang diharapkan mampu menjalankan kekuasaannya secara efektif dan efisien, sehingga dapan mensejahtarakan rakyatnya. Berbagai buku serta literatur telah banyak membahas hal ini. Berikut ini ádalah komponen yang harus dimiliki seorang pemimpin yang efektif dan efisien. Menurut Ruth M. Tappen dalam buku “Nursing Leadership and Management : Concepts and Practice” (1995) syarat pemimpian yang demikian adalah Knowledge, Self Awareness, Communication, Energy, Goals dan Action.
1. Knowledge/Pengetahuan
Seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan yang baik tentang kepemimpinan dan ilmu tentang ruang lingkup kerja profesinya yang terdiri dari pengetahuan kognitif maupun skill/keterampilan. Seorang pemimpin akan dihadapkan pada situasi tertentu dimana dia harus mengambil keputusan yang tepat dalam menyelasaikan masalah. Dasar untuk pengambilan keputusan yang tepat adalah pengetahuan dan kemampuan berpikir kritis yang dimiliki. Oleh karena itu untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif yang mampumengambil keputusan yang tepat dalam suatu situasi tertentu maka harus memiliki pengetahuan tentang hal-hal beriku:
Pertama, leadership. Seorang pemimpin harus mengetahui tentang konsep kebutuhan dasar manusia, teori motivasi, teori bekerja dalam kelompok dan ilmu perilaku. Dengan pengetahuan tersebut maka ia akan lebih bisa memahami karakter anak buah/bawahannya dan hal ini bisa membantu leader dalam menentukan tindakan apa yang harus dilakukan pada bawahan agar dapat mempengaruhi motivasi dan perilakunya agar dapa bekerja sama dalam mencapai tujuan.
Seorang pemimpin juga harus mengetahui gaya-gaya kepemimpinan yang sesuai untuk situasi-situasi tertentu sehingga dapat mengambil sikap yang tepat dalam situasi tertentu. Leader juga harus memiliki visi yang jelas dan harus mensosialissikan dan mengkomunikasikan visi tersebut kepada bawahan sehingga bawahan bekerja bukan karena terpaksa tapi karena mereka juga menginginkan hal tersebut. Beberapa orang memang terlahir dengan bakat dan karakter seorang pemimpin tapi sifat dan karakter kepemimpinan bisa dipelajari dan dilatih agar dapat menjadi pemimpin yang efekif dan efisien.
Kedua, pengetahuan tentang lingkup profesi. Seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan yang baik tentang lingkup kerja profesinya baik pengetahuan kognitif maupun skill atau keterampilan sehingga dia bisa menjadi role model dan panutan bagi bawahan, dapa menambah dn memberikan energi positif pada bawahan dalam melaksanakan tugas.
Ketiga, Critical thinking/berpikir kritis. Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan berpikir kritis dalam hal pengambilan keputusan yang tepat untuk kepentingan klien maupun dalam memberikan arahan kepada bawahan. Hasil dari berpikir kritis akan ditemukan metoda baru yang lebih efekif sehingga bawahan bekerja bkan hanya sekedar mlakukan hal yang telah menjadi rutinitas tapi bisa mencoba hal baru yang lebih positif.
2. Self Awareness/Kesadaran Diri
Pemimpin yang baik harus mengenal dirinya dengan baik, diawali dengan mengevaluasi kekurangan dan kelebihan yang dimiliki sehingga kekurangan tersebut dapat ditingkatkan. Perlu juga evaluasi tentang perasaan dan situasi yang berhubungan serta mekanisme koping yang dilakukan. Identifikasi koping yang dilakukan serta perbaiki koping yang destruktif atau maladaptive kearah koping yang konstruktif atau tidak merugikan dan menyakiti diri sendiri dan orang lain.
Dengan kesadaran diri yang baik kita akan menyadari bahwa tak ada manusia yang sempurna, setiap orang berhak untuk mengalami dan mengekspresikan rasa senang, sedih, kecewa, bahagia, cemas dn sebagainya. Seorang pemimpin yang baik harus bisa mengenali tanda-tanda ini pada bawahannya dan selalu berusaha belajar cara mengahadapi kondisi yang ada dengan cara yang baik.
Kesadaran diri yang baik akan membangun rasa empati yang akan membentuk rasa kedekatan, kepercayaan dengan bawahan sehingga akan membangun suasana kerja yang harmonis, saling menghargai dengan bawahan sehingga memudahkan dalam kerja sama dalam mencapai tujuan. Seorang pemimpin yang baik tidak ragu untuk meminta evaluasi dari bawahan tentang gaya kepemmpinannya dan begitu pula sebaliknya. Masukan-masukan tersebut dijadikan motivasi untuk merubah diri kearah yang lebih baik.
3. Komunikasi
Komunikasi adalah jantungnya kepemimpinan. Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik terhadap teman maupun bawahan karena komunikasi yang baik adalah merupakan satu strategi dalam mempengaruhi orang lain. Teknik komunikasi yang harus dimilki diantaranya :
Pertama, mendengar aktif (active listening). Pemimpin yang baik akan memahami bahwa mendengarkan bawahan akan membuat mereka merasa dihargai dan merupakan sarana untuk mendapatkan feed back dari mereka. Lakukan klarifikasi dengan pertanyaan yang tepat dan tidak menyakiti untuk mendapatkan infomasi yang akurat dalam mengambil keputusan. Mendengar aktif akan membuat bawahan dapat mengungkapkan perasaan sehingga kebutuhan psikologisnya dapat terpenuhi dan sekaligus mengurangi rasa cemas yang dirasakannya.
