Sabtu, 10 Desember 2011

Sayang
Tak terasa satu bulan telah lewat
Namun kami merasa
Engkau masih berada disini
Kami yakin
Engkau pasti lebih bahagia disana
Karena engkau selalu dalam pelukan-Nya
Ya Allah
Ampunilah kesalahannya
Berilah rahmat kepadanya
Selamatkanlah dia
Dan maafkanlah dia
Amin

Sabtu, 20 Agustus 2011

Tips Mengelola Keuangan Menjelang Lebaran
Oleh: Munif Kholifah Sulistiyoningrum
Seperti biasa menjelang lebaran, biasanya kita mendapat pemasukan tambahan, yang biasa kita peroleh adalah dari THR. Kita mungkin sudah berangan-angan kira-kira barang apa saja yang akan kita beli. Padahal, seperti biasa pengeluaran kita pasti membengkak pada bulan ini. Untuk mensiasati hal ini, kita bersama pasangan harus mengkomunikasikan permasalahan keuangan di bulan puasa dan lebaran secara detail sehingga masalah-masalah keuangan yang kemungkinan terjadi setelah lebaran bisa diantisipasi. Cari waktu yang paling tepat untuk membicarakan hal ini secara panjang lebar, misalnya pada saat santai bersama pasangan kita. Hal-hal yang harus dilakukan bersama pasangan kita adalah:

*Putuskan prioritas keluarga.
Bersama pasangan kita membuat daftar kebutuhan dan keperluan keluarga kita selama bulan bulan puasa dan lebaran. Kita harus menghitung jumlah pemasukan yang akan kita terima, termasuk THR dan bonus, setelah itu kita harus menentukan prioritas kebutuhan dan keperluan keluarga kita. Perlu diingat, tetap ada kebutuhan rutin keluarga kita di bulan puasa dan hari raya ini. Belum lagi dengan adanya pengeluaran tambahan, seperti ngabuburit, acara buka puasa bersama, mudik dan hari raya. Intinya, pemasukan kita bertambah, namun pengeluaran kitapun jauh lebih besar. Jangan sampai setelah hari raya kita merasa ‘bangkrut’, karena pengluaran kita lebih besar daripada pemasukan.

*Kalkulasi biaya mudik.
Biaya mudik biasanya menyedot biaya paling besar di hari raya. Biaya mudik meliputi biaya transportasi, biaya akomodasi, biaya oleh-oleh dan biaya rekreasi. Semua biaya tersebut harus diperhitungkan secara matang dengan pasangan. Masukkan semua biaya tersebut dalam daftar pengeluaran keluarga kita. Sesuaikan biaya mudik dengan kondisi keuangan keluarga kita. Kalau memang memungkinkan, hilangkan beberapa pos pengeluaran yang kurang bermanfaat atau kurangi jumlah biaya dalam alokasi biaya.

*Hadiah hari raya.
Hal yang biasanya ditunggu oleh anak-anak atau kerabat menjelang hari raya adalah mendapatkan hadiah. Bersama pasangan kita, kita harus membicarakan tentang perlu atau tidaknya memberi hadiah kepada anak atau keponakan. Termasuk bentuk hadiah yang ingin kita berikan. Jangan kita paksakan bila hal tersebut tidak memungkinkan. Kita harus mempertimbangkan pula bagaimana pengaruh hadiah tersebut bagi perkembangan jiwa anak, apakah ia akan mengidentikkan hari raya dengan hadiah? Oleh karena itu, pada saat kita memberikan hadiah kepada anak, sebaiknya kita membicarakan hal ini dengan anak mengenai makna hari raya Idul Fitri.

*Biaya tak terduga.
Salah satu hal yang tidak boleh dikesampingkan adalah biaya tak terduga. Kita harus mengalokasikan dana untuk menghadapi pengeluaran-pengluaran yang tak terduga. Walaupun sebenarnya kita tidak pernah menginginkan, namun terkadang ada beberapa hal diluar prediksi kita yang mungkin akan terjadi. Misalnya, kendaraan rusak ketika di perjalanan mudik. Atau salah satu keluarga sakit di bulan puasa. Oleh karena itu diperlukan dana simpanan untuk mengantisipasi biaya tak terduga. Namun kita bersama pasangan akan lebih tenang apabila kita telah mengalokasikan dana simpanan untuk biaya tak terduga.

Semoga beberapa tips tadi bisa bermanfaat untuk kita semua dalam mensiasati pengelolaan keuangan kita selama bulan puasa dan lebaran. Selamat menjalankan ibadah puasa, semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT. Mohon maaf lahir batin.

==========================================================

Rabu, 03 Agustus 2011

Tips: Buka Puasa Yang Benar
Banyak orang takut berpuasa, karena khawatir dengan gangguan maagnya atau penyakit lainnya. Sedang tidak berpuasa saja maag sering kambuh, apalagi bila menahan makan dan minum selama lebih dari sepuluh jam.
Namun, ternyata ada juga yang punya gangguan serupa tetapi tetap menjalankan puasa, dan tidak pernah mengalami keluhan perih dan nyeri ulu hati. Bahkan adapula yg malah bertambah sehat setelah sebulan penuh puasa serta keterusan puasa. Bulan Ramadhan telah tiba. Bagaimana cara berbuka puasa yg benar? Sehingga kita bisa memanfaatkannya untuk kesahatan kita.
Namun orang jarang menyadari, berbuka atau makan sahur berperan penting untuk menjaga kesehatan. Berbuka dan makan sahur yang kurang benar justru akan menimbulkan gangguan kesehatan. Karena itu, sebenarnya menunda atau membatalkan kegiatan saat Ramadhan adalah tidak tepat.
Jika orang merasa lesu, lemah, serta kurang berkonsentrasi, sebenarnya itu tidak terkait langsung dengan ibadah puasanya melainkan oleh pola makan yang berubah. Dari tiga kali sehari menjadi dua kali, makan sahur dan buka.Puasa tidak harus menimbulkan gangguan kesehatan, bahkan dalam banyak kasus justru membuat tubuh bugar. Untuk itu memang diperlukan pengaturan buka puasa dan makan sahur yang benar, karena berbuka dan makan sahur tidaklah sekedar memasukkan makanan ke dalam tubuh. Berikut ini adalah tips berbuka puasa yang benar.
1. Jangan menunda waktu berbuka puasa.
2. Jangan minum es. Ada kebiasaan salah yang dilakukan sebagian orang, yaitu minum air es atau es yang dicampur ke dalam minuman sebelum menyantap makanan lain. Hal ini sebenarnya sangat merugikan, karena es dapat menahan rasa lapar. Akibatnya hidangan lain yang lebih bergizi bisa tidak disantap, sehingga mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan.
3. Sebaiknya saat berbuka dimulai dengan minuman manis hangat dan makanan ringan yang mudah dicerna. Bisa teh manis, sirop, ditemani kurma, pisang goreng, atau sale pisang. Setelah kadar gula darah berangsur-angsur normal bisa dilakukan sholat maghrib.
4. Selang setengah jam barulah dilanjutkan dengan makanan lengkap. Makanlah secukupnya saja.
5. Hindari makan makanan yang mengandung banyak bumbu yang merangsang pencernaan.
6. Dua jam kemudian, setelah shalat tarawih, dapat dilanjutkan dengan hidangan yang masih tersisa.
7. Berhentilah makan sebelum kenyang.
Semoga tips tersebut bisa bermanfaat untuk kita semua. Selamat menjalankan ibadah puasa.

Senin, 01 Agustus 2011

Cara Sederhana Mengelola Keuangan Keluarga


Masalah keuangan adalah hal yang umum dialami keluarga muda, apalagi di tahun-tahun pertama menjalani kehidupan berumahtangga. Belum lagi si kecil tak lama kemudian hadir di tengah Anda dan pasangan. Benarkah masalahnya terletak dari besar-kecilnya pendapatan keluarga?
Seringkali masalahnya bukan terletak pada penghasilan yang kurang, tapi kebiasaan yang salah dalam mengelola uang. Ternyata, dalam kenyataan, seorang ayah yang berpenghasilan ratusan juta rupiah bisa mengalami shock ketika menemukan uangnya tinggal Rp. 500.000,00 sebelum akhir bulan.
Ada beberapa kunci untuk mengelola keuangan secara sederhana:
1. Pahami portfolio keuangan keluarga Anda.
Jangan sampai Anda tak tahu isi tabungan, jumlah tagihan listrik, telepon, servis mobil, belanja, biaya periksa dokter dan lainnya. Anda harus tahu berapa hutang kartu kredit, pinjaman bank atau cicilan rumah dan mobil.
2. Susun rencana keuangan atau anggaran.
Rencana keuangan yang realistis membantu Anda bersikap obyektif soal pengeluaran yang berlebihan. Tak perlu terlalu ideal, sehingga lupa kebutuhan diri sendiri. Tak ada salahnya memasukkan kebutuhan pergi ke salon atau spa. Yang penting, anggarkan jumlah yang realistis dan Anda pun harus patuh dengan anggaran tersebut.
3. Pikirkan lebih seksama pengertian antara butuh dan ingin.
Tak jarang kita membelanjakan uang untuk hal yang tak terlalu penting atau hanya didorong keinginan, bukan kebutuhan. Buatlah daftar berupa tabel yang terdiri dari kolom untuk item belanja, kebutuhan dan keinginan. Setelah mengisi kolom item belanja, isilah kolom “kebutuhan” dan “keinginan” dengan tanda cek (V). Dari sini pertimbangkan dengan lebih matang, benda atau hal yang perlu Anda beli/penuhi atau tidak.
4. Hindari hutang.
Godaan untuk hidup konsumtif semakin besar. Tapi bukan berarti dengan mudah Anda membeli berbagai benda secara kredit. Tumbuhkan kebiasaan keuangan yang sehat dimulai dari yang sederhana, seperti tak memiliki hutang konsumtif.
5. Meminimalkan belanja konsumtif.
Bertemu teman lama untuk bertukar pikiran di kafe terkadang memang perlu, tapi tak berarti Anda harus melakukannya setiap minggu. Anda bisa gunakan pengeluaran ini untuk menabung atau memenuhi kebutuhan lain.
6. Tetapkan tujuan atau cita-cita finansial.
Susun target keuangan yang ingin Anda raih secara berkala, bersama pasangan. Tetapkan tujuan spesifik, realistis, terukur dan dalam kurun waktu tertentu. Tujuan ini membantu Anda lebih fokus merancang keuangan. Misalnya, bercita-cita punya dana pendidikan prasekolah berstandar internasional dan sebagainya.
7. Menabung, menabung, menabung.
Ubah kebiasaan dan pola pikir. Segera setelah menerima gaji, sisihkan untuk tabungan dalam jumlah yang telah Anda rencanakan sesuai tujuan atau cita-cita finansial keluarga Anda. Sebaiknya, Anda memiliki rekening terpisah untuk tabungan dan kebutuhan sehari-hari.
8. Berinvestasilah!
Tentu Anda tak akan puas dengan hanya menunggu tabungan membumbung. Padahal cita-cita Anda untuk keluarga “selangit”. Inilah saat yang tepat untuk juga memikirkan investasi. Kini bentuknya macam-macam. Takut akan risiko investasi?! Tak perlu khawatir, Anda hanya perlu belajar pada ahlinya. Konsultasikan keuangan Anda dengan ahli keuangan yang handal!



0000000000000000

Rabu, 04 Mei 2011

ETIKA BISNIS DAN TANGGUNG JAWAB BISNIS

ETIKA BISNIS DAN TANGGUNG JAWAB BISNIS
Oleh: Munif Kholifah Sulistiyoningrum

A. Alasan Perlunya Mencermati Lingkungan Sosial
Sesuatu yang abadi di muka bumi ini adalah perubahan. Perubahan termasuk melanda berbagai aspek kehidupan. Salah satu aspek kehidupan yang dipengaruhi oleh perubahan adalah kegiatan bisnis.
Perubahan lingkungan bisnis dari berbagai aspek adalah hal yang harus dicermati oleh para pemimpin perusahaan (baik sebagai CEO ataupun sebagai entrepreneur). Perubahan bisnis dapat menjadi peluang atau tantangan. Survival dan growth perusahaan sangat tergantung pada kecermatan mengamati perubahan dan ketepatan memanfaatkan perubahan.
Perubahan lingkungan bisnis menuntut adanya berbagai perubahan di dalam organisasi bisnis. Perubahan lingkungan bisnis akan merubah visi perusahaan. Perubahan visi tersebut selanjutnya akan merubah misi perusahaan. Perubahan misi tersebut menuntut adanya perubahan “share values”.
Semua perubahan tersebut diatas akan mempengaruhi keseluruhan organisasi perusahaan. Berbagai perubahan dalam organisasi perusahaan adalah :
1. Strategi
2. Struktur
3. Sistem
4. Staf
5. Skill
6. Style
Bersama dengan Shared-values ke enam S tersebut di atas harus saling berinteraksi harmonis dan sinergi. Perusahaan demikianlah yang memiliki kemampuan kompetitif.

B. Aspek Perubahan Sosial Yang Perlu Dicermati
Perubahan yang perlu dicermati, khususnya dalam hal perubahan sosial adalah perubahan mulai dari yang bersifat lokal, nasional, maupun global. Perubahan dalam aspek global seperti yang diprediksi oleh dua orang ahli masa depan (futurologis), John Naisbitt dan Patricia Aburdene dalam bukunya yang berjudul Megatrends dan Megatrends 2000 dapat memberikan implikasi berubahnya lingkungan sosial. Selanjutnya perubahan ini akan mempengaruhi “survival” dan “growth” suatu perusahaan, selain memberikan peluang bagi timbulnya bisnis baru.
Menurut Naibitt dan Aburdene perubahan global dalam tahun 1980an dan 1990an adalah seperti berikut :
Perubahan tahun 1980
1. Masyarakat Industri ke masyarakat Informasi
2. Tehnologi High Tough/High Tech
3. Perekonomian Nasional ke perekonomian Dunia
4. Jangka pendek ke jangka panjang
5. Sentralisasi ke Desentralisasi
6. Bantuan Kelembagaan ke Swakarsa
7. Demokrasi Perwakilan ke Demokrasi Partisipasi
8. Hirarki ke jaringan kerja (Networking)
9. Perkembangan bisnis bergeser dari Utara ke Selatan
10. Pilihan terbatas ke banyak pilihan

Perubahan pada tahun 2000 an
1. Perelonomian dunia mengalami boom pada tahun 1990
2. Renaisance di bidang seni
3. Munculnya pasar-bebas sosialis
4. Gaya hidup internasional dan nasionalisme kebudayaan
5. Swastanisasi Negara Kesejahteraan
6. Bangkitnya Negara Kesejahteraan
7. Bangkitnya Kawasan Lingkar Pasifik
8. Dasa Warsa kemimpinan wanita
9. Abad biologi
10. Kebangkitan Agama di Millenium Baru
11. Kejayaan Individu

Keberlanjutan (substainability) dan perkembangan suatu institusi bisnis sangat ditentukan oleh kemampuan untuk memahami dan memanfaatkan berbagai informasi seperti yang dikemukakan diatas bagian saling mempengaruhi dari tingkat nasional sampai tingkat lokal. Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat, baik perubahan di tingkat nasional maupun internasional akan mempengaruhi kegiatan bisnis. Pengaruh tersebut dapat bersifat langsung maupun tidak langsung, tergantung pada besar dan luasnya skala bisnis.
Informasi sosial adalah salah satu aspek informasi yang perlu dipahami. Informasi sosial dalam tulisan ini adalah segala sesuatu perubahan sosial dan dampak sosial yang ditimbulkan oleh kegiatan ekonomi, tehnologi, komunikasi, agama, dll. Kegiatan bisnis ikut mempengaruhi perubahan sosial dalam masyarakat. Sebaliknya kegiatan bisnis sangat dipengaruhi oleh perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat, baik level lokal nasional, maupun Internasional.
Tulisan ini secara ringkas mencoba membahas kedua hal ini. Pembahasan dimulai dengan melihat bagaimana bisnis mempengaruhi perubahan sosial, dan setelah itu pembahasan akan melihat hal sebaliknya, yaitu bagaimana perubahan sosial akan mempengaruhi kegiatan bisnis. Kedua hal ini saling mempengaruhi secara sirkuler, sehingga sulit untuk memisahkan keterkaitan secara jelas, mana yang merupakan penyebab dan mana yang merupakan akibat.