Kedua, menyusun arah/arus informasi. Pemimpin harus membentuk alur komunikasi yang efektif sehingga dapat menghindari terjadinya miskomunikasi yang baik antara leader dengan bawahan, bawahan dengan rekan kerja maupun dengan pasien. Oleh karena itu pemimpin yang baik harus membangun suasana atau alur komunikasi yang baik pada saat bertemu maupun tidak bertatap muka.
Keempat, asertif. Pemimpin yang baik harus mempunyai sifat asertif terhadap bawahan. Leader harus menyediakan waktu untuk menerima masukan baik dari pasien maupun dari bawahan dan begitu pula sebaliknya. Masukan disampaikan dengan cara yang membangun, jelas, konstruktif dan tidak menyakiti.
Seorang pemimpin yang baik apabila menemukan kesalahan yang dilakukan oleh bawahan tidak mengeluarkan kata-kata yang membuat bawahan tersebut merasa sangat bersalah dan menyakiti hatinya. Feedback yang baik adalah memberikan kata yang bijak tanpa menyakiti diikuti dengan pemberian informasi tentang apa yang seharusnya dilakukan
Kelima, saling memberi umpan balik. Anggota tim atau bawahan membutuhkan evaluasi atau feedback seperti halnya pemimpin. Feedback berfungsi untuk meningkatkan self awareness/kesadaran diri mencegah asumsi negatif terhadap perilaku seseorang dan untuk menjadi petunjuk dan motivasi dalam proses perubahan kearah yang lebih baik.
Keenam, Linking dan networking. Seorang pemimpin harus memiliki jalur dan akses yang jelas dan mudah baik dalam memperoleh informasi terbaru maupun dalam melakukan komunikasi dengan profesi atau instansi lain yang dapat dijadikan tim dalam bekerjasama dalam menyelesikan suatu masalah yang ada. Pemimpin harus mempunyai pergaulan yang luas dengan profesi lain sehingga memudahkan dalam menjalin kerjasama
Ketujuh, mengkomunikasikan visi. Seorang pemimpin harus mempunyai visi yang jelas dan harus mengkomnikasikan dengan baik kepada bawahannya. Kemampuan mengkomunikasikan visi dengan baik akan dapat membangun motivasi, kerjasama dan memberikan energi yang baik bagi bawahan dalam bekerja ntuk mencapai tujuan. Visi yang jelas dan menarik akan membuat bawahan termotivasi untuk bekerja bukan karena keterpaksaan tapi karena merteka juga menginginkan hal itu.
4. Energi
Seorang pemimpin harus terus menerus tampil dengan energi yang baik dalam penampilan dan pekerjaannya. Untuk memiliki energi yang baik dan semangat yang baik maka seorang pemimpin harus memiliki rasa percaya diri dan memiliki hidup yang seimbang sehingga energi dapat terus menerus terjaga.
Energi atau semangat yang dimiliki oleh seseorang akan dapat ditularkan keorang lain. Seperti halnya kita bisa sedih dengan kesedihan orang lain, kita bisa bahagian dengan kebahagiaan orang lain dan kita juga bisa semangan dan penuh energi karena teman dilingkungan kita juga penuh semangat.
Pemimpin yang selalu terlihat semangat dalam penampilan dan bekerja akan memotivasi bawahan untuk meningkatkan motivasi dan produktivitas kerjanya. Energi yang dimiliki seorang pemimpin akan mempengaruhi respon bawahan terhadap dirinya maupun terhadap pekerjaan yang dilakukan.
5. Goals/Tujuan
Tujuan adalah apa yang akan diralisasikan atau arah yang akan dicapai, alasan seseorang dan merupakan motivasi untuk berbuat sesuatu/ melakukan pekejaan tertentu. Seorang pemimpin harus mempunyai tujuan yang jelas yang meliputi Apa. Siapa, Kenapa dan Bagaimana. Tujuan ini kemudian harus dikomunikasikan dengan bawahan agar mereka bisa menerima, memahami dan menyetujui tujuan tersebut sehingga dapat didiskusikan bersama cara pencapaiannya.
6. Action/Tindakan
Seorang pemimpin yang baik adalah pandai dalam mengambil keputusan yang tepat dan berorientasi pada tindakan/action. Untuk dapat mengambil keputusan dan bertindak dengan baik maka seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan, kesadaran diri, kemampuan berkomunikasi dengan baik, energi, dan tujuan yang jelas. Seorang pemimpin harus menjadi role model yang baik dalam cara kepemimpinannya, dalam pelaksanaan tugas maupun dalam membangun kerja sama dan bekerja sama dengan orang lain termasuk dengan bawahannya.
Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan dan keterampilan profesionalisme yang tinggi yang dikarakteristikkan dengan pengetahuan dan keterampilan yang baik. Mempunyai kemampuan perencanaan yang baik, koordinasi, evaluasi dan organisasi bawahan dengan baik sekaligus juga sebagai support sistem dan role model yang baik bagi bawahannya.
Seorang pemimpin harus selalu penuh semangat dan memiliki energi yang besar sehingga dapat mempengaruhi bawahan untuk meningkatkan produktivitas dalam bekerja. Pemimpin yang baik selalu penuh inisiatif dan berani mengambil resiko dalam menerapkan hal baru yang berguna dalam mempermudah dan mempercepat proses pencapaian tujuan dan berani menghadapi pihak lain yang tidak sejalan dengannya dan teguh memperjuangkan kebenaran yang diyakininya.
Dari keenam komponen yang harus dimiliki seorang pemimpin yangefektif diatas kemudian disempurnakan oleh Ruth M. Tappen dalam buku Essential of Nursing Leadership and Management.3th ed. (2004), bahwa seorang pemimpin yang efektif harus memiliki kualitas diri dan kualitas perilaku sebagai berikut :
Kualitas diri : integritas, Berani mengambil resiko, inisiatif, energy, optimis, pantang menyerah (perseverance), seimbang, Kemampuan menghadapi stress, dan Kesadaran diri serta memiliki Kualitas perilaku seperti: Berpikir kritis, Menyelesaikan masalah (problem solving), Menghormati/menghargai orang lain, Kemampuan berkomunikasi yang baik, Punya tujuan dan mengkomunikasikan visi dan meningkatkan kemampuan diri dan orang lain
Eric Hoffer, seorang penulis di bidang sosial dan filsuf Amerika mengungkapkan ada tiga hal yang mendasari kepemimpinan. “Pemimpin harus praktis dan membumi, sertabisa berbicara dalam bahasa yang realistis dan idealis.” (“The leader has to be practical and a realist, yet must talk the language of the visionary and the idealist”). Dengan kata lain seorang pemimpin haruslah idealis, realitis dan optimis.
Idealisme merupakan kunci seorang pemimpin menentukan arahnya. Pemimpin yang idealisme berpegang pada kondisi ideal saat ini dengan kondisi yang ingin dicapai. Idealisme juga berkaitan dengan inspirasi. Arah perjalanan yang jelas merupakan sumber inspirasi dalam berjuang. Masuk akal bila seorang pemimpin nasional idealnya juga seorang inspirator, yang memiliki gagasan-gagasan inspiratif, baik kecil maupun besar, yang menjadi salah satu landasan dalam meletakkan arah perjalanan bangsa.
Karenanya, pemimpin yang memiliki idealisme adalah pemimpin yang visioner. Pandangannya tidak hanya ke masa kini, juga ke ; tidak hanya menyangkut hal-hal praktis kekinian, juga yang idealis-inspiratif.
Poin kedua adalah realitis. Realisme menyangkut pengertian dan pemahaman akan kondisi dan situasi yang berkembang. Seorang pemimpin yang realistis harus berpijak bukan hanya pada visinya tetapi juga dengan fakta dan realitas di sekelilingnya. Seorang pemimpin yang kehilangan realitas tidak hanya akan kehilangan kepercayaan dari yang dipimpinnya, juga akan membawa ketertinggalan kepada kelompoknya. Pasalnya, gerak kemajuan suatu bangsa secara relatif memakan waktu lama, setiap proses kemunduran akan menghasilkan waktu yang jauh lebih lama untuk kembali ke keadaan yang diinginkan. Ini sudah terbukti dari pengalaman berbagai negara, termasuk misalnya China di masa Mao Zedong dan Filipina dengan Fidel Marcos.
Marian Anderson mengatakan, "kepemimpinan harus dilahirkan dari pemahaman akan kebutuhan dari yang dipimpinnya” (“leadership should be born out of the understanding of the needs of those who would be affected by it”). Idealisme dari kepemimpinan harus dibangun di atas fakta dan realitas yang berkembang.
Pemimpin yang memiliki idealisme dan realisme adalah visionaris yang rasional. Namun, kedua landasan tersebut belum mencukupi kriteria seorang pemimpin. Diperlukan fondasi yang ketiga yakni optimisme.
Optimisme berkaitan dengan adanya energi, kemampuan manajerial, kesanggupan untuk introspeksi (self-retrospection) dan semangat positif bahwa kondisi ideal yang diinginkan, yang didasarkan realitas, dapat dicapai. Pemimpin yang memiliki optimisme akan mampu menjadi penggerak dan pemandu orang-orang sekelilingnya. Landasan kepemimpinan ketiga ini mensyaratkan bahwa pemimpin adalah figur yang cakap (terampil), berpengetahuan dan sekaligus menjadi tauladan.
Seorang pemimpin yang optimis harus mampu membedakan fakta dari fiksi; hal mendesak dari yang dapat ditunda; vital dari yang kurang penting; salah dan benar. Selain itu, diperlukan adanya keterbukaan, kejujuran dan kerendahan hati (humility). Tanpa hal terakhir ini, mustahil seorang pemimpin mau dan mampu melakukan self-evaluation terhadap kepemimpinannya. Dengan sendirinya, mustahil pemimpin menjadi inspirator dan panutan.
Dari fondasi ketiga ini, sayangnya, bekas pemimpin nasional kita gagal. Kadar humility rendah, self-restropection minim dan ketauladanan jauh dari harapan, karena pemimpin yang optimis, tidak hanya visionaris yang rasional, juga yang cakap dan rendah hati.