SALING PENGARUH ANTARA KEGIATAN BISNIS DAN PERUBAHAN SOSIAL

Kegiatan bisnis adalah salah satu aspek kegiatan pembangunan yang amat luas dimensinya. Salah satunya adalah penerapan ilmu pengetahuan dan tehnologi dalam kegiatan produksi, baik produksi bahan mentah, setengah jadi, dan barang jadi, maupun produksi jasa yang sifatnya intangible. Di dalam proses produksi terjadi pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya modal, dan sumber daya manusia. Selain itu kegiatan bisnis tidak terlepas dari kegiatan menjual barang yang telah diproduksi tersebut untuk memperoleh keuntungan.
Kegiatan memproduksi dan memasarkan ini melibatkan banyak kegiatn lain yang saling kait mengait. Upaya untuk mem[eroleh bahan mentah menyebabkan terjadinya ekspansi perdagangan yang seringkali diikuti oleh kegiatan politik dan militer. Pada zaman dahulu, untuk memperoleh komoditi perdagangan, pedagang dari daratan Eropa datang ke negara penghasil bahan mentah. Semula mereka datang untuk berdagang, tetapi kemudian berkembang menjadi penjajahan demi terjaminnya sumber komoditi perdagangan. Penjajahan Belanda atas Indonesia yang berlangsung sekitar 350 tahun adalah contoh bagaimana kegiatan bisnis telah terkait dengan kegiatan politik dan militer. Di masa kinipun hal yang hampir serupa juga terjadi. Demi memperoleh kelangsungan sumber minyak bumi, negara blok kapitalis dengan segala upaya untuk menciptakan konflik di negara Timur Tengah. Bila konflik terjadi antara negara Timur Tengah, negara Kapitalis datang sebagai juru selamat. Konflik Timur Tengah yang berupa Perang Teluk adalah contoh bagaimana keterkaitan antara ekonomi, politik dan militer. Kehadiran sebagai juru selamat ini berlangsung lama seperti yang sekarang terjadi akibat perang Teluk. Kekuatan militer Amerika Serikat tetap bercokol di Saudi Arabia demi manjaga kelangsungan mengalirnya minyak bumi dari Timur Tengah.
Perubahan sosial yang taerjadi di dunia ketiga, khususnya Indonesia, adalah salah satu akibat dari kegiatan ekonomi negara kapitalis. Ekonomi kapitalis menuntut adanya sistem nilai seperti efisiesi kerja, kemauan untuk bekerja keras agar orang terus berproduksi. Selanjutnya sistem kapitalis menumbuhkan semangat untuk membeli dengan berbagai cara strategi pemasaran agar sifat konsumeristik dapat ditumbuhkan.

Selasa, 03 Mei 2011

ETIKA BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN

ETIKA BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN
Oleh: Munif Kholifah Sulistiyoningrum

ETIKA DAN NORMA-NORMA BISNIS
Salah satu aspek yang sangat popular dan perlu mendapat perhatian dalam dunia bisnis kita sekarang ini adalah perlunya etika dan moral bisnis. Etika bisnis selain dapat menjamin kepercayaan dan loyalitas dari semua unsur yang berpengaruh pada perusahaan (stakeholder loyality), juga sangat menentukan maju atau mundurnya perusahaan. Menurut Zimmerer (1996:20), etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi. Etika, aslinya adalah suatu komitmen untuk melakukan apa yang benar dan menghindari apa yang tidak benar. Oleh karena itu, perilaku etika berperan melakukan “apa yang benar” dan “baik” untuk menentang apa yang “salah” dan apa yang “buruk”. Menurut Ronald J. Ebert dan Ricky M. Griffin (200:80), etika bisnis adalah suatu istilah yang sering dipergunakan untuk menunjukkan perilaku etika dari seorang manajer atau karyawan suatu organisasi.
Etika bisnis sangat penting untuk mempertahankan loyalitas stakeholder dalam membuat keputusan-keputusan perusahaan dan dalam memecahkan persoalan perusahaan. Mengapa demikian? Karena, semua keputusan perusahaan sangat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh stakeholders. Stakeholders adalah semua individu atau kelompok yang berkepentingan dan berpengaruh terhadap perusahaan. Ada dua jenis stakeholders yang berpengaruh terhadap perusahaan, yaitu internal stakeholders dan external stakeholders. Investor, karyawan, manajemen, dan pimpinan perusahaan sebagai internal stakeholders bersama-sama dengan pelanggan, asosiasi pedagang, kreditor, pemasok, pemerintah, masyarakat umum, dan kelompok khusus yang berkepentingan terhadap perusahaan sebagai external stakeholders semuanya sangat menentukan keputusan-keputusan perusahaan dan menentukan keberhasilan perusahaan. Menurut Zimmerer (1996:21) ada 8 kelompok stakeholders yang mempengaruhi keputusan-keputusan bisnis, yaitu (1) Para pengusaha/ mitra usaha, (2) Petani dan pemasok bahan baku (supplier), (3) Organisasi Pekerja, (4) Pemerintah, (5) Bank, (6) Investor, (7) Masyarakat Umum, (8) Pelanggan dan Konsumen.
(1) Para Pengusaha dan Mitra Usaha
Selain merupakan pesaing, para pengusaha juga merupakan mitra. Sebagai mitra. Para pengusaha merupakan relasi usaha yang dapat bekerja sama dalam menyediakan informasi atau sumber peluang, misalnya akses pasar, akses bahan baku, dan akses sumber daya lainnya. Bahkan mitra usaha dapat berperan sebagai pemasok, pemroses, dan pemasar. Mereka secara bersama-sama menentukan harga jual atau harga beli, menentukan daerah pemasaran, dan menentukan standar barang dan jasa. Loyalitas mitra usaha akan sangat bergantung pada kepuasan yang mereka terima (bagian dari stakeholders satisfaction) dari perusahaan.
(2) Petani dan Perusahaan Pemasok Bahan Baku
Petani dan Perusahaan berperan dalam menyediakan bahan baku. Pasokan bahan baku yang kurang bermutu dan pasokan yang lambat dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Oleh sebab itu, petani dan perusahaan yang memasok bahan baku merupakan faktor yang mempengaruhi keputusan bisnis. Keputusan dalam menentukan kualitas barang dan jasa sangat tergantung juga pada pemasok bahan baku. Sebagai contoh, untuk menghasilkan produk jamu “Air Mancur” atau “Jamu Jago” yang berkualitas tinggi sangat diperlukan bahan baku yang berkualitas yang dihasilkan oleh para petani. Jadi, bahan baku yang berkualitas sangat tergantung pada loyalitas para petani dalam menghasilkan bahan baku. Sebaliknya, loyalitas petani penghasil bahan baku yang tinggi sangat tergantung pada tingkat kepuasan yang mereka terima dari perusahaan baik dalam menentukan kepuasan harga jual bahan baku maupun dalam bentuk insentif lainnya.
(3) Organisasi Pekerja yang Mewakili Pekerja
Organisasi pekerja dapat mempengaruhi keputusan melalui proses tawar menawar secara kolektif. Tawar menawar tingkat upah, jaminan sosial, jaminan kesehatan, konvensasi, dan jaminan hari tua sangat berpengaruh langsung terhadap pengambilan keputusan. Perusahaan yang tidak melibatkan organisasi pekerja dalam pengambilan keputusan sering menimbulkan protes-protes yang mengganggu jalannya perusahaan. Sebagai contoh, unjuk rasa buruh yang terjadi di Indonesia sekarang ini adalah sebagai akibat ketidakpuasan para buruh terhadap keputusan sepihak yang diambil perusahaan. Para buruh kurang dilibatkan dalam pengambilan keputusan-keputusan perusahaan. Ketidakloyalan para pekerja dan protes-protes buruh adalah akibat dari ketidakpuasan mereka terhadap keputusan yang diambil perusahaan.
Ketidakloyalan yang paling tragis adalah ketika perusahaan sedang mengalami penurunan keuntungan akibat krisis ekonomi, justru para pekerja menuntut kenaikan upah dan jaminan kerja yang lebih tinggi. Tuntutan ini sebagai akibat dari kurangnya kepuasan para pekerja dalam hal upah dan jaminan kerja yang tetap rendah saat perusahaan mendapatkan keuntungan yang tinggi.
(4) Pemerintah yang Mangatur Kelancaran Aktivitas Usaha
Pemerintah dapat mengatur kelancaran aktiva usaha melalui serangkaian kebijaksanaan yang dibuatnya. Peraturan-peraturan dan perundang-undangan pemerintah sangat berpengaruh terhadap iklim usaha, Undang-Undang Monopoli, Undang-undang Hak Paten, Hak Cipta, dan peraturan yang melindungi dan mengatur jalannya usaha sangat besar pengaruhnya terhadap dunia usaha. Misalnya pemberian hak monopoli dan tax holiday oleh pemerintah terhadap perusahaan mobil “TIMOR” sebagai produk mobil nasional, menjadikan produk perusahaan tersebut menguasai pasaran. Akan tetapi, ketika pemberian hak monopoli dan pembebasan bea masuk dari pemerintah dikurangi maka pasarannya menjadi berkurang.
(5) Bank Penyedia Dana Perusahaan
Bank selain Berfungsi sebagai jantungnya perekonomian secara makro juga sebagai lembaga yang dapat menyediakan dana perusahaan. Neraca-neraca perbankan yang kurang likuid dapat mempengaruhi neraca-neraca perusahaan yang tidak likwid juga. Sebaliknya neraca-neraca perusahaan yang kurang likwid dapat mempengaruhi keputusan bank dalam menyediakan dan bagi perusahaan. Bunga kredit bank dan persyaratan-persyaratan yang dibuat bank penyandang dana sangat besar pengaruhnya terhadap keputusan yang diambil dalam bisnis. Sebagai contoh, krisis neraca perbankan yang terjadi di Indonesia mengakibatkan krisis neraca perusahaan-perusahaan baik perusahaan skala kecil, menengah, dan besar.
(6) Investor Penanam Modal
Investor penyandang dana dapat mempengaruhi perusahaan melalui serangkain persyaratan yang diajukan. Persyaratan tersebut akan mengikat dan sangat besar pengaruhnya dalam pengambilan keputusan. Misalnya, Investor hanya bersedia menanam modalnya di Indonesia apabila modal yang di Investasikannya menjamin pengembalian investasi (return on investment) yang besar. Untuk itu, para investor sering kali menerapkan persyaratan manajemen mereka, misalnya standart tenaga kerja, standar bahan baku, standart produk, dan aturan lainnya. Jadi, loyalitas investor sangat tergantung pada tingkat kepuasan investor dalam menanam modalnya.
(7) Masyarakat Umum yang Dilayani
Masyarakat umum yang dilayani dapat mempengaruhi keputusan bisnis. Mereka akan merespon dan memberikan informasi tentang bisnis kita. Mereka juga merupakan konsumen yang akan menentukan keputusan-keputusan perusahaan baik dalam menentukan produk barang dan jasa yang dihasilkan maupun dalam menentukan tehnik yang digunakan. Respon terhadap operasi perusahaan, kualitas barang, harga barang, jumlah barang, dan pelayanan perusahaan mempengaruhi keputusan-keputusan perusahaan. Harga dan kualitas barang serta pelayanan perusahaan kepada masyarakat yang kurang memuaskan akan menciptakan citra perusahaan menjadi rusak. Ini berarti loyalitas masyarakat (sebagai bagian dari stakeholders) terhadap perusahaan menjadi rendah sebagai akibat dari rendahnya kepuasan yang mereka terima dari perusahaan.
(8) Pelanggan yang Membeli Produk
Pelanggan yang membeli produk secara langsung dapat mempengaruhi keputusan bisnis. Barang dan jasa apa yang akan dihasilkan, berapa jumlahnya dan tehnologi bagaimana yang diperlukan sangat ditentukan oleh pelanggan dan mempengaruhi keputusan-keputusan bisnis.