Dalam hal ini Goleman membagi gaya kepemimpinan menjadi enam macam, antara lain, Coercive (mampu memenuhi kebutuhan secara cepat), authoritative (memobilisasi masyarakat dengan visi), affiliative (mampu menciptakan harmoni dan membangun ikatan-ikatan emosional), democracy (membuat konsesus melalui partisipasi), pacesetting (meletakkan standar performa yang tinggi), dan coaching (membangun masyarakat demi yang lebih baik). Karakter dasar ini harus dimiliki seorang kandidat presiden karena ia akan menjalankan tugas kepemimpinan apalagi di negara dengan populasi penduduk yang mencapai lebih dari 200 juta jiwa ini.
Pertama, seorang pemimpin yang hendak dipilih adalah seorang elite politik yang memiliki tanggung jawab besar, haruslah memiliki pengetahuan yang luas. Unsur ini sangat penting di masa kini. Mengapa demikian? Agar dapat berubah lebih cepat dalam persaingan yang ketat dan cepat dimana lingkungan yang sangat tidak pasti untuk ke depan, pemimpin harus mampu berfungsi sebagai katalis dalam problem solving, toleran terhadap resiko, berfikir dalam gambaran keseluruhan dengan keahlian teknis yang menonjol, fokus dalam mengembangkan hal-hal yang tidak terukur, memiliki keterampilan non teknis dan pengetahuan lintas fungsi/antar disiplin seperti matematika, logika, sejarah, filsafat, sastra dan bahasa asing serta disiplin ilmu lainnya.
Kedua, pemimpin harus memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan informasi dengan baik dan mengkomunikasikannya dengan jelas, singkat, dan persuasif, keterampilan untuk menganalisis informasi yang kompleks sampai membuat keputusan yang tepat berdasarkan pendekatan secara logis. Biasanya seorang pemimpin akan mencari solusi atau jawaban yang terbaik, bukan jawaban yang ingin kebanyakan didengar oleh bawahan.
Ketiga, seorang pemimpin yang hebat biasanya juga “knowledge worker” yang seringkali memiliki pengetahuan antardisiplin dan memiliki pengalaman, serta secara bersamaan menerapkan pengetahuan yang berasal dari beberapa bidang untuk memecahkan masalah. Mereka seringkali dapat mengkombinasikan pengetahuan yang berbeda-beda, seperti bisnis dan teknologi. Keempat, adalah seorang pemimpin juga harus mengerti visi organisasi yang spesifik dan berperan untuk bisa melihat dan merespon kebutuhan masyarakat.
Selain hal-hal tersebut, kandidat presiden hendaknya memenuhi beberapa ciri kepemimpinan sebagai berikut; pertama, memiliki kecakapan khusus(skill), pendidikan, nilai-nilai, dan kepribadian; kedua, memilliki kemampuan dan persepsi manajerial yang baik; dan ketiga, memiliki self knowledge dan self reflection.
Senada dengan beberapa teori di atas, Warren Bennis juga mengemukakan karakter kepemimpinan ideal yakni visioner, kemauan yang kuat, integritas, kepercayaan, keberanian dan curiosity (On Becoming a Leader, 1994: 39-42).
Beberapa Tokoh Pemimpin Ideal
Beberapa tokoh panutan yang kepemimpinannya cukup ideal dan banyak menginspirasi kehidupan saya antara lain adalah Rasulullah Muhammad saw, Khalifah Umar bin Khattab, khalifah Umar bin Abdul Aziz, Sukarno, dan Gusdur.
1. Rasulullah Muhammad saw.
Rasulullah Muhammad saw. adalah sosok Yang bergelar Al Amin (Terpercaya) sehingga factor kejujuran sangat melekat dalam diri beliau sebagai seorang pemimpin besar, selain itu yang harus dimiliki sebagai seorang pemimpin adalah sifat Sidiq, Tablig, Amanah dan Fatonah.
Pertama Sifat Sidiq adalah merupakan keharusan prilaku yang dimiliki pemimpin haruslah terpercaya, baik itu secara lisan maupun perbuatan jadi ketika seseorang yang mau menjadi pemimpin atau yang sudah jadi pimpinan saat ini melakukan pembohongan atau berprilaku seperti itu berarti dia tidaklah layak sebagai pemimpin, Kedua adalah sifat Tablig seorang pimpinan adalah penyampaikan pesan untuk Rakyat dan Ummatnya pesan tersebut adalah pesan yang berupa kebaikan untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat luas bukannya pesan sebaliknya yang bisa menimbulkan keresahan karena saling menjatuhkan satu dengan yang lainnya, ketiga adalah Amanah yang artinya dapat dipercaya Seorang pemimpin adalah pemegang amanah Rakyat idealnya apa yang diperbuat adalah untuk kepentingan bagi pemberi amanahnya bukannya untuk kepentingan untuk memperkaya diri, kepentingan golongan dan partainya. Yang terakhir adalah Fatonah adalah sosok pimpinan haruslah orang yang cerdas karena masa depan Bangsa dan Negara ada di genggaman Dia kalau kita memilih pemimpin yang tidak cerdas yang akan terjadi adalah Boneka dari orang-orang di sekitarnya yang berbuat sesuai kepentingannya sendiri.
2. Umar bin Abdul Aziz
Beliau adalah khalifah ke-8 pada dinasti Bani Umayah. Diantara prinsip dan idealisme politik Umar bin Abdul Aziz yang sangat penting dicatat adalah:
Pertama, Kesederhanaan dan kebersahajaan, arah ini ditujukan pada seluruh rakyat, bangsawan maupun rakyat jelata. Seluruh rakyat Bani Umayah dianjurkan mempunyai sikap dan perilaku yang sederhana dan bersahaja. Hal ini bisa diikuti oleh seluruh rakyat, sekalipun tradisi semacam ini dianggap bertentangan dengan kebijakan khalifah sebelumnya. Umar bin Abdul Aziz sendiri yang membuktikan dan memberi tauladan tentang hal ini. Sebelum menjadi khalifah beliau termasuk orang yang paling mewah hidupnya, tepatnya waktu beliau menjadi Gubernur di Madinah dan ketika menjadi Katib. Setelah diangkat menjadi khalifah, beliau justru bersikap sebaliknya, seluruh harta benda di jual dan di kembalikan untuk kepentingan Negara( bait al mal ).
Kedua, kejujuran. Menurut ajaran Islam,sikap dan perilaku jujur harus di miliki oleh setiap individu muslim, apalagi seorang pemimpin. Apabila seorang pemimpin memiliki sikap jujur ini, maka Negara akan aman dan tenteram. Sangat kecil kemungkinan terjadi korupsi, kolusi maupun nepotisme (KKN). Kejujuran merupakan tiang utama untuk membangun suatu Negara maupun masyarakat dalam arti seluas luasnya, kemunduran suatu Negara akan sangat tergantung pada perilaku yang di miliki oleh para penguasa.
Ketiga. Keadilan dan Kebenaran. Dalam masa kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz, keadilan dan kebenaran menjadi prinsip yang kuat dalam mengendalikan Negara dan rakyat. Beliau terkenal sebagai khalifah yang sangat memperhatikan rakyatnya. Agar terhindar dari sifat kezaliman, Umar bin Abdul Aziz banyak mengembalikan tanah tanah yang dulu di rampas oleh penguasa-penguasa zalim sebelumnya. Beliau mengembalikannya pada pemilik yang sah. Bahkan beliau memecat para pejabat yang menguasai tanah rakyat.
Keempat, pembasmian feodalisme. Sikap dan perilaku feodal di kalangan istana dan masyarakat luas dikikis habis. Menurutnya, sikap dan perilaku demikian justru akan menimbulkan diskriminasi antara bangsawan dan rakyat jelata. Umat bin Abdul Aziz sangat tidak setuju terhadap adanya pembedaan kelas maupun keturunan. Baik keturunan Arab maupun keturunan non Arab. Baginya yang membedakan mereka hanya takwa, keimanan dan keyakinan terhadap Allah SWT. Meskipun Umar bin Abdul Aziz keturunan kaum feodal Bani Umayah, dalam kehidupan sehari hari beliau bertindak tegas menentang sistem kaum feodal. Beliau tidak setuju dengan cara cara kaum feodal yang menguasai beberapa bidang tanah luas untuk kepentingan kerabat kerabat istana. Beliau sendiri membuktikan tanah tanahnya yang luas telah di berikan ke bait al-mal untuk kepentingan kaum musilimin. Beliau juga sangat tidak setuju kalau kalangan istana harus di beri penghasilan dalam jumlah yang besar dan diambil dari budget Negara, sementara mereka tidak bekerja.
Umar bin Abdul Aziz menganggap perilaku pelayanan seperti ini tidak adil, dengan demikian semua cara dan praktek feodalisme yang di lakukan oleh Kalifah sebelumnya di hapus. Dalam pembasmian feodalisme, Umar bin Abdul Aziz mengambil kebijakan untuk mengurangi beban pajak yang biasa di pungut dari orang orang Nasrani. Beliau memerintahkan penghentian pungutan pajak dari kaum Nasrani yang telak masuk Islam. Sikap seperti ini merupakan kebijakan yang mengacu pada tauladan dari Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin sebagaimana yang tertuang pada piagam Madinah.
3. Sukarno
Sukarno adalah proklamator kemerdekaan RI dan presiden Indonesia pertama. Ia adalah sosok pemberani yang anti kolonialisme. Pada pertengahan tahun 50-an Soekarno dianggap penyambung suara Dunia Ketiga. Ia dielu-elukan sebagai pemimpin handal baik di Barat maupun Timur. Namun, perjuangan Soekarno melawan imperialisme, politik konfrontasi dan minatnya terhadap komunisme Cina membuatnya terasing.
Cap warga kelas dua membuat Soekarno dan kaum terpelajar bangkit melawan kolonialisme. Setelah studi insinyur di Technische Hogeschool Bandung (sekarang Institut Teknologi Bandung), ia memimpin gerakan nasionalis non-kooperatif (Non-Ko) dan menolak bekerja sama dengan pemerintah Hindia Belanda. Soekarno langsung menjadi batu sandungan dan memulai konflik dengan otoritas Hindia Belanda
Soekarno tampil di ajang politik internasional dan definitif mencampakkan stempel warga kelas dua. Ia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 di Jakarta ditemani rekan seperjuangannya Mohammad Hatta. Dibarengi perjuangan pelik, Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia..
Sukarno dikenal sebagai Maskot Dunia Ketiga. Sewaktu Konferensi Asia Afrika di Bandung, ia mendapat kesempatan untuk tampil di forum internasional sebagai sosok anti neo-kolonialisme. Soekarno sadar akan kekhawatiran Amerika terhadap KAA. Ia sengaja membuka KAA pada 18 April 1955, paralel dengan 18 April 1775 saat perajin perak Paul Revere bergegas dari Boston ke Concord memperingatkan kaum revolusioner di Amerika terhadap bahaya Britania.