Selain kelompok-kelompok tersebut diatas, beberapa kelompok lain yang berperan dalam perusahaan adalah para stakeholders kunci (key stakeholders) seperti manajer, direktur dan kelompok khusus.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa loyalitas para stakeholders (stakeholders loyalty) sangat tergantung pada kepuasan para stakeholders (stakeholders satisfaction). Menurut Ronald J. Ebert (2000:182), jika seseorang menyenangi suatu pekerjaan, maka ia akan merasa puas. Bila merasa puas maka akan memiliki moral yang tinggi. Mathieu Paquerot (2000) seorang Guru Besar University of La Rochelle Prancis, dalam makalahnya “Stakeholders Loyalty” mengemukakan bahwa kepuasan stakeholders (stakeholders satisfaction) akan mendorong loyalitas para stakeholders (stakeholders loyalty) terhadap perusahaan. Menurutnya, “ … loyalty should help the organization to create differentiation. Loyalty is a barrier to entry for after competitors”. Loyalitas dari para stakeholders dapat mendorong perusahaan untuk menciptakan diferensiasi. Oleh karena loyalitas dapat mendorong diferensiasi, maka loyalitas stakeholders akan menjadi hambatan (barrier) bagi para pesaing. Ingat bahwa diferensiasi merupakan bagian dari generik strategi untuk memenangkan persaingan (Porter, 1998).
Jelaslah, bahwa etika bisnis merupakan landasan penting dan harus diperhatikan terutama untuk menciptakan dan melindungi reputasi (goodwill) perusahaan. Oleh sebab itu, menurut Zimmerer, etika bisnis merupakan masalah yang sangat sensitive dan kompleks. Mengapa demikian ? Menurutnya, karena membangun etika untuk mempertahankan reputasi (goodwill) lebih sukar ketimbang mengahancurkan.
Selain etika dan perilaku yang tidak kalah pentingnya dalam bisnis adalah norma etika. Menurut Zimmerer (1996:22) ada tiga tingkatan norma etika, yaitu :
1. Hukum. Hukum berlaku bagi masyarakat secara umum yang mengatur mana perbuatan yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Hukum hanya mengatur standar perilaku minimum.
2. Kebijakan dan Prosedur Organisasi. Kebijakan dan Prosedur Organisasi memberi arahan khusus bagi setiap orang dalam organisasi dalam mengambil keputusan sehari-harinya. Para karyawan akan bekerja sesuai dengan kebijakan dn prosedur perusahaan/ organisasi.
3. Moral Sikap Mental Individual. Sikap mental individual sangat penting untuk menghadapi suatu keputusan yang tidak diatur oleh aturan formal. Nilai moral dan sikap mental individual biasanya berasal dari keluarga, agama, dan sekolah. Sebagian lagi yang menentukan etika perilaku adalah pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Kebijakan dan aturan perusahaan sangat penting terutama untuk membantu, mengurangi, mempertinggi pemahaman karyawan tentang etika perilaku.

Menurut Zimmerer (1996), kerangka kerja etika dapat dikembangkan melalui tiga tahap :
Tahap Pertama, mengakui dimensi-dimensi etika yang ada sebagai suatu alternatif atau suatu keputusan. Artinya, sebelum wirausaha menginformasikan suatu keputusan etika yang dibuat, lebih dahulu ia harus mengakui etika yang ada.
Tahap Kedua, mengidentifikasikan stakeholders kunci yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Setiap keputusan bisnis akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh barbagai stakeholders. Karena konflik dalam stakeholders dapat mempengaruhi pembuatan keputusan, maka sebelum keputusan itu dibuat terlebih dahulu harus dihindari konflik antar stakeholders.
Tahap Ketiga, membuat pilihan alternatif dan membedakan antara respons dan bukan etika. Ketika membuat pilihan alternatif respon etika dan bukan etika, serta mengevaluasi mana dampak negatif dan dampak positifnya, manajer akan menemukan beberapa hal sebagai berikut :
a. Prinsip-prinsip dan etika perilaku.
b. Hak-hak moral.
c. Keadilan.
d. Konsekuensi dan Hasil.
e. Pembenaran Publik.
f. Intuisi dan pengertian/ wawasan.
Tahap Keempat adalah memilih respon etika yang terbaik dan mengimplementasikannya. Pilihan tersebut harus konsisten dengan tujuan, budaya, dan sistem nilai perusahaan serta dengan keputusan individu-individu.
Siapakah fihak yang bertanggung jawab terhadap moral etika dalam perusahaan ? Menurut Zimmerer, fihak yang bertanggung jawab terhadap moral etika adalah manajer. Oleh karena itu, ada tiga tipe manajer dilihat dari sudut etikanya, yaitu :
1. Manajer Immoral. Manajer Immoral didorong oleh Sumber : Thomas W. Zimmerer, Norman M. Scarborough, Entrepreneurship and The New Ventura Formation 1996 hal. 21, alasan kepentingan dirinya sendiri demi keuntungan sendiri atau perusahaannya. Kekuatan yang menggerakkan manajemen Imoral adalah kerakusan/ ketamakan, yaitu berupa prestasi organisasi atau keberhasilan personal. Manajemen immoral merupakan kutub yang berlawanan dengan manajemen etika. Misalnya, pengusaha yang menggaji karyawannya dengan gaji dibawah upah fisik minimum atau perusahaan yang meniru produk-produk perusahaan lain, atau perusahaan percetakan yang memperbanyak cetakannya melebihi kesepakatan dengan pemegang hak cipta dan sebagainya.
2. Manajemen Amoral. Tujuan utama dari manajemen amoral adalah juga profit, akan tetapi tindakannya berbeda dengan manajemen immoral. Ada satu cara kunci yang membedakannya, yaitu mereka tidak dengan sengaja melanggar hukum atau norma etika. Bahkan pada manajemen amoral adalah bebas kendali dalam mengambil keputusan, artinya mereka tidak mempertimbangkan etika dalam mengambil keputusan. Salah satu contoh dari manajemen amoral adalah penggunaan test lie detector bagi calon karyawan.
3. Manajemen Moral. Manajemen moral juga bertujuan untuk meraih keberhasilan, tetapi dengan menggunakan aspek legal dan prinsip-prinsip etika. Filosofi manajer moral selalu melihat hukum sebagai standar minimum untuk beretika dalam perilaku.


PRINSIP-PRINSIP ETIKA DAN PERILAKU BISNIS
Menurut pendapat Michael Josephson (1988) yang dikutip oleh Zimmerer (1996:27-28), secara universal, ada 10 prinsip etika yang mengarahkan perilaku, yaitu :
(1) Kejujuran (Honesty), yaitu penuh kepercayaan, bersifat jujur, sungguh-sungguh, blak-blakan, terus terang : tidak curang, tidak mencuri, tidak menggelapkan dan tidak berbohong.
(2) Integritas (Integrity), yaitu memegang prinsip, melakukan kegiatan yang terhormat, tulus hati, berani dan penuh pendirian/ keyakinan, tidak bermuka dua, tidak berbuat jahat dan saling percaya.
(3) Memelihara janji (Promise Keeping), yaitu selalu mentaati janji, patut dipercaya, penuh komitmen, patuh, jangan menginterprestasikan persetujuan dalam bentuk teknikal atau legalistic dengan dalih ketidakrelaan.
(4) Kesetiaan (Fidelity), yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, teman, karyawan, dan negara; jangan menggunakan atau memperlihatkan informasi yang diperoleh dalam kerahasiaan; begitu juga dalam suatu konteks professional, jaga/ lindungi kemampuan untuk membuat keputusan professional yang bebas dan teliti, hindari hal yang tidak pantas dan konflik kepentingan.
(5) Kewajaran/ Keadilan (Fairness), yaitu berlaku adil dan berbudi luhur; bersedia untuk mengakui kesalahan; dan memperlihatkan komitmen keadilan, persamaan perlakuan individual dan toleran terhadap perbedaan, jangan bertindak melampaui batas atau mengambil keuntungan yang tidak pantas dari kesalahan atau kemalangan orang lain.
(6) Suka Membantu Orang Lain (Caring for Others), yaitu saling membantu, berbaik hati, belas kasihan, tolong menolong, kebersamaan dan menghindari segala sesuatu yang membahayakan orang lain.
(7) Hormat kepada Orang Lain (Respect for Others), yaitu menhormati martabat manusia, mengjormati kebebasan dan hak untuk menentukan nasib sendiri bagi semua orang, bersopan santun, jangan merendahkan diri seseorang, jangan mempermalukan seseorang dan jangan merendahkan martabat orang lain.
(8) Kewarganegaraan yang Bertanggung Jawab (Resposssibility Citizenship), yaitu selalu mentaati hukum/ aturan, penuh kesadaran sosial, menghormati proses demokrasi dalam mengambil keputusan.
(9) Mengejar Keunggulan (Pursuit of Excellence), yaitu mengejar keunggulan dalam hal, baik dalam pertemuan personal maupun pertanggung jawaban professional, tekun, dapat dipercaya/ diandalkan, rajin , getol, dan penuh komitmen, melakukan semua tugas dengan yang terbaik berdasar kemampuan, mengembangkan dan mempertahankan tingkat kompetensi yang tinggi.
(10) Dapat Dipertanggungjawabkan (Accountability), yaitu memiliki tanggung jawab, menerima tanggung jawab atas keputusan dan konsekuensinya, dan selalu memberi contoh.

CARA-CARA MEMPERTAHANKAN STANDAR ETIKA
1. Ciptakan Kepercayaan Perusahaan. Kepercayaan perusahaan dalam menetapkan nilai-nilai perusahaan yang berdasar tanggung jawab etika bagi stakeholders.
2. Kembangkan Kode Etik. Kode etik merupakan suatu catatan tentang standar tingkah laku dan prinsip-prinsip etika yang diharapkan perusahaan dan karyawan.
Topik-topik khas yang ada pada suatu kode etik biasanya memuat tentang :
a. Ketulusan hati secara fundamental dan ketaan pada hukum.
b. Kualitas dan keamanan tempat kerja.
c. Kesehatan dan keamanan tempat kerja.
d. Konflik kepentingan (conflic interest).
e. Praktik dan latihan karyawan.
f. Praktik pemasaran dan penjualan.
g. Keamanan dan kebebasan.
h. Kegiatan berpolitik.
i. Pelaporan finansial.
j. Hubungan dengan pemasok (supplier).
k. Penentuan harga, pengajuan rekening, dan kontrak.
l. Jaminan dagang (insider information).
m. Pembayaran untuk mendapatkan usaha.
n. Perlindungan lingkungan
o. Informasi pemilikan.
p. Keamanaan kemasan.
3. Jalankan Kode Etik Secara Adil dan Konsisten. Manajer harus mengambil tindakan apabila mereka melanggar etika. Bila karyawan mengetahui, bahwa yang melanggar etika tidak dihukum, maka kode etik menjadi tidak berarti apa-apa.
4. Lindungi Hak Perorangan. Akhir dari semua keputusan setiap etika sangat tergantung pada individu. Melindungi seseorang dengan kekuatan prinsip-prinsip moral dan nilai-nilainya merupakan jaminan yang terbaik untuk menghindari penyimpangan etika. Untuk membuat keputusan-keputusan etika seseorang harus memiliki : (a) Komitmen Etika, yaitu tekat seseorang untuk bertindak secara etis dan melakukan sesuatu yang benar, (b) Kesadaran Etika, yaitu kemampuan untuk merasakan implikasi etika dari suatu situasi, (c) Kemampuan Kompetensi, yaitu kemampuan untuk menggunakan suara pikiran moral dan mengembangkan strategi pemecahan masalah secara praktis.
5. Adakan Pelatihan Etika. Balai kerja (workshop) merupakan alat untuk meningkatkan kesadaran para karyawan.
6. Lakukan Audit Etika Secara Periodik. Audit merupakan cara yang terbaik untuk mengevaluasi efektifitas sistem etika. Hasil evaluasi tersebut akan memberikan suatu sinyal kepada karyawan bahwa etika bukan sekedar iseng.
7. Pertahankan Standar yang Tinggi tentang Tingkah Laku, Jangan Hanya Aturan. Tidak ada seorangpun yang dapat mengatur etika dan moral. Akan tetapi manajer, bisa saja membolehkan orang untuk mengetahui tingkat penampilan yang mereka harapkan. Standar tingkah laku sangat penting untuk menekankan bahwa betapa pentingnya etika dalam organisasi. Setiap karyawan harus mengetahui bahwa etika tidak bisa dinegosiasi atau ditawar-tawar.
8. Hindari contoh Etika yang Tercela Setiap Saat. Etika diawali dari Atasan. Atasan harus memberi contoh dan menaruh kepercayaan kepada bawahannya.
9. Ciptakan Budaya yang Menenkankan Komunikasi Dua Arah. Komunikasi dua arah sangat penting, yaitu untuk menginformasikan barang dan jasa yang kita hasilkan dan untuk menerima aspirasi untuk perbaikan perusahaan.
10. Libatkan Karyawan dalam Mempertahankan Standar Etika. Para karyawan diberi kesempatan untuk memberikan umpan balik tentang bagaimana standar etika dipertahankan.

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN
Selain etika, yang tidak kalah pentingnya adalah pertanggungjawaban sosial perusahaan. Menurut Ronald J. Ebert dan Ricky M. Griffin (2000:83), etika sangat berpengaruh pada tingkah laku individual. Tanggung jawab sosial yang mencoba menjembatani komitmen individu dan kelompok dalam suatu lingkungan sosial seperti pelanggan, perusahaan lain, karyawan, dan investor. Tanggung jawab sosial meyeimbangkan komitmen-komitmen yang berbeda-beda. Menurut Zimmerer ada beberapa macam pertanggungjawaban perusahaan, yaitu :
1. Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan. Perusahaan harus ramah lingkungan, artinya perusahaan harus memperhatikan, melestarikan dan menjaga lingkungan, misalnya tidak membuang limbah yang mencemari lingkungan, berusaha mendaur ulang limbah yang merusak lingkungan, menjalin komunikasi dengan kelompok masyarakat yang ada di lingkungan sekitar.
2. Tanggung Jawab Terhadap Karyawan. Menurut Ronald J. Ebert (2000:89) semua aktivitas manajemen sumber daya manusia seperti perekrutan, pengupahan, pelatihan, promosi, dan kompensasi kesemuanya dalam rangka tanggung jawab perusahaan terhadap karyawan. Menurut Zimmerer (2000) tanggung jawab perusahaan terhadap karyawan dapat dilakukan dengan cara :
• Dengarkan para karyawan dan hormati pendapat mereka.
• Minta input kepada karyawan.
• Berikan umpan balik baik negatif maupun positif.
• Ceritakan selalu kepada mereka tentang kepercayaan.
• Biarkan mereka mengetahui sebenar-benarnya apa yang mereka harapkan.
• Berilah hadiah kepada karyawan yang bekerja dengan baik.
• Percayakanlah mereka.
3. Tanggung jawab Terhadap Pelanggan. Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pelanggan menurut Ronald J. Ebert (2000:88) ada dua kategori, yaitu (1) Menyediakan barang dan jasa yang berkualitas, (2) Memberikan harga produk dan jasa yang adil dan wajar. Tanggung jawab sosial perusahaan juga termasuk melindungi hak-hak pelanggan. Menurutnya ada 4 hak pelanggan, yaitu :
• Hak untuk mendapatkan produk yang aman.
• Hak untuk mendapatkan informasi segala aspek produk.
• Hak untuk didengar.
• Hak untuk memilih apa-apa yang mereka akan beli.
Sedangkan menurut Zimmerer (1996) hak-hak pelanggan yang harus dilindungi meliputi lima :
• Hak Keamanan. Barang dan Jasa yang dihasilkan oleh perusahaan harus berkualitas dan memberikan rasa aman, demikian juga kemasannya.
• Hak untuk Mengetahui. Konsumen berhak untuk mengetahui barang dan jasa yang mereka beli termasuk perusahaan yang menghasilkan barang tersebut.
• Hak untuk Didengar. Komunikasi dua arah harus dibentuk, yaitu untuk menyalurkan keluhan produk dan jasa dari konsumen dan untuk menyampaikan berbagai informasi barang dan jasa dari perusahaan.
• Hak atas Pendidikan. Pelanggan berhak atas pendidikan. Misalnya, pendidikan tentang bagaimana menggunakan dan memelihara produk. Perusahaan harus menyediakan program pendidikan agar mereka tahu informasi barang dan jasa yang akan dibelinya.
• Hak untuk memilih. Hal terpenting dalam persaingan adalah memberi hak untuk memilih barang dan jasa yang mereka perlukan. Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tidak mengganggu persaingan dan mengabaikan undang-undang antitrust.
4. Tanggung Jawab Terhadap Investor. Tanggung jawab perusahaan terhadap Investor adalah menyediakan pengembalian (return) investasi yang menarik diantaranya dengan memaksimumkan laba. Selain itu, perusahaan juga bertanggung jawab untuk melaporkan kinerja keuangannya kepada investor seakurat dan setepat mungkin.
5. Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat. Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya. Misalnya menyediakan pekerjaan dan menciptakan kesehatan dan menyediakan berbagai kontribusi terhadap masyarakat yang berada dilokasi tersebut.