Ia juga dikenal sebagai entertainer sejati. Pada 1956, Soekarno memutuskan untuk mengadakan perjalanan diplomatik keliling dunia. Kunjungan pertamanya dimulai Mei di Amerika Serikat. Dalam pidatonya di Kongres – diselingi tidak kurang 28 kali tepuk tangan – Soekarno mengambil hati publik dengan pengetahuannya tentang perjuangan kemerdekaan Amerika. Di Gedung Putih, ia berkenalan dengan The Eisenhowers yang memberikan cendera mata replika piring perak buatan Revere. Usai tickertape-parade di New York, Soekarno beserta delegasi bertolak 7 Juni ke Kanada. Soekarno melakukan wawancara dengan sebuah radio setempat dalam bahasa Perancis.
Eropa adalah agenda selanjutnya. Italia berada di urutan pertama. Pada resepsi di taman Istana Kepresidenan Quirina, Soekarno menunjukkan kebolehannya sebagai penghibur. Ketika Presiden Gonchi dan ajudannya meninggalkan lokasi, Soekarno mengajari tamu-tamu lainnya tarian Indonesia. Ia sengaja berimprovisasi dan “memaksa” tokoh-tokoh prominen Roma – diantaranya wanita bangsawan dan rohaniwan – bertekuk lutut. Sehari sesudahnya, Soekarno mengadakan audiensi formal ke Paus Pius XII di Vatikan.
Kunjungan Soekarno dilanjutkan ke Republik Federal Jerman. Ia disambut oleh Presiden Heuss dan Kanselir Konrad Adenauer pada 18 Juni 1956 di Bonn. Soekarno memperlihatkan intelektualitas dan kepiawaiannya berbahasa asing. Di Universitas Heidelberg pada 22 Juni 1956 ia memberikan pidato dalam bahasa Jerman. Orasinya sarat dengan tema-tema filosofis Hegel, filosuf dan tokoh gerakan Jerman yang sangat terkenal.
Kepandaian, kepiawaian dan keberaniannya membuat Sukarno sulit diikuti oleh pemimpin Indonesia sesudahnya. Meski di akhir kekuasaannya ia banya dicerca dan bahkan diasingkan, saat ini justru banyak diidolakan. Ia memang sosok pemimpin yang layak menjadi idola siapa saja, termasuk para pemimpin Indonesia selanjutnya.
4. KH. Abdurahman Wahid (Gusdur)
Gusdur adalah salah satu tokoh yang paling banyak menginspirasi kehidupanku. Beberapa karakter yang dimiliki beliau antara lain:
Pertama, Rendah Hati. Ilmu pertama yang saya dapatkan dari seorang Gus Dur adalah kerendahan hati. Gus Dur adalah seorang keturunan darah biru (ningrat). Ayahnya, KH. Wahid Hasyim adalah putera KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Ormas NU dan Pesantren Tebu Ireng Jombang. Namun, Gus Dur tidak pernah sombong dengan hal itu. Ketokohan dan kepopuleran Gus Dur bukan karena ia sudah terlahir sebagai cucu tokoh besar Indonesia, namun karena proses yang begitu panjang dalam hidupnya. Karakternya sebagai pemimpin yang rendah hati sudah terbentuk sejak ia masuk Pesantren Tambakberas, Jombang tahun 1956. Bersama santri-santri lainnnya, ia mengalami hal yang sama dalam proses belajar, tidak ada perbedaan. Hal itulah yang Gus Dur bawa kemanapun dan mudah diterima oleh siapa saja.
Kedua, Kesederhanaan. Barangkali diantara semua presiden Indonesia, hanya Gus Dur yang berani mengubah gaya formal dan kekakuan Istana Negara menjadi “istana rakyat”. Wartawan maupun masyarakat mendapatkan akses mudah, hubungan mencair dan penuh goyonan. Sandal jepit, sarung ataukah yang selama ini “diharamkan “ di Istana Negara tidak menjadi persoalan. Nuansa kesederhanaan semasa di pesantren seakan pindah ke Istana Negara. Gaya berpakaian Gus Dur tidak seelok dan perlente Soekarno. Cukup kopiah dan pakaian sederhana. Kita semua masih ingat, ketika Gus Dur digulingkan kekuasaannya sec ara inkonstitusional oleh DPR-RI tahun 2001, Gus Dur meninggalkan Istana Negara hanya menggunakan kaos, celana pendek dan sandal. Inilah gaya kepemimpinan Gus Dur, sederhana namun bersahaja dan bijaksana.
Ketiga, Humanis. Tidak banyak pemimpin di dunia ini yang menerapkan prinsip humanis daripada otoriter dan kepintaran. Gus Dur adalah seorang pemimpin yang menerapkan prinsip humanis dalam gaya memimpinnya. Tidak mengherankan jika Gus Dur mendapatkan banyak penghargaan dalam bidang perdamaian seperti, Doktor Honoris Causa Bidang Perdamaian dari Soka University, Jepang (2003), Global Tolerance Award dari Friends of the United Nations, New York (2003) dan World Peace Prize Award dari World Peace Prize Awarding Council (WPPAC), Seoul, Korea Selatan (2003). Dengan gayanya yang humanis, Gus Dur tahu apa yang menjadi kebutuhan masyarakat . Gus Dur berbicara di Masjid, Gereja dan tempat-tempat ibadah lainnya, bukan atas nama agama, tetapi atas dasar prinsip kemanusiaan, bahwa manusia diciptakan untuk saling menghargai dan melindungi satu dengan yang lainnya. Inilah karakter pemimpin Indonesia yang saat ini sangat dibutuhkan,pendekatan secara humanis kepada rakyatnya bukan kekuasaan semata.
Keempat, Humoris. Inilah gaya Gus Dur yang sangat khas, humoris dan penuh guyonan-guyonan segar. Dengan pendekatan yang humoris inilah seakan tidak ada jarak antara lawan atau kawan. Guyonan-guyonan Gus Dur memecah kebuntuan dalam setiap persoalan. Namun yang perlu diingat, guyonan dan sikap humoris Gus Dur sarat makna dan mengandung nilai-nilai kritik serta edukatif. Mungkin inilah cara Gus Dur menyampaikan sebuah pesan dalam bentuk guyonan-guyonannya. Ucapan Gus Dur, “gitu aja kok repot,” menjadi karakteristik tersendiri. Dalam suatu pertemuan dengan Fidel Castro, presiden Cuba, Gus Dur mengatakan bahwa Indonesia mempunyai empat presiden yang semuanya “gila”. Presiden pertama (Soekarno), gila perempuan; Presiden kedua (Soeharto), gila harta; Presiden ketiga (Habibie), gila teknologi; dan Presiden keempat (Gus Dur) membuat orang jadi gila. Mendengar penjelasan Gus Dur, Fidel Castro tertawa terbahak-bahak.
Kelima, visioner. Seni memimpin ala Gus Dur adalah visioner dan berani melakukan terobosan. Mungkin sebagian orang mengatakan kebijakan dan keputusan Gus Dur kadangkala “gila” dan kontroversial. Namun inilah kelebihan Gus Dur, apa yang dilakukannya dapat dipertanggungjawabkan dan ia sudah memperhitungkan untuk jangka panjang, bukan saat itu. Terobosan-terobosan oleh Gus Dur mengandung nilai kostrukstif, demokrasi, penegakkan hak asasi manusia dan perdamaian. Di era Gus Dur, ia berhasil memisahkan Kepolisian daari ABRI (sekarang TNI). Pada tanggal 26 Oktober 1999, ia membubarkan Departemen Sosial dan Departemen Penerangan yang selama masa Orde Baru menjadi kekuatan Soeharto. Tanggal 17 Januari 2000, menerbitkan Keppres No. 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan Instruksi Presiden Nomor 14 tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat China. Inilah cikal bakal hari raya Imlek dijadikan sebagai hari libur nasional. Selanjutnya pada tanggal 14 Maret 2000, mengusulkan pencabutan Tap MPRS No. XXV/1996 tentang pelarangan penyebaran marxisme, komunisme dan leninisme. Pemimpin sekarang harus belajar dari visioner gaya Gus Dur, keputusan yang diambil bukan karena kepentingan elit politik, pribadi ataukah kekuasaan semata. Apa yang Gus Dur lakukan untuk kemajuan bangsa. Baginya, keturunan Tionghoa adalah warga negara yang mempunyai hak sama serta banyak mengambil peran dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Mantan tahanan politik adalah manusia yang berhak memperoleh hak hidup layaknya manusia biasa, tidak lagi didiskriminasikan. Untuk kaum minoritas inilah, Gus Dur berani melakukan terobosan dan pemikiran yang jauh kedepan dalam bingkai kesatuan negara Indonesia.
Keenam, sabar dan pemaaf. Dalam era kepemimpinan Gus Dur sebagai Presiden Indonesia, entah sudah berapa banyak cacian, fitnah, teror dan sebagainya. Namun sepanjang kepemimpinannya itulah Gus Dur tetap memperlihatkan kesabaran dan jiwa pemaafnya. Seperti guyonannya, “gitu aja kok repot.” Ketika group lawak “Bagito Group” mempelesetkan gaya yang melecehkan Gus Dur, malah Gus Dur membuka pintu maaf untuk mereka. Gus Dur sering difitnahkan telah murtad, dibaptis di Gereja karena kedekatannya dengan kaum non-muslim. Selain itu, ia diisukan pula sebagai agen Zionis Israel karena idenya membuka hubungan diplomatik dengan Israel serta turut mengambil bagian dalam Yayasan Simon Perez. Penganut paham sekularisme barat, tidak berpihak kepada kaum Muslim dan dianggap melecehkan Al-Qur’an. Menghadapi semua tuduhan dan fitnah itu, Gus Dur menjawab dengan “nyeleneh”, gaya khasnya, “Buang-buang energi saja.” Sampai Gus Dur balik kepada sang Khalik, kita semua tidak pernah menemukan semua tuduhan-tuduhan itu. Memang kesabaran dan jiwa pemaaf Gus Dur dengan sendirinya melenyapkan fitnahan dan tuduhan-tuduhan yang dialamatkan kepadanya.
5. Hugo Chavez
Hugo Chavez adalah Presiden Venezuela yang kini gaungnya semakin kuat dalam kepolitikan global. Sang presiden pernah di coba di kudeta olah kelompok "kaum" pemodal. Karena mereka merasa, jika Hugo Chavez memimpin terus dengan ide-ide sosialis maka kehidupan mereka akan terancam. Sepak terjang sang presiden sangat memihak kaum miskin, terbukti banyak perusahaan negara yang dulu di kuasai oleh pihak asing kini di nasionalisasikan. Selain itu, peraturan dan undang-undang yang di jalankan di sana berdasarkan sistem referendum.