Jumat, 15 April 2011

SEPENGGAL PERJALANANKU

SEPENGGAL PERJALANANKU
Oleh: Munif Kholifah Sulistiyoningrum
Mobil kami melewati jalan kecil di daerah Pagedongan, Banjarnegara. Sisa-sisa tanah longsor terlihat begitu jelas, longsor terjadi akibat hujan deras selama sehari semalam yang tengah mengguyur wilayah itu. Mobil terus melaju di jalanan yang setiap saat terancam longsor mengingat masih begitu labilnya tanah.
"Lihat sebelah sana Ma, itu kuburan desa." Kata suamiku. Kami bertiga yang kesemuanya berada dalam mobil menoleh ke sebelah kiri, tempat yang dimaksud suamiku. Gundukan-gundukan tanah terlihat begitu tak beraturan. Sejauh mata memandang tak kutemukan pepohonan nan hijau dan rumah-rumah warga yang berhimpitan. Semuanya nyaris rata dengan tanah.
Kelurahan Tegalgiri, Kecamatan Pagedongan, Kabupaten Banjarnegara. Dulunya, warga yang tinggal di sini begitu ramai. Setiap pagi mereka sibuk dengan rutinitas sehari-hari. Kini tempat-tempat tersebut telah menjadi kenangan yang begitu memilukan bagi siapa saja yang mengingatnya. Seluruh harta dan rumah warga tenggelam bersama lebih dari seratus nyawa yang melayang.
Kadang-kadang, tak berapa lama setelah kejadian itu, ada saja warga yang masih berusaha mencari keluarga atau tetangganya. Namun yang mereka dapat justru lebih menyakitkan. Potongan-potongan tubuh di balik tanah, atau bahkan yang tersangkut di pinggir sungai.
Tujuan kami ke sini sebenarnya bukan untuk membahas bencana alam yang melanda daerah Banjarnegara. Kami sekeluarga sedang dalam perjalanan liburan di kota tersebut. Namun kami merasa heran tentang tradisi masyarakat Indonesia yang menjadikan kawasan bencana sebagai tempat wisata dadakan.
Di sini, kuburan masal yang telah merenggut banyak jiwa kini menjadi daerah wisata. Bahkan saking antusiasnya warga untuk melihat, akses jalan menuju kuburan masal di Tegalgiri sering macet. Mereka yang berebut datang bukan untuk membantu warga yang tertimpa musibah, namun lebih kepada melihat sisa-sisa musibah sebagi tontonan. Seperti melakukan perjalanan wisata. Sungguh fenomena yang sangat memprihatinkan.
Tanah longsor di Banjarnegara terjadi pada selasa petang 16 Maret 2010. Rumah-rumah penduduk jadi rata dengan tanah, jembatan terbelah jadi dua, mayat-mayat bergelimpangan. Kebanyakan tewas karena tertimpa tanah longsor atau tertimpa bangunan karena tak sempat lari keluar.
Perjalanan kami berakhir di sebuah rumah yang masih kokoh berdiri, meski di sana sini ada tembok yang rengat akibat tanah longsor. Di dalamnya terdapat orang-orang dari salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat yang datang dari Jakarta khusus untuk menangani anak-anak yang menjadi korban gempa. Selama di sini, mereka akan membantu memulihkan kondisi fisik dan psikologis anak-anak yang trauma akibat kejadian silam.
Tiba-tiba aku tersentak bangun dari tidurku. Aku lihat disebelahku masih ada suami dan anakku tercinta. Alhamdulillah. Aku ucap syukur kehadirat Allah SWT. Ternyata aku masih di rumahku sendiri. Mungkin aku hanya terlalu larut dalam kesedihan yang menimpa saudara-saudaraku yang ada di Banjarnegara, karena sebelumnya aku melihat bencana tanah longsor di Banjarnegara lewat tayangan di televisi. Dan aku lupa untuk mendoakan mereka. Alhamdulillah sekali lagi, karena Allah lebih menyayangiku dengan memberi teguran bahwa aku belum mendoakan saudara-saudaraku yang ada di sana. Doa, hanya itu yang bisa aku berikan untuk mereka. Semoga Allah mengabulkan doaku. Amin.

Kamis, 07 April 2011

KREATIFITAS SEBAGAI KUNCI KESUKSESAN

KREATIFITAS SEBAGAI KUNCI KESUKSESAN
Oleh : Munif Kholifah Sulistiyoningrum

Sander A. Flaum dalam artikelnya Time to Create mengemukakan, banyak orang berfikir bahwa kretifitas adalah kilatan inspirasi yang bersifat mistik. Menurutnya, kreatifitas adalah juga kerja keras yang perlu dibangun dalam kehidupan para pemimpin professional. Itulah yang dilakukan oleh Jim Collins seorang pemikir paling kreatif di dunia bisnis yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk memburu kreatifitas. Ia meyakini bahwa kreatifitas sangat menentukan keberhasilan. Oleh karenanya ia menentukan langkah untuk memastikan bahwa ia telah benar-benar menghabiskan waktunya demi meraih kreatifitas.
Meraih kreatifitas bukan hal mudah. Kreatifitas membutuhkan ketekunan dan kesetiaan. Kreatifitas kadang muncul tiba-tiba. Membutuhkan lompatan keyakinan untuk tetap pada tujuan meski hasil belum memuaskan.
Sanser A. Flaum mengemukakan bahwa dalam kenyataannya, sebagaimana banyak hasil penelitian yang dilakukan mengenai proses kreatif, bahwa keberhasilan dalam meraih kreatifitas lebih pada faktor pembiasaan dari pada keberuntungan. Ia mengutip pandangan Karl Ulrich yang mengatakan bahwa dibutuhkan banyak pemikiran dan refleksi untuk menghasilkan dan melaksanakan ide-ide baru daripada apa yang diharapkan kebanyakan orang.
Menurut pandangan konvensional, inovasi merupakan proses kreatif murni. Itulah mengapa muncul istilah 'spark of creativity' (percikan kreatif) dalam buku semisal Creative Breaktrough Product.
Sebenarnya percikan atau pencetusan hanyalah permulaan dari proses kreatif. Ide-ide bagus baru akan muncul kemudian dalam proses yang lambat dan tidak menarik dan mematikan ide-ide yang tidak penting. Mungkin terdengar tidak kreatif, namun itu adalah bagian penting dari proses kreatif, dan memerlukan waktu.
Teresa Amabile, Kepala bagian kewirausahaan dan manajeman di Harvard Business School, setelah melakukan penelitian bersama timnya terhadap 12.000 entri jurnal dari 38 orang yang bekerja pada proyek-proyek di tujuh perusahaan industri, berkesimpulan bahwa seseorang perlu waktu untuk berendam dalam masalah dan membiarkan gelembung-gelembung ide bermunculan.
Dalam sebuah perusahaan tidak hanya membutuhkan kreatifitas sebagian pekerja, namun setiap pemimpin perusahaan menginginkan seluruh pekerjanya memiliki kreatifitas dan menghasilkan ide-ide baru yang berguna untuk pengembangan perusahaan.
Resesi yang terjadi di perusahaan memberikan peluang yang unik untuk mendorong kreatifitas. The New York Times melaporkan bahwa beberapa tahun belakangan banyak artis yang mengambil kesempatan kreatif, bekerja di luar rumah medianya, merambah jalan baru untuk inspirasi karena mereka menyerah pada suramnya kondisi ekonomi di industri mereka.
Di akhir tulisanya, Flaum mengemukakan, bahwa para pemimpin perusahaan akan lebih bijak jika mereka melakukan langkah-langkah terobosan, dengan tidak hanya menggunakan periode ini (resesi) untuk mencoba ide-ide baru tetapi untuk melakukan restrukturisasi manajemen demi perkembangan usaha mereka.
Kreatifitas sebagai Kunci Sukses Perusahaan
Dalam buku Creativity Inc: Building Business School Press Jeff Mauzy dan Richard A. Harriman berpandangan kurang lebih sama dengan Flaum. Dalam buku yang diterbitkan oleh Harvard Business School Press tersebut ia mengemukakan beberapa hal penting tentang kreatifitas perusahaan. Menurutnya, kreativitas adalah kunci sukes perusahaan
Kreativitas adalah proses timbulnya ide yang baru, sedangkan inovasi adalah pengimplementasian ide itu sehingga dapat merubah dunia. Kreativitas membelah batasan dan asumsi, dan membuat koneksi pada hal hal lama yang tidak berhubungan menjadi sesuatu yang baru. Inovasi mengambil ide itu dan mejadikannya menjadi produk atau servis atau proses yang nyata di perusahaan.
Kreativitas seringkali lebih diidentikkan dengan para seniman, desinger, dunia periklanan, dan aktor aktris. Jeff Mauzy dan Richard A. Harriman dalam buku ini menunjukan bahwa kreativitas dan kemampuan berinovasi dapat dibentuk dan dibangun dalam sebuah framework manajemen yang baik.
Semua orang setuju bahwa untuk menunjang kemajuan perusahaan perlu adanya kreativitas didalam perusahaan, tetapi jarang sekali yang tahu dan mau membentuk dan menjadikan perusahaan mempunyai kultur yang menyuburkan kreativitas.
Perusahaan besar di manapun tempatnya selalu dapat mempertahankan nafas kreativitas dan selalu melahirkan inovasi baru yang menghasilkan sustainable growth.
Dalam buku ini dijelaskan apa inti arti dan proses kreatif itu. Salah satunya adalah berfikir kreatif. Kreatifitas dibentuk oleh motivasi dan rasa keingintahuan dan kemauan untuk mangatasi ketakutan dalam perkembangan perusahaan. Bagaimana menghubungkan hal-hal yang kelihatannya tidak nyambung menjadi inovasi baru, dan menggabungkan disiplin ilmu yang berbeda untuk mencapai hal baru.
Dijelaskan apa dan bagaimana tipe orang yang kreatif dan apa yang biasanya dilakukan orang-orang kreatif. Bagaimana menggabungkan orang-orang yang kreatif didalam perusahaan untuk dapat melahirkan sebuah perusahaan yang inovatif? Disini dijelaskan tentang teknik dan hal apa yang perlu diperhatikan dalam membuat perusahaan lebih kreatif, baik dari sisi human resourse, information ataupun struktur orgainisasi.
Ketika melihat serbuk sari tanaman menempel pada bajunya, George de Mestral, tiba-tiba memikirkan tentang ide yang akhirnya menjadi produk inovatif Velcro.
Karakter kedua adalah Berpikir memecah (divergent thinking), yakni adalah kemampuan untuk menghubungkan dua hal yang tidak ada hubungannya menjadi sebuah hal baru. Ini adalah kapasitas kreatif yang hilang pada saat kita tumbuh dewasa. Survey menunjukan penurunan kemampuan ini dari 98 persen pada saat berumur lima tahun menjadi 2 persen saat berumur 25 tahun keatas.
Buku ini juga menyorot Iklim perusahaan dan iklim personal yang kreatif. Dikemukakan bahwa kolaborasi antar department, umpan balik tentang perkembangan hasil inovasi dan fleksibilitas dalam mengelola energi kreatif adalah bagian penting dalam sebuah iklim perusahaan inovatif.
Iklim kreatif lebih mudah dibentuk dari awal berdirinya perusahaan. Perubahan pada perusahaan yang mapan haruslah dimulai dari puncak dan dilakukan secara berkala dengan otonomi pada departemen yang diharapkan untuk menjadi lebih kreatif.
Kreativitas individual haruslah dapat dipertahankan didalam perusahaan bila ingin inovasi yang berkelanjutan, kepada orang-orang kreatif haruslah diberikan sebuah wadah yang nikmat. Keingingan mereka untuk sukses, the power of passion, atau kecintaan mereka akan hal-hal baru yang berbeda, dan koneksi orang-orang ini dengan dunianya haruslah dipupuk dan dipertahankan.
Kepemimpinan yang menumbuhkan kreativitas
Pemimpin yang baik tahu bagaimana mengurangi kontrol, memberikan reward, menghormati kegagalan, dan mendorong karyawan berinovasi. Pemimpin harus dapat menyediakan sarana dan pelatihan, dan memberikan umpan balik pada setiap tindakan yang inovatif.
Kreativitas pada perusahaan haruslah diarahkan dengan benar, dan tidak sekedar menjadi kreatif saja, tetapi mempunyai tujuan yang terarah dan berguna untuk perusahaan. Kreativitas yang baik adalah kreativitas yang betujuan.
Ada tujuh langkah pelaksanaan kreativitas: Langkah dasar, Explorasi kesegala arah, Pemilihan, Fokus dan ekplorasi detil, Penyimpulan tindakan, Transformasi dan pengembangan, dan akhirnya Implementasi. Ketujuh langkah ini merupakan framework pelaksannan inovasi dalam perusahaan.
Mempertahankan perubahan menjadi kunci berhasil tidaknya implementasi perubahan. Perencanaan yang baik, pendataan hasil yang jelas, dan pemupukan iklim kerja yang baik akan berhasil membuat inovasi menjadi kunci sukses perusahaan.
Untuk dapat bertahan dan berkembang pada jangka panjang, setiap orang pada perusahaan haruslah menciptakan hal baru dan berinovasi. Dan setiap orang haruslah dapat melakukannya secara natural seperti cara kita bernafas. Itulah kata awal pada buku ini.
Walaupun buku ini tidak memberikan terobosan besar, tapi telah memberikan sebuah legitimasi bahwa kreativitas dapat dan haruslah dikembangkan pada semua perusahaan besar dan kecil di manapun.
Hal penting yang harus jadi catatan adalah bahwa kreatif adalah karakter yang terbentuk dari kebiasaan (habit) bukan kebetulan. Sebagaimana dikemukakan oleh Mauzy dan. Harriman di atas, bahwa pada umur 25 th kreatifitas manusia hanya tinggal 2 persen saja. Kreatif adalah potensi dasar manusiawi (given) yang telah hilang dan perlu ditemukan kembali melalui pembiasaan. Oleh karenanya, sebagaimana dikemukakan Jim Collins di atas, bahwa untuk menemuan kreatif perlu waktu panjang dan bergelut dengan rintangan problematik untuk selanjutnya akan muncul yang disebut penemuan kreatif. Dengan demikian, penemuan kreatif perlu kesabaran dan semangat perjuangan serta kesetiaan dan keyakinan pada tujuan yang ingin diraih.
Proses inilah yang oleh Abraham H. Maslow, pelopor psikologi humanistik, disebut pendakian menuju aktualisasi diri (self-actualization). Seorang yang ingin meraih derajat aktualisasi diri dituntut untuk senantiasa menentukan pilihan-pilihan baik (kreatif) dan menghindari pilihan-pilihan buruk (kemalasan atau kegamangan). Dengan demikian, maka pada saatnya ia akan meraih apa yang ia sebut sebagai aktualisasi diri (self actualization). Di mana kreatif adalah salah satu cirinya.
Memilih Karyawan yang Tepat
Karena pencapaian kreatif memerlukan jalan panjang yang berliku maka sebuah perusahaan dituntut untuk memilih dan memiliki karyawan yang benar-benar telah memiliki kapasitas kreatif, bukan menjadikan karyawannya menjadi kreatif. Membina orang menjadi kreatif memerlukan waktu panjang dan tantangan yang berat. Untuk itu, yang harus dilakukan adalah memilih yang kreatif dan membuang yang tidak. Menjadikan orang malas menjadi kreatif tidak mungkin dilakukan oleh perusahaan yang setiap saat dituntut kreatifitas dan inovasi. Perusahaan yang setiap waktu menghadapi tantangan berat dan situasi yang tidak menentu.
Dalam faktanya, hanya perusahaan yang dihuni oleh orang-orang kreatiflah yang akan dapat bertahan dan memenangkan pertarungan. Mengelola bisnis tidak berbeda dengan membawa rombongan pendaki gunung menuju ke puncak. Ada banyak hal ketidakpastian. Ada banyak hal yang dapat membuat bisnis sewaktu-waktu dapat hancur. Hanya orang-orang yang memiliki semangat juang tak kenal menyerah yang mampu bertahan sampai puncak.
Menghadapi lingkungan bisnis yang tidak pasti dibutuhkan strategi jitu. Ketika Richard P. Cooley menjadi CEO Wells Fargo, sesaat sebelum terjadinya deregulasi industri perbankan di AS, ia menghadapi masalah yang cukup pelik. Bagaimana ia merencanakan bisnis di tengah kondisi kacau yang penuh ketidakpastian?
Cooley seperti pendaki gunung yang berhadapan dengan medan yang belum pernah didaki. Ia tidak tahu apa yang dapat dilakukan alam terhadap dirinya. Bisa jadi ia terkena badai dan kemungkinan terburuk baginya adalah mati. Bisnisnya bangkrut. Pertanyaannya, lalu strategi bisnis apa yang dipakai Cooley? Ternyata Cooley tidak melakukan apa-apa. Tepatnya, Cooley tidak memfokuskan diri pada pertanyaan apa yang harus dilakukan, tetapi ia fokus kepada pertanyaan “siapa”.
Apa solusi terbaik untuk mengatasi lingkungan bisnis yang penuh ketidakpastian? Apa strategi utama untuk mendaki gunung yang memiliki kondisi ekstrem? “Pilih rekan mendaki yang tepat! Rekan yang ikut beradaptasi dengan kondisi apa pun. Begitulah cara membangun masa depan bisnis!” kata Cooley mantap.
Dengan memasukkan sejumlah tenaga handal dan professional langsung ke jantung perusahaannya, Cooley membuat tim manajemen yang tangguh. Ia meletakkan landasan bagi Wells Fargo untuk melonjakkan harga sahamnya di pasar modal. Bahkan hingga 300%. Padahal pada saat yang sama kondisi industri perbankan justru jatuh 59% di pasar modal.
Prinsip dasar dalam membangun perusahaan yang sukses, yang membedakannya dengan perusahaan yang tidak sukses, menurut Cooley adalah: “Pertama adalah Siapa!” Masukkan penumpang yang tepat ke dalam bus, singkirkan penumpang yang buruk kinerjanya. Dudukkan penumpang yang tepat itu di kursi yang tepat, lalu tentukan arah bus mau ke mana! katanya lagi.
Sebelum menentukan “penumpang” yang buruk kinerjanya, beberapa pemimpin perusahaan yang disurvey sering mengajukan pertanyaan: “Apakah kita menghadapi masalah bus atau masalah tempat duduk? Apakah kita memiliki penumpang yang tepat tapi duduk di kursi yang salah? Jika diperjelas, pertanyaan yang menimbulkan kebingungan itu menjadi, “Sebenarnya apa sih kriteria “penumpang” yang baik dalam bus? Dengan kata lain, orang-orang yang tepat dalam perusahaan itu seperti apa sih?
Riset yang dilakukan Jim Collins, dalam penelitiannya menemukan menghasilkan 5 (lima) kriteria orang yang tepat dalam perusahaan.
Pertama, Orang yang tepat adalah orang yang sesuai dengan nilai inti perusahaan. Perusahaan besar membangun budaya perusahaannya. Karyawan yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan nilai perusahaan bakal merasa berhadapan dengan virus. Sebagai contoh, Nucor Stell mengembangkan budaya kerja yang sangat dinamis dan bergairah. Seorang karyawan yang ketahuan malas pernah dikejar oleh kawannya sendiri dengan setrika besi. Bagaimana cara menghasilkan karyawan yang dapat memahami nilai perusahaan? Jawabannya justru tidak bisa. Anda harus mencari karyawan yang sudah memahami budaya kerja perusahaan Anda.
Kedua, karyawan yang tepat meringankan pengawasan. Sesaat begitu Anda merasa perlu mengawasi karyawan secara khusus, bisa jadi Anda telah salah mengangkat karyawan. Karyawan yang tepat tidak harus selalu diawasi meski ia tetap harus diarahkan, diajarkan. Bila Anda mempekerjakan karyawan yang tepat, Anda menghemat waktu untuk memotivasi dan mengelola mereka. Karyawan akan bertindak produktif secara sendirinya. Mereka disiplin, mengerjakan sesuatu sekuat tenaga. Hal itu karena sudah mengalir dalam darah mereka.
Ketiga, karyawan yang tepat mengerti bahwa mereka tidak bekerja, mereka bertanggung jawab. Misalnya, dalam sebuah ruang pengontrol lalu lintas penerbangan, seorang petugas pengatur lalu lintas mengatakan, “Saya telah mengerjakan seluruh tugas saya hari ini”. Tetapi sebuah pesawat jatuh dan hancur berkeping-keping. Apakah itu cukup? Karyawan yang tepat sadar akan perbedaan antara “kerja” mereka dan “tanggung jawab” yaitu mendaratkan dan menerbangkan pesawat dengan selamat. Perusahaan besar mengembangkan budaya disiplin, baik disiplin dalam pemikiran maupun tindakan. Intinya adalah berpikir kreatif dalam kerangka kerja yang bertanggung jawab.
Keempat, karyawan yang tepat mencerminkan perilaku layaknya “jendela dan kaca”. Ketika segala sesuatu berjalan baik, karyawan yang baik justru menunjuk ke luar jendela, ke pihak lain yang ikut kontribusi terhadap kesuksesan. Mereka hanya mengambil sedikit percikan sukses. Sebaliknya, ketika situasi bisnis berjalan tidak beres, karyawan yang tepat tidak menyalahkan situasi atau orang. Mereka dengan tegas bertindak layaknya kaca, menunjuk ke diri sendiri dan mengatakan, “Saya yang bertanggung jawab”.
Kelima, Karyawan yang tepat memiliki gairah kepada perusahaan dan gairah itu bekerja. Tidak ada yang lebih baik daripada gairah bekerja. Karyawan yang tepat merefleksikan gairah bekerja di perusahaan. Bila Anda tidak dapat menumbuhkan gairah itu kepada karyawan Anda, lebih baik turunkan mereka dari bus. Mereka tidak mencintai pekerjaannya. David Packard, pendiri Hewlett-Packard, pernah berkata, “Perusahaan yang besar seringkali dapat lebih berisiko mati karena ‘kekenyangan’ daripada ‘kelaparan’.
Riset yang dilakukan Jim Collins mendukung pernyataan David Packard. Halangan utama pertumbuhan dan kesuksesan bisnis bukanlah pasar, teknologi atau kesempatan, atau bahkan modal. Rintangan terbesar justru datang dari kemampuan untuk menarik dan mempertahankan orang yang tepat dalam perusahaan. Apakah Anda memiliki 100% orang yang tepat sebagai ‘penumpang’ Anda, atau hanya 70%, 80% atau hanya 90%? Bila Anda merasa penumpang bus Anda kurang tepat, maka prioritas Anda adalah: segera menggantinya! Hanya orang-orang yang berkarakter kreatiflah yang dapat menjadikan perusahaan melaju dengan aman dan dapat bertahan menghadapi tantangan ke depan.



Daftar Rujukan:
Flaum, Sander A. Time to Create. www.pharmexec.com
Mauzy, Jeff, & Harriman, Richard A. (2003). Creativity Inc.: Building an Inventive Organization, Harvard Business School Press
Maslow, H. Abraham, (1968). Toward Psychology of Being, New York: Van Nostrand Reinhold Company.

Rabu, 06 April 2011

LIMA TOKOH PEMIMPIN IDEAL

LIMA TOKOH PEMIMPIN IDEAL
Oleh: Munif Kholifah Sulistiyoningrum
Beberapa Teori Tentang Syarat Kepemimpin Ideal
Berbicara tentang kepemimpinan, ada banyak pemikiran dan teori mengenai karakter kepemimpinan yang ideal. Memimpin yang diharapkan mampu menjalankan kekuasaannya secara efektif dan efisien, sehingga dapan mensejahtarakan rakyatnya. Berbagai buku serta literatur telah banyak membahas hal ini. Berikut ini ádalah komponen yang harus dimiliki seorang pemimpin yang efektif dan efisien. Menurut Ruth M. Tappen dalam buku “Nursing Leadership and Management : Concepts and Practice” (1995) syarat pemimpian yang demikian adalah Knowledge, Self Awareness, Communication, Energy, Goals dan Action.
1. Knowledge/Pengetahuan
Seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan yang baik tentang kepemimpinan dan ilmu tentang ruang lingkup kerja profesinya yang terdiri dari pengetahuan kognitif maupun skill/keterampilan. Seorang pemimpin akan dihadapkan pada situasi tertentu dimana dia harus mengambil keputusan yang tepat dalam menyelasaikan masalah. Dasar untuk pengambilan keputusan yang tepat adalah pengetahuan dan kemampuan berpikir kritis yang dimiliki. Oleh karena itu untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif yang mampumengambil keputusan yang tepat dalam suatu situasi tertentu maka harus memiliki pengetahuan tentang hal-hal beriku:
Pertama, leadership. Seorang pemimpin harus mengetahui tentang konsep kebutuhan dasar manusia, teori motivasi, teori bekerja dalam kelompok dan ilmu perilaku. Dengan pengetahuan tersebut maka ia akan lebih bisa memahami karakter anak buah/bawahannya dan hal ini bisa membantu leader dalam menentukan tindakan apa yang harus dilakukan pada bawahan agar dapat mempengaruhi motivasi dan perilakunya agar dapa bekerja sama dalam mencapai tujuan.
Seorang pemimpin juga harus mengetahui gaya-gaya kepemimpinan yang sesuai untuk situasi-situasi tertentu sehingga dapat mengambil sikap yang tepat dalam situasi tertentu. Leader juga harus memiliki visi yang jelas dan harus mensosialissikan dan mengkomunikasikan visi tersebut kepada bawahan sehingga bawahan bekerja bukan karena terpaksa tapi karena mereka juga menginginkan hal tersebut. Beberapa orang memang terlahir dengan bakat dan karakter seorang pemimpin tapi sifat dan karakter kepemimpinan bisa dipelajari dan dilatih agar dapat menjadi pemimpin yang efekif dan efisien.
Kedua, pengetahuan tentang lingkup profesi. Seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan yang baik tentang lingkup kerja profesinya baik pengetahuan kognitif maupun skill atau keterampilan sehingga dia bisa menjadi role model dan panutan bagi bawahan, dapa menambah dn memberikan energi positif pada bawahan dalam melaksanakan tugas.
Ketiga, Critical thinking/berpikir kritis. Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan berpikir kritis dalam hal pengambilan keputusan yang tepat untuk kepentingan klien maupun dalam memberikan arahan kepada bawahan. Hasil dari berpikir kritis akan ditemukan metoda baru yang lebih efekif sehingga bawahan bekerja bkan hanya sekedar mlakukan hal yang telah menjadi rutinitas tapi bisa mencoba hal baru yang lebih positif.
2. Self Awareness/Kesadaran Diri
Pemimpin yang baik harus mengenal dirinya dengan baik, diawali dengan mengevaluasi kekurangan dan kelebihan yang dimiliki sehingga kekurangan tersebut dapat ditingkatkan. Perlu juga evaluasi tentang perasaan dan situasi yang berhubungan serta mekanisme koping yang dilakukan. Identifikasi koping yang dilakukan serta perbaiki koping yang destruktif atau maladaptive kearah koping yang konstruktif atau tidak merugikan dan menyakiti diri sendiri dan orang lain.
Dengan kesadaran diri yang baik kita akan menyadari bahwa tak ada manusia yang sempurna, setiap orang berhak untuk mengalami dan mengekspresikan rasa senang, sedih, kecewa, bahagia, cemas dn sebagainya. Seorang pemimpin yang baik harus bisa mengenali tanda-tanda ini pada bawahannya dan selalu berusaha belajar cara mengahadapi kondisi yang ada dengan cara yang baik.
Kesadaran diri yang baik akan membangun rasa empati yang akan membentuk rasa kedekatan, kepercayaan dengan bawahan sehingga akan membangun suasana kerja yang harmonis, saling menghargai dengan bawahan sehingga memudahkan dalam kerja sama dalam mencapai tujuan. Seorang pemimpin yang baik tidak ragu untuk meminta evaluasi dari bawahan tentang gaya kepemmpinannya dan begitu pula sebaliknya. Masukan-masukan tersebut dijadikan motivasi untuk merubah diri kearah yang lebih baik.
3. Komunikasi
Komunikasi adalah jantungnya kepemimpinan. Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik terhadap teman maupun bawahan karena komunikasi yang baik adalah merupakan satu strategi dalam mempengaruhi orang lain. Teknik komunikasi yang harus dimilki diantaranya :
Pertama, mendengar aktif (active listening). Pemimpin yang baik akan memahami bahwa mendengarkan bawahan akan membuat mereka merasa dihargai dan merupakan sarana untuk mendapatkan feed back dari mereka. Lakukan klarifikasi dengan pertanyaan yang tepat dan tidak menyakiti untuk mendapatkan infomasi yang akurat dalam mengambil keputusan. Mendengar aktif akan membuat bawahan dapat mengungkapkan perasaan sehingga kebutuhan psikologisnya dapat terpenuhi dan sekaligus mengurangi rasa cemas yang dirasakannya.
Kedua, menyusun arah/arus informasi. Pemimpin harus membentuk alur komunikasi yang efektif sehingga dapat menghindari terjadinya miskomunikasi yang baik antara leader dengan bawahan, bawahan dengan rekan kerja maupun dengan pasien. Oleh karena itu pemimpin yang baik harus membangun suasana atau alur komunikasi yang baik pada saat bertemu maupun tidak bertatap muka.
Keempat, asertif. Pemimpin yang baik harus mempunyai sifat asertif terhadap bawahan. Leader harus menyediakan waktu untuk menerima masukan baik dari pasien maupun dari bawahan dan begitu pula sebaliknya. Masukan disampaikan dengan cara yang membangun, jelas, konstruktif dan tidak menyakiti.
Seorang pemimpin yang baik apabila menemukan kesalahan yang dilakukan oleh bawahan tidak mengeluarkan kata-kata yang membuat bawahan tersebut merasa sangat bersalah dan menyakiti hatinya. Feedback yang baik adalah memberikan kata yang bijak tanpa menyakiti diikuti dengan pemberian informasi tentang apa yang seharusnya dilakukan
Kelima, saling memberi umpan balik. Anggota tim atau bawahan membutuhkan evaluasi atau feedback seperti halnya pemimpin. Feedback berfungsi untuk meningkatkan self awareness/kesadaran diri mencegah asumsi negatif terhadap perilaku seseorang dan untuk menjadi petunjuk dan motivasi dalam proses perubahan kearah yang lebih baik.
Keenam, Linking dan networking. Seorang pemimpin harus memiliki jalur dan akses yang jelas dan mudah baik dalam memperoleh informasi terbaru maupun dalam melakukan komunikasi dengan profesi atau instansi lain yang dapat dijadikan tim dalam bekerjasama dalam menyelesikan suatu masalah yang ada. Pemimpin harus mempunyai pergaulan yang luas dengan profesi lain sehingga memudahkan dalam menjalin kerjasama
Ketujuh, mengkomunikasikan visi. Seorang pemimpin harus mempunyai visi yang jelas dan harus mengkomnikasikan dengan baik kepada bawahannya. Kemampuan mengkomunikasikan visi dengan baik akan dapat membangun motivasi, kerjasama dan memberikan energi yang baik bagi bawahan dalam bekerja ntuk mencapai tujuan. Visi yang jelas dan menarik akan membuat bawahan termotivasi untuk bekerja bukan karena keterpaksaan tapi karena merteka juga menginginkan hal itu.
4. Energi
Seorang pemimpin harus terus menerus tampil dengan energi yang baik dalam penampilan dan pekerjaannya. Untuk memiliki energi yang baik dan semangat yang baik maka seorang pemimpin harus memiliki rasa percaya diri dan memiliki hidup yang seimbang sehingga energi dapat terus menerus terjaga.
Energi atau semangat yang dimiliki oleh seseorang akan dapat ditularkan keorang lain. Seperti halnya kita bisa sedih dengan kesedihan orang lain, kita bisa bahagian dengan kebahagiaan orang lain dan kita juga bisa semangan dan penuh energi karena teman dilingkungan kita juga penuh semangat.
Pemimpin yang selalu terlihat semangat dalam penampilan dan bekerja akan memotivasi bawahan untuk meningkatkan motivasi dan produktivitas kerjanya. Energi yang dimiliki seorang pemimpin akan mempengaruhi respon bawahan terhadap dirinya maupun terhadap pekerjaan yang dilakukan.
5. Goals/Tujuan
Tujuan adalah apa yang akan diralisasikan atau arah yang akan dicapai, alasan seseorang dan merupakan motivasi untuk berbuat sesuatu/ melakukan pekejaan tertentu. Seorang pemimpin harus mempunyai tujuan yang jelas yang meliputi Apa. Siapa, Kenapa dan Bagaimana. Tujuan ini kemudian harus dikomunikasikan dengan bawahan agar mereka bisa menerima, memahami dan menyetujui tujuan tersebut sehingga dapat didiskusikan bersama cara pencapaiannya.
6. Action/Tindakan
Seorang pemimpin yang baik adalah pandai dalam mengambil keputusan yang tepat dan berorientasi pada tindakan/action. Untuk dapat mengambil keputusan dan bertindak dengan baik maka seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan, kesadaran diri, kemampuan berkomunikasi dengan baik, energi, dan tujuan yang jelas. Seorang pemimpin harus menjadi role model yang baik dalam cara kepemimpinannya, dalam pelaksanaan tugas maupun dalam membangun kerja sama dan bekerja sama dengan orang lain termasuk dengan bawahannya.
Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan dan keterampilan profesionalisme yang tinggi yang dikarakteristikkan dengan pengetahuan dan keterampilan yang baik. Mempunyai kemampuan perencanaan yang baik, koordinasi, evaluasi dan organisasi bawahan dengan baik sekaligus juga sebagai support sistem dan role model yang baik bagi bawahannya.
Seorang pemimpin harus selalu penuh semangat dan memiliki energi yang besar sehingga dapat mempengaruhi bawahan untuk meningkatkan produktivitas dalam bekerja. Pemimpin yang baik selalu penuh inisiatif dan berani mengambil resiko dalam menerapkan hal baru yang berguna dalam mempermudah dan mempercepat proses pencapaian tujuan dan berani menghadapi pihak lain yang tidak sejalan dengannya dan teguh memperjuangkan kebenaran yang diyakininya.
Dari keenam komponen yang harus dimiliki seorang pemimpin yangefektif diatas kemudian disempurnakan oleh Ruth M. Tappen dalam buku Essential of Nursing Leadership and Management.3th ed. (2004), bahwa seorang pemimpin yang efektif harus memiliki kualitas diri dan kualitas perilaku sebagai berikut :
Kualitas diri : integritas, Berani mengambil resiko, inisiatif, energy, optimis, pantang menyerah (perseverance), seimbang, Kemampuan menghadapi stress, dan Kesadaran diri serta memiliki Kualitas perilaku seperti: Berpikir kritis, Menyelesaikan masalah (problem solving), Menghormati/menghargai orang lain, Kemampuan berkomunikasi yang baik, Punya tujuan dan mengkomunikasikan visi dan meningkatkan kemampuan diri dan orang lain
Eric Hoffer, seorang penulis di bidang sosial dan filsuf Amerika mengungkapkan ada tiga hal yang mendasari kepemimpinan. “Pemimpin harus praktis dan membumi, sertabisa berbicara dalam bahasa yang realistis dan idealis.” (“The leader has to be practical and a realist, yet must talk the language of the visionary and the idealist”). Dengan kata lain seorang pemimpin haruslah idealis, realitis dan optimis.
Idealisme merupakan kunci seorang pemimpin menentukan arahnya. Pemimpin yang idealisme berpegang pada kondisi ideal saat ini dengan kondisi yang ingin dicapai. Idealisme juga berkaitan dengan inspirasi. Arah perjalanan yang jelas merupakan sumber inspirasi dalam berjuang. Masuk akal bila seorang pemimpin nasional idealnya juga seorang inspirator, yang memiliki gagasan-gagasan inspiratif, baik kecil maupun besar, yang menjadi salah satu landasan dalam meletakkan arah perjalanan bangsa.
Karenanya, pemimpin yang memiliki idealisme adalah pemimpin yang visioner. Pandangannya tidak hanya ke masa kini, juga ke ; tidak hanya menyangkut hal-hal praktis kekinian, juga yang idealis-inspiratif.
Poin kedua adalah realitis. Realisme menyangkut pengertian dan pemahaman akan kondisi dan situasi yang berkembang. Seorang pemimpin yang realistis harus berpijak bukan hanya pada visinya tetapi juga dengan fakta dan realitas di sekelilingnya. Seorang pemimpin yang kehilangan realitas tidak hanya akan kehilangan kepercayaan dari yang dipimpinnya, juga akan membawa ketertinggalan kepada kelompoknya. Pasalnya, gerak kemajuan suatu bangsa secara relatif memakan waktu lama, setiap proses kemunduran akan menghasilkan waktu yang jauh lebih lama untuk kembali ke keadaan yang diinginkan. Ini sudah terbukti dari pengalaman berbagai negara, termasuk misalnya China di masa Mao Zedong dan Filipina dengan Fidel Marcos.
Marian Anderson mengatakan, "kepemimpinan harus dilahirkan dari pemahaman akan kebutuhan dari yang dipimpinnya” (“leadership should be born out of the understanding of the needs of those who would be affected by it”). Idealisme dari kepemimpinan harus dibangun di atas fakta dan realitas yang berkembang.
Pemimpin yang memiliki idealisme dan realisme adalah visionaris yang rasional. Namun, kedua landasan tersebut belum mencukupi kriteria seorang pemimpin. Diperlukan fondasi yang ketiga yakni optimisme.
Optimisme berkaitan dengan adanya energi, kemampuan manajerial, kesanggupan untuk introspeksi (self-retrospection) dan semangat positif bahwa kondisi ideal yang diinginkan, yang didasarkan realitas, dapat dicapai. Pemimpin yang memiliki optimisme akan mampu menjadi penggerak dan pemandu orang-orang sekelilingnya. Landasan kepemimpinan ketiga ini mensyaratkan bahwa pemimpin adalah figur yang cakap (terampil), berpengetahuan dan sekaligus menjadi tauladan.
Seorang pemimpin yang optimis harus mampu membedakan fakta dari fiksi; hal mendesak dari yang dapat ditunda; vital dari yang kurang penting; salah dan benar. Selain itu, diperlukan adanya keterbukaan, kejujuran dan kerendahan hati (humility). Tanpa hal terakhir ini, mustahil seorang pemimpin mau dan mampu melakukan self-evaluation terhadap kepemimpinannya. Dengan sendirinya, mustahil pemimpin menjadi inspirator dan panutan.
Dari fondasi ketiga ini, sayangnya, bekas pemimpin nasional kita gagal. Kadar humility rendah, self-restropection minim dan ketauladanan jauh dari harapan, karena pemimpin yang optimis, tidak hanya visionaris yang rasional, juga yang cakap dan rendah hati.
Dalam hal ini Goleman membagi gaya kepemimpinan menjadi enam macam, antara lain, Coercive (mampu memenuhi kebutuhan secara cepat), authoritative (memobilisasi masyarakat dengan visi), affiliative (mampu menciptakan harmoni dan membangun ikatan-ikatan emosional), democracy (membuat konsesus melalui partisipasi), pacesetting (meletakkan standar performa yang tinggi), dan coaching (membangun masyarakat demi yang lebih baik). Karakter dasar ini harus dimiliki seorang kandidat presiden karena ia akan menjalankan tugas kepemimpinan apalagi di negara dengan populasi penduduk yang mencapai lebih dari 200 juta jiwa ini.
Pertama, seorang pemimpin yang hendak dipilih adalah seorang elite politik yang memiliki tanggung jawab besar, haruslah memiliki pengetahuan yang luas. Unsur ini sangat penting di masa kini. Mengapa demikian? Agar dapat berubah lebih cepat dalam persaingan yang ketat dan cepat dimana lingkungan yang sangat tidak pasti untuk ke depan, pemimpin harus mampu berfungsi sebagai katalis dalam problem solving, toleran terhadap resiko, berfikir dalam gambaran keseluruhan dengan keahlian teknis yang menonjol, fokus dalam mengembangkan hal-hal yang tidak terukur, memiliki keterampilan non teknis dan pengetahuan lintas fungsi/antar disiplin seperti matematika, logika, sejarah, filsafat, sastra dan bahasa asing serta disiplin ilmu lainnya.
Kedua, pemimpin harus memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan informasi dengan baik dan mengkomunikasikannya dengan jelas, singkat, dan persuasif, keterampilan untuk menganalisis informasi yang kompleks sampai membuat keputusan yang tepat berdasarkan pendekatan secara logis. Biasanya seorang pemimpin akan mencari solusi atau jawaban yang terbaik, bukan jawaban yang ingin kebanyakan didengar oleh bawahan.
Ketiga, seorang pemimpin yang hebat biasanya juga “knowledge worker” yang seringkali memiliki pengetahuan antardisiplin dan memiliki pengalaman, serta secara bersamaan menerapkan pengetahuan yang berasal dari beberapa bidang untuk memecahkan masalah. Mereka seringkali dapat mengkombinasikan pengetahuan yang berbeda-beda, seperti bisnis dan teknologi. Keempat, adalah seorang pemimpin juga harus mengerti visi organisasi yang spesifik dan berperan untuk bisa melihat dan merespon kebutuhan masyarakat.
Selain hal-hal tersebut, kandidat presiden hendaknya memenuhi beberapa ciri kepemimpinan sebagai berikut; pertama, memiliki kecakapan khusus(skill), pendidikan, nilai-nilai, dan kepribadian; kedua, memilliki kemampuan dan persepsi manajerial yang baik; dan ketiga, memiliki self knowledge dan self reflection.
Senada dengan beberapa teori di atas, Warren Bennis juga mengemukakan karakter kepemimpinan ideal yakni visioner, kemauan yang kuat, integritas, kepercayaan, keberanian dan curiosity (On Becoming a Leader, 1994: 39-42).
Beberapa Tokoh Pemimpin Ideal
Beberapa tokoh panutan yang kepemimpinannya cukup ideal dan banyak menginspirasi kehidupan saya antara lain adalah Rasulullah Muhammad saw, Khalifah Umar bin Khattab, khalifah Umar bin Abdul Aziz, Sukarno, dan Gusdur.
1. Rasulullah Muhammad saw.
Rasulullah Muhammad saw. adalah sosok Yang bergelar Al Amin (Terpercaya) sehingga factor kejujuran sangat melekat dalam diri beliau sebagai seorang pemimpin besar, selain itu yang harus dimiliki sebagai seorang pemimpin adalah sifat Sidiq, Tablig, Amanah dan Fatonah.
Pertama Sifat Sidiq adalah merupakan keharusan prilaku yang dimiliki pemimpin haruslah terpercaya, baik itu secara lisan maupun perbuatan jadi ketika seseorang yang mau menjadi pemimpin atau yang sudah jadi pimpinan saat ini melakukan pembohongan atau berprilaku seperti itu berarti dia tidaklah layak sebagai pemimpin, Kedua adalah sifat Tablig seorang pimpinan adalah penyampaikan pesan untuk Rakyat dan Ummatnya pesan tersebut adalah pesan yang berupa kebaikan untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat luas bukannya pesan sebaliknya yang bisa menimbulkan keresahan karena saling menjatuhkan satu dengan yang lainnya, ketiga adalah Amanah yang artinya dapat dipercaya Seorang pemimpin adalah pemegang amanah Rakyat idealnya apa yang diperbuat adalah untuk kepentingan bagi pemberi amanahnya bukannya untuk kepentingan untuk memperkaya diri, kepentingan golongan dan partainya. Yang terakhir adalah Fatonah adalah sosok pimpinan haruslah orang yang cerdas karena masa depan Bangsa dan Negara ada di genggaman Dia kalau kita memilih pemimpin yang tidak cerdas yang akan terjadi adalah Boneka dari orang-orang di sekitarnya yang berbuat sesuai kepentingannya sendiri.
2. Umar bin Abdul Aziz
Beliau adalah khalifah ke-8 pada dinasti Bani Umayah. Diantara prinsip dan idealisme politik Umar bin Abdul Aziz yang sangat penting dicatat adalah:
Pertama, Kesederhanaan dan kebersahajaan, arah ini ditujukan pada seluruh rakyat, bangsawan maupun rakyat jelata. Seluruh rakyat Bani Umayah dianjurkan mempunyai sikap dan perilaku yang sederhana dan bersahaja. Hal ini bisa diikuti oleh seluruh rakyat, sekalipun tradisi semacam ini dianggap bertentangan dengan kebijakan khalifah sebelumnya. Umar bin Abdul Aziz sendiri yang membuktikan dan memberi tauladan tentang hal ini. Sebelum menjadi khalifah beliau termasuk orang yang paling mewah hidupnya, tepatnya waktu beliau menjadi Gubernur di Madinah dan ketika menjadi Katib. Setelah diangkat menjadi khalifah, beliau justru bersikap sebaliknya, seluruh harta benda di jual dan di kembalikan untuk kepentingan Negara( bait al mal ).
Kedua, kejujuran. Menurut ajaran Islam,sikap dan perilaku jujur harus di miliki oleh setiap individu muslim, apalagi seorang pemimpin. Apabila seorang pemimpin memiliki sikap jujur ini, maka Negara akan aman dan tenteram. Sangat kecil kemungkinan terjadi korupsi, kolusi maupun nepotisme (KKN). Kejujuran merupakan tiang utama untuk membangun suatu Negara maupun masyarakat dalam arti seluas luasnya, kemunduran suatu Negara akan sangat tergantung pada perilaku yang di miliki oleh para penguasa.
Ketiga. Keadilan dan Kebenaran. Dalam masa kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz, keadilan dan kebenaran menjadi prinsip yang kuat dalam mengendalikan Negara dan rakyat. Beliau terkenal sebagai khalifah yang sangat memperhatikan rakyatnya. Agar terhindar dari sifat kezaliman, Umar bin Abdul Aziz banyak mengembalikan tanah tanah yang dulu di rampas oleh penguasa-penguasa zalim sebelumnya. Beliau mengembalikannya pada pemilik yang sah. Bahkan beliau memecat para pejabat yang menguasai tanah rakyat.
Keempat, pembasmian feodalisme. Sikap dan perilaku feodal di kalangan istana dan masyarakat luas dikikis habis. Menurutnya, sikap dan perilaku demikian justru akan menimbulkan diskriminasi antara bangsawan dan rakyat jelata. Umat bin Abdul Aziz sangat tidak setuju terhadap adanya pembedaan kelas maupun keturunan. Baik keturunan Arab maupun keturunan non Arab. Baginya yang membedakan mereka hanya takwa, keimanan dan keyakinan terhadap Allah SWT. Meskipun Umar bin Abdul Aziz keturunan kaum feodal Bani Umayah, dalam kehidupan sehari hari beliau bertindak tegas menentang sistem kaum feodal. Beliau tidak setuju dengan cara cara kaum feodal yang menguasai beberapa bidang tanah luas untuk kepentingan kerabat kerabat istana. Beliau sendiri membuktikan tanah tanahnya yang luas telah di berikan ke bait al-mal untuk kepentingan kaum musilimin. Beliau juga sangat tidak setuju kalau kalangan istana harus di beri penghasilan dalam jumlah yang besar dan diambil dari budget Negara, sementara mereka tidak bekerja.
Umar bin Abdul Aziz menganggap perilaku pelayanan seperti ini tidak adil, dengan demikian semua cara dan praktek feodalisme yang di lakukan oleh Kalifah sebelumnya di hapus. Dalam pembasmian feodalisme, Umar bin Abdul Aziz mengambil kebijakan untuk mengurangi beban pajak yang biasa di pungut dari orang orang Nasrani. Beliau memerintahkan penghentian pungutan pajak dari kaum Nasrani yang telak masuk Islam. Sikap seperti ini merupakan kebijakan yang mengacu pada tauladan dari Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin sebagaimana yang tertuang pada piagam Madinah.
3. Sukarno
Sukarno adalah proklamator kemerdekaan RI dan presiden Indonesia pertama. Ia adalah sosok pemberani yang anti kolonialisme. Pada pertengahan tahun 50-an Soekarno dianggap penyambung suara Dunia Ketiga. Ia dielu-elukan sebagai pemimpin handal baik di Barat maupun Timur. Namun, perjuangan Soekarno melawan imperialisme, politik konfrontasi dan minatnya terhadap komunisme Cina membuatnya terasing.
Cap warga kelas dua membuat Soekarno dan kaum terpelajar bangkit melawan kolonialisme. Setelah studi insinyur di Technische Hogeschool Bandung (sekarang Institut Teknologi Bandung), ia memimpin gerakan nasionalis non-kooperatif (Non-Ko) dan menolak bekerja sama dengan pemerintah Hindia Belanda. Soekarno langsung menjadi batu sandungan dan memulai konflik dengan otoritas Hindia Belanda
Soekarno tampil di ajang politik internasional dan definitif mencampakkan stempel warga kelas dua. Ia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 di Jakarta ditemani rekan seperjuangannya Mohammad Hatta. Dibarengi perjuangan pelik, Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia..
Sukarno dikenal sebagai Maskot Dunia Ketiga. Sewaktu Konferensi Asia Afrika di Bandung, ia mendapat kesempatan untuk tampil di forum internasional sebagai sosok anti neo-kolonialisme. Soekarno sadar akan kekhawatiran Amerika terhadap KAA. Ia sengaja membuka KAA pada 18 April 1955, paralel dengan 18 April 1775 saat perajin perak Paul Revere bergegas dari Boston ke Concord memperingatkan kaum revolusioner di Amerika terhadap bahaya Britania.
Ia juga dikenal sebagai entertainer sejati. Pada 1956, Soekarno memutuskan untuk mengadakan perjalanan diplomatik keliling dunia. Kunjungan pertamanya dimulai Mei di Amerika Serikat. Dalam pidatonya di Kongres – diselingi tidak kurang 28 kali tepuk tangan – Soekarno mengambil hati publik dengan pengetahuannya tentang perjuangan kemerdekaan Amerika. Di Gedung Putih, ia berkenalan dengan The Eisenhowers yang memberikan cendera mata replika piring perak buatan Revere. Usai tickertape-parade di New York, Soekarno beserta delegasi bertolak 7 Juni ke Kanada. Soekarno melakukan wawancara dengan sebuah radio setempat dalam bahasa Perancis.
Eropa adalah agenda selanjutnya. Italia berada di urutan pertama. Pada resepsi di taman Istana Kepresidenan Quirina, Soekarno menunjukkan kebolehannya sebagai penghibur. Ketika Presiden Gonchi dan ajudannya meninggalkan lokasi, Soekarno mengajari tamu-tamu lainnya tarian Indonesia. Ia sengaja berimprovisasi dan “memaksa” tokoh-tokoh prominen Roma – diantaranya wanita bangsawan dan rohaniwan – bertekuk lutut. Sehari sesudahnya, Soekarno mengadakan audiensi formal ke Paus Pius XII di Vatikan.
Kunjungan Soekarno dilanjutkan ke Republik Federal Jerman. Ia disambut oleh Presiden Heuss dan Kanselir Konrad Adenauer pada 18 Juni 1956 di Bonn. Soekarno memperlihatkan intelektualitas dan kepiawaiannya berbahasa asing. Di Universitas Heidelberg pada 22 Juni 1956 ia memberikan pidato dalam bahasa Jerman. Orasinya sarat dengan tema-tema filosofis Hegel, filosuf dan tokoh gerakan Jerman yang sangat terkenal.
Kepandaian, kepiawaian dan keberaniannya membuat Sukarno sulit diikuti oleh pemimpin Indonesia sesudahnya. Meski di akhir kekuasaannya ia banya dicerca dan bahkan diasingkan, saat ini justru banyak diidolakan. Ia memang sosok pemimpin yang layak menjadi idola siapa saja, termasuk para pemimpin Indonesia selanjutnya.
4. KH. Abdurahman Wahid (Gusdur)
Gusdur adalah salah satu tokoh yang paling banyak menginspirasi kehidupanku. Beberapa karakter yang dimiliki beliau antara lain:
Pertama, Rendah Hati. Ilmu pertama yang saya dapatkan dari seorang Gus Dur adalah kerendahan hati. Gus Dur adalah seorang keturunan darah biru (ningrat). Ayahnya, KH. Wahid Hasyim adalah putera KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Ormas NU dan Pesantren Tebu Ireng Jombang. Namun, Gus Dur tidak pernah sombong dengan hal itu. Ketokohan dan kepopuleran Gus Dur bukan karena ia sudah terlahir sebagai cucu tokoh besar Indonesia, namun karena proses yang begitu panjang dalam hidupnya. Karakternya sebagai pemimpin yang rendah hati sudah terbentuk sejak ia masuk Pesantren Tambakberas, Jombang tahun 1956. Bersama santri-santri lainnnya, ia mengalami hal yang sama dalam proses belajar, tidak ada perbedaan. Hal itulah yang Gus Dur bawa kemanapun dan mudah diterima oleh siapa saja.
Kedua, Kesederhanaan. Barangkali diantara semua presiden Indonesia, hanya Gus Dur yang berani mengubah gaya formal dan kekakuan Istana Negara menjadi “istana rakyat”. Wartawan maupun masyarakat mendapatkan akses mudah, hubungan mencair dan penuh goyonan. Sandal jepit, sarung ataukah yang selama ini “diharamkan “ di Istana Negara tidak menjadi persoalan. Nuansa kesederhanaan semasa di pesantren seakan pindah ke Istana Negara. Gaya berpakaian Gus Dur tidak seelok dan perlente Soekarno. Cukup kopiah dan pakaian sederhana. Kita semua masih ingat, ketika Gus Dur digulingkan kekuasaannya sec ara inkonstitusional oleh DPR-RI tahun 2001, Gus Dur meninggalkan Istana Negara hanya menggunakan kaos, celana pendek dan sandal. Inilah gaya kepemimpinan Gus Dur, sederhana namun bersahaja dan bijaksana.
Ketiga, Humanis. Tidak banyak pemimpin di dunia ini yang menerapkan prinsip humanis daripada otoriter dan kepintaran. Gus Dur adalah seorang pemimpin yang menerapkan prinsip humanis dalam gaya memimpinnya. Tidak mengherankan jika Gus Dur mendapatkan banyak penghargaan dalam bidang perdamaian seperti, Doktor Honoris Causa Bidang Perdamaian dari Soka University, Jepang (2003), Global Tolerance Award dari Friends of the United Nations, New York (2003) dan World Peace Prize Award dari World Peace Prize Awarding Council (WPPAC), Seoul, Korea Selatan (2003). Dengan gayanya yang humanis, Gus Dur tahu apa yang menjadi kebutuhan masyarakat . Gus Dur berbicara di Masjid, Gereja dan tempat-tempat ibadah lainnya, bukan atas nama agama, tetapi atas dasar prinsip kemanusiaan, bahwa manusia diciptakan untuk saling menghargai dan melindungi satu dengan yang lainnya. Inilah karakter pemimpin Indonesia yang saat ini sangat dibutuhkan,pendekatan secara humanis kepada rakyatnya bukan kekuasaan semata.
Keempat, Humoris. Inilah gaya Gus Dur yang sangat khas, humoris dan penuh guyonan-guyonan segar. Dengan pendekatan yang humoris inilah seakan tidak ada jarak antara lawan atau kawan. Guyonan-guyonan Gus Dur memecah kebuntuan dalam setiap persoalan. Namun yang perlu diingat, guyonan dan sikap humoris Gus Dur sarat makna dan mengandung nilai-nilai kritik serta edukatif. Mungkin inilah cara Gus Dur menyampaikan sebuah pesan dalam bentuk guyonan-guyonannya. Ucapan Gus Dur, “gitu aja kok repot,” menjadi karakteristik tersendiri. Dalam suatu pertemuan dengan Fidel Castro, presiden Cuba, Gus Dur mengatakan bahwa Indonesia mempunyai empat presiden yang semuanya “gila”. Presiden pertama (Soekarno), gila perempuan; Presiden kedua (Soeharto), gila harta; Presiden ketiga (Habibie), gila teknologi; dan Presiden keempat (Gus Dur) membuat orang jadi gila. Mendengar penjelasan Gus Dur, Fidel Castro tertawa terbahak-bahak.
Kelima, visioner. Seni memimpin ala Gus Dur adalah visioner dan berani melakukan terobosan. Mungkin sebagian orang mengatakan kebijakan dan keputusan Gus Dur kadangkala “gila” dan kontroversial. Namun inilah kelebihan Gus Dur, apa yang dilakukannya dapat dipertanggungjawabkan dan ia sudah memperhitungkan untuk jangka panjang, bukan saat itu. Terobosan-terobosan oleh Gus Dur mengandung nilai kostrukstif, demokrasi, penegakkan hak asasi manusia dan perdamaian. Di era Gus Dur, ia berhasil memisahkan Kepolisian daari ABRI (sekarang TNI). Pada tanggal 26 Oktober 1999, ia membubarkan Departemen Sosial dan Departemen Penerangan yang selama masa Orde Baru menjadi kekuatan Soeharto. Tanggal 17 Januari 2000, menerbitkan Keppres No. 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan Instruksi Presiden Nomor 14 tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat China. Inilah cikal bakal hari raya Imlek dijadikan sebagai hari libur nasional. Selanjutnya pada tanggal 14 Maret 2000, mengusulkan pencabutan Tap MPRS No. XXV/1996 tentang pelarangan penyebaran marxisme, komunisme dan leninisme. Pemimpin sekarang harus belajar dari visioner gaya Gus Dur, keputusan yang diambil bukan karena kepentingan elit politik, pribadi ataukah kekuasaan semata. Apa yang Gus Dur lakukan untuk kemajuan bangsa. Baginya, keturunan Tionghoa adalah warga negara yang mempunyai hak sama serta banyak mengambil peran dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Mantan tahanan politik adalah manusia yang berhak memperoleh hak hidup layaknya manusia biasa, tidak lagi didiskriminasikan. Untuk kaum minoritas inilah, Gus Dur berani melakukan terobosan dan pemikiran yang jauh kedepan dalam bingkai kesatuan negara Indonesia.
Keenam, sabar dan pemaaf. Dalam era kepemimpinan Gus Dur sebagai Presiden Indonesia, entah sudah berapa banyak cacian, fitnah, teror dan sebagainya. Namun sepanjang kepemimpinannya itulah Gus Dur tetap memperlihatkan kesabaran dan jiwa pemaafnya. Seperti guyonannya, “gitu aja kok repot.” Ketika group lawak “Bagito Group” mempelesetkan gaya yang melecehkan Gus Dur, malah Gus Dur membuka pintu maaf untuk mereka. Gus Dur sering difitnahkan telah murtad, dibaptis di Gereja karena kedekatannya dengan kaum non-muslim. Selain itu, ia diisukan pula sebagai agen Zionis Israel karena idenya membuka hubungan diplomatik dengan Israel serta turut mengambil bagian dalam Yayasan Simon Perez. Penganut paham sekularisme barat, tidak berpihak kepada kaum Muslim dan dianggap melecehkan Al-Qur’an. Menghadapi semua tuduhan dan fitnah itu, Gus Dur menjawab dengan “nyeleneh”, gaya khasnya, “Buang-buang energi saja.” Sampai Gus Dur balik kepada sang Khalik, kita semua tidak pernah menemukan semua tuduhan-tuduhan itu. Memang kesabaran dan jiwa pemaaf Gus Dur dengan sendirinya melenyapkan fitnahan dan tuduhan-tuduhan yang dialamatkan kepadanya.
5. Hugo Chavez
Hugo Chavez adalah Presiden Venezuela yang kini gaungnya semakin kuat dalam kepolitikan global. Sang presiden pernah di coba di kudeta olah kelompok "kaum" pemodal. Karena mereka merasa, jika Hugo Chavez memimpin terus dengan ide-ide sosialis maka kehidupan mereka akan terancam. Sepak terjang sang presiden sangat memihak kaum miskin, terbukti banyak perusahaan negara yang dulu di kuasai oleh pihak asing kini di nasionalisasikan. Selain itu, peraturan dan undang-undang yang di jalankan di sana berdasarkan sistem referendum.
Hugo Chavez, memiliki program di televisi nasional (baca: Indonesia semacam TVRI) Hallo President. Dalam acara ini, rakyat bisa menyampaikan pendapatnya "masalah" kepada president, selain itu acara ini juga mengambarkan aktivitas sang president selama satu minggu. Selain itu, untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, maka dibuatlah misi-misi khusus yang bertugas menangani bidang-bidang publik yang bertujuan untuk memfokuskan kerja pada bidang masing-masing. Misalnya: Mission Robinson I, yaitu pemberantasan buta huruf bagi mereka yang terpaksa drop-out karena miskin mampu untuk dijalankan. Program ini adalah program pemerantasan buta huruf pertama kali dalam 102 tahun dan selesai Juni tahun lalu setelah 1.230.000 orang dianjarkan membaca. Dilanjutkan dengan Mission Robinson II mengajarkan 900.000 orang dewasa yang buta huruf hingga tingkat enam (hlm. 108).
Program pembangunan sekolah dan beasiswa bagi anak-anak orang miskin adalah Mission Ribas dan Sucre, program pembangunan pusat-pusat kesehatan di tiap barrio (kampung-kampung kumuh dan miskin) Mission Bario Adentro I, program kredit bagi petani kecil tak bertanah dan bertanah kecil Mission Vuelvan Caras, program pemastian makanan/sembako murah bagi rakyat miskin Mission Mercal, program pembuatan tanda identitas (cedullas) gratis bagi orang-orang yang sudah tinggal di Venezuela 20-30 tahun namun tak memperoleh hak perlindungan sebagai warga negara Mission Identidad, hingga saat ini, menurut informasi yang saya peroleh bahwa Mission Bario Adentro II ditetapkan untuk melanjutkan pembangunan pusat-pusat diagnosa kesehatan guna semakin mengintensifkan misi yang pertama.
Misi Robinson berhasil membebaskan Venezuela dari buta huruf di tahun 2005 lalu (data UNICEF) dan meluluskan 900.000 orang yang drop out sekolah dasar di tahun 2004. Mission Ribas menyekolahkan orang-orang yang drop out SLTA, dan Sucre memberi beasiswa untuk orang miskin masuk ke Perguruan Tinggi. Secara simultan juga membangun 200 Universitas Simon Bolivar di kota-kota. Selama 102 tahun rakyat tak pernah membayangkan program-program sosial ini dapat dinikmati dengan gratis. Mission Science diluncurkan pada bulan Maret 2006 dengan investasi lebih dari 400 juta US$ untuk menciptakan jaringan-jaringan penelitian baru di universitas-universitas Venezuela. Salah satu tujuannya adalah “mendemokratiskan” ilmu pengetahuan, dalam rangka untuk dapat dijangkau sekaligus untuk melayani masyarakat.
Program, kebijakan, dan tindakan Chavez tentunya bukan tanpa hambatan. Sebagaimana digambarkan dalam buku ini, gerakan kontra revolusi berunglangkali dilakukan oleh kaum oposisi. Kudeta yang dilakukan oleh mereka yang merasa dirugikan oleh Chavez bahkan telah berhasil merebut kekuasaan selama 48 jam. Akan tetapi, karena Chavez telah membangun fondasi yang kuat pada gerakan rakyat yang secara mandiri mengorganisir diri dalam lingkaran-lingkaran Bolivarian sebagai basis pertahanan revolusi demokratis, maka perebutan kekuasaan tersebut dapat digagalkan. Chavez hingga kini masih bertahan, bahkan pada bulan Desember 2006 lalu terpilih kembali dengan suara yang lebih besar dari pemilu sebelumnya.
Kebijakan dan sepak terjang Chavez memberikan pelajaran terbaik bukan saja dalam hal bagaimana kebijakan alternatif selain kapitalisme dijalankan, tetapi juga bagi mereka yang ingin membangun sebuah gerakan yang berkarakter kerakyatan. Menajalankan kekuasaan rakyat tidak perlu dilakukan dengan gerakan bersenjata seperti banyak dijalankan oleh gerakan Kiri klasik yang ada di Amaerika Latin dan kawasan-kawasn lainnya. Dengan jalur parlementer Chavez ajuga bisa merubah rakyat dan nasibnya, dengan keberanian dan keberpihakan, suatu yang diperolehnya dari interaksinya dengan gerakan rakyat.
Penutup
Kelima tokoh tersebut merupakan pemimpin besar yang kepemimpinannya banyak dijadikan standar para ahli dalam mengemukakan teori-teori kepemimpinan. Tipe, gaya, dan karakter mereka menjadi rujukan beragam teori yang banyak dikemukakan para ahli kepemimpinan, baik klasik maupun kontemporer. Hampir semua karakter pemimpin ideal yang dikemukakan para ahli di muka dimiliki oleh kelima tokoh tersebut.
Untuk itulah maka kelima tokoh tersebut banyak memberikan inspirasi terhadap saya dalam banyak hal. Khususnya dalam melaksanakan tugas keseharian dan dalam berhubungan dengan orang lain.

Selasa, 05 April 2011

EKONOMI DAN KEADILAN

EKONOMI DAN KEADILAN
Oleh: Munif Kholifah Sulistiyoningrum

Keadilan merupakan hal vital dalam ekonomi atau bisnis. Karena keduanya sama-sama terkait dengan pembagian barang dan jasa yang terbatas pada semua orang. Baik ekonomi maupun keadilan sama-sama bertitik tolak dari terjadinya kelangkaan atau keterbatasan. Karena kelangkaan perlu ekonomi dan karena kelangkaan pula perlu pembagian distribusi secara adil. Jika barang berlimpah maka tidak perlu lagi ada ekonomi dan juga tidak perlu keadilan. Semakin barang langka maka semakin besar problem distiribusinya, dan semakin besar problem keadilan yang ditimbulkan.
Keadilan juga merupakan topik penting dalam etika. Karena sebagaimana dikemukakan Bertens, "sulit sekali untuk dibayangkan orang atau instansi yang berlaku etis tetapi tidak mempraktekkan keadilan atau bersikap tak acuh pada ketidakadilan" (Bertens, 2000: 85).
A. Hakikat keadilan
Keadilan pada hakikatnya adalah memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya (to give everybody his own). Definisi ini popular pada masa roma kuno sebagaimana diungkapkan oleh Celcus (175 M) .
Keadilan mempunyai tiga unsur hakiki: Pertama, keadilan selalu tertuju pada orang lain. Masalah keadilan hanya bisa timbul dalam konteks antar manusia, dengan kata lain konteks keadilan kita selalu berurusan dengan orang lain.
Kedua, keadilan harus ditegakkan atau dilaksanakan. Keadilan tidak hanya diharapkan atau dianjurkan tapi mengikat kita, sehingga kita mempunyai kewajiban. Dalam konteks keadilan kita selalu berurusan dengan hak orang lain.
Ketiga, keadilan menuntut persamaan ( equality ). Atas dasar keadilan kita harus memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya tanpa kecuali.
B. Pembagian keadilan
1. Pembagian klasik
Keadilan berdasarkan pada pembagian klasik ada tiga macam.
a. Keadilan umum (general justice) berdasarkan keadilan ini para anggota masyarakat diwajibkan untuk memberi kepada masyarakat (negara) apa yang menjadi haknya.
b. Keadilan distributif (distributive justice) berdasarkan keadilan ini negara (pemerintah) harus membagi segalanya dengan cara yang sama kepada para anggota masyarakat.
c. Keadilan komutatif (commutative justice) berdasarkan keadilan ini setiap orang harus memberikan kepada orang lain apa yang menjadi haknya. Hal itu berlaku pada taraf individual maupun sosial.
2. Pembagian pengarang modern
Menurut John Boatright dan Manuel Velasques, keadilan dibagi menjadi tiga:
a. Keadilan distributif (distributive justice). Benefits and burdens, hal-hal yang enak untuk didapat dan hal-hal yang menuntut pengorbanan harus dibagi dengan adil.
b. Keadilan retributif (retributive justice). Berkaitan dengan terjadinya kesalahan. Hukuman atau denda yang diberikan kepada orang yang bersalah harus bersifat adil. Ada tiga syarat yang harus dipenuhi supaya hukuman dapat dinilai adil. 1) Orang atau instansi yang dihukum harus tahu apa yang dilakukannya dan harus dilakukannya dengan bebas. 2) Harus dipastikan bahwa orang yang dihukum benar-benar melakukan perbuatan yang salah dan kesalahannya harus dibuktikan dengan meyakinkan. 3) Hukuman harus konsisten dan proporsional dengan pelanggaran yang dilakukan.
c. Keadilan kompensatoris (compensatory justice). Menyangkut juga kesalahan yang dilakukan, tetapi menurut aspek lain. Berdasarkan keadilan ini orang mempunyai kewajiban moral untuk memberikan kompensasi atau ganti rugi kepada orang atau instansi yang dirugikan. Kewajiban kompensasi akan berlaku jika terpenuhi tiga syarat: 1)Tindakan yang mengakibatkan kerugian harus salah atau disebabkan kelalaian. 2)Perbuatan seseorang harus sungguh-sungguh menyebabkan kerugian. 3)Kerugian harus disebabkan oleh orang yang bebas.
3. Keadilan individual dan keadilan sosial
Dua macam keadilan ini berbeda, karena pelaksanaannya berbeda. Pelaksanaan keadilan individual tergantung pada kemauan atau keputusan satu orang ( atau bisa juga beberapa orang ) saja. Sedangkan palaksanaan keadilan sosial, satu orang atau beberapa orang saja tidak berdaya. Pelaksanaan keadilan sosial tergantung dari struktur-struktur masyarakat dibidang sosial ekonomi, politik budaya dan sebagainya. Keadilan individual terlaksana bila hak-hak individual terpenuhi. Keadilan sosial terlaksana bila hak-hak sosial terpenuhi. Keadilan individual sering dapat dilakukan secara sempurna, namun keadilan sosial tidak pernah dapat dilakukan secara sempurna karena kompleksitas masyarakat modern.
Keadilan sosial menjadi penting khususnya di negara berkembang dimana kesenjangan tampak nyata di masyarakat. Kesenjangan antara masyarakat kalangan atas dan masyarakat kalangan bawah. Kesenjangan seperti ini dapat menimbulkan gejolak sosial, akibat ketidakadilan yang dirasakan oleh kalangan bawah yang mayoritas. Keadilan sosial diperlukan untuk mempersempit atau meminimalisir terjadinya kesenjangan antara masyarakat kalangan atas dan masyarakat kalangan bawah. Dengan demikian, maka gejolak sosial bisa dihindari.
C. Keadilan distributif pada khususnya
Dalam teori etika modern sering disebut dua macam prinsip untuk keadilan distributif: prinsip formal dan prinsip material.
Prinsip formal hanya ada satu, yang menyatakan bahwa kasus-kasus yang sama harus diperlakukan dengan cara yang sama sedangkan kasus-kasus yang tidak sama boleh saja diperlakukan dengan cara yang tidak sama (equals ought to be treated equally and unequals may be treated unequally).
Prinsip material keadilan distributif melengkapi prinsip formal. Prinsip material menunjuk pada salah satu aspek relevan yang bisa menjadi dasar untuk membagi dengan adil hal-hal yang dicari oleh pelbagai orang. Menurut Beauchamp dan Bowie ada enam prinsip material. Keadilan distributif terwujud kalau setiap orang diberikan:
1. Bagian yang sama, Prinsip ini kita membagi dengan adil jika kita membagi rata: kepada semua orang yang berkepentingan diberi bagian yang sama.
2. Kebutuhan, Prinsip ini menekankan bahwa kita berlaku adil jika kita membagi sesuai kebutuhan.
3. Hak, Hak merupakan hal yang penting bagi keadilan pada umumnya, termasuk keadilan distributif.
4. Usaha, Mereka yang mengeluarkan banyak usaha dan keringat untuk mencapai suatu tujuan pantas diperlakukan dengan cara lain daripada orang yang tidak berusaha.
5. Kontribusi kepada masyarakat, Orang yang karena kontribusinya besar kepada masyarakat.
6. Jasa, Jasa menjadi alasan untuk memberikan sesuatu kepada satu orang yang tidak diberikan kepada orang lain.
Berdasarkan prinsip material tersebut, dibentuk tiga teori keadilan distributif:
1. Teori egalitarianisme. Teori egalitarianisme berdasar atas prinsip yang pertama, bahwa kita baru membagi dengan adil bila semua orang