Hugo Chavez, memiliki program di televisi nasional (baca: Indonesia semacam TVRI) Hallo President. Dalam acara ini, rakyat bisa menyampaikan pendapatnya "masalah" kepada president, selain itu acara ini juga mengambarkan aktivitas sang president selama satu minggu. Selain itu, untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, maka dibuatlah misi-misi khusus yang bertugas menangani bidang-bidang publik yang bertujuan untuk memfokuskan kerja pada bidang masing-masing. Misalnya: Mission Robinson I, yaitu pemberantasan buta huruf bagi mereka yang terpaksa drop-out karena miskin mampu untuk dijalankan. Program ini adalah program pemerantasan buta huruf pertama kali dalam 102 tahun dan selesai Juni tahun lalu setelah 1.230.000 orang dianjarkan membaca. Dilanjutkan dengan Mission Robinson II mengajarkan 900.000 orang dewasa yang buta huruf hingga tingkat enam (hlm. 108).
Program pembangunan sekolah dan beasiswa bagi anak-anak orang miskin adalah Mission Ribas dan Sucre, program pembangunan pusat-pusat kesehatan di tiap barrio (kampung-kampung kumuh dan miskin) Mission Bario Adentro I, program kredit bagi petani kecil tak bertanah dan bertanah kecil Mission Vuelvan Caras, program pemastian makanan/sembako murah bagi rakyat miskin Mission Mercal, program pembuatan tanda identitas (cedullas) gratis bagi orang-orang yang sudah tinggal di Venezuela 20-30 tahun namun tak memperoleh hak perlindungan sebagai warga negara Mission Identidad, hingga saat ini, menurut informasi yang saya peroleh bahwa Mission Bario Adentro II ditetapkan untuk melanjutkan pembangunan pusat-pusat diagnosa kesehatan guna semakin mengintensifkan misi yang pertama.
Misi Robinson berhasil membebaskan Venezuela dari buta huruf di tahun 2005 lalu (data UNICEF) dan meluluskan 900.000 orang yang drop out sekolah dasar di tahun 2004. Mission Ribas menyekolahkan orang-orang yang drop out SLTA, dan Sucre memberi beasiswa untuk orang miskin masuk ke Perguruan Tinggi. Secara simultan juga membangun 200 Universitas Simon Bolivar di kota-kota. Selama 102 tahun rakyat tak pernah membayangkan program-program sosial ini dapat dinikmati dengan gratis. Mission Science diluncurkan pada bulan Maret 2006 dengan investasi lebih dari 400 juta US$ untuk menciptakan jaringan-jaringan penelitian baru di universitas-universitas Venezuela. Salah satu tujuannya adalah “mendemokratiskan” ilmu pengetahuan, dalam rangka untuk dapat dijangkau sekaligus untuk melayani masyarakat.
Program, kebijakan, dan tindakan Chavez tentunya bukan tanpa hambatan. Sebagaimana digambarkan dalam buku ini, gerakan kontra revolusi berunglangkali dilakukan oleh kaum oposisi. Kudeta yang dilakukan oleh mereka yang merasa dirugikan oleh Chavez bahkan telah berhasil merebut kekuasaan selama 48 jam. Akan tetapi, karena Chavez telah membangun fondasi yang kuat pada gerakan rakyat yang secara mandiri mengorganisir diri dalam lingkaran-lingkaran Bolivarian sebagai basis pertahanan revolusi demokratis, maka perebutan kekuasaan tersebut dapat digagalkan. Chavez hingga kini masih bertahan, bahkan pada bulan Desember 2006 lalu terpilih kembali dengan suara yang lebih besar dari pemilu sebelumnya.
Kebijakan dan sepak terjang Chavez memberikan pelajaran terbaik bukan saja dalam hal bagaimana kebijakan alternatif selain kapitalisme dijalankan, tetapi juga bagi mereka yang ingin membangun sebuah gerakan yang berkarakter kerakyatan. Menajalankan kekuasaan rakyat tidak perlu dilakukan dengan gerakan bersenjata seperti banyak dijalankan oleh gerakan Kiri klasik yang ada di Amaerika Latin dan kawasan-kawasn lainnya. Dengan jalur parlementer Chavez ajuga bisa merubah rakyat dan nasibnya, dengan keberanian dan keberpihakan, suatu yang diperolehnya dari interaksinya dengan gerakan rakyat.
Penutup
Kelima tokoh tersebut merupakan pemimpin besar yang kepemimpinannya banyak dijadikan standar para ahli dalam mengemukakan teori-teori kepemimpinan. Tipe, gaya, dan karakter mereka menjadi rujukan beragam teori yang banyak dikemukakan para ahli kepemimpinan, baik klasik maupun kontemporer. Hampir semua karakter pemimpin ideal yang dikemukakan para ahli di muka dimiliki oleh kelima tokoh tersebut.
Untuk itulah maka kelima tokoh tersebut banyak memberikan inspirasi terhadap saya dalam banyak hal. Khususnya dalam melaksanakan tugas keseharian dan dalam berhubungan dengan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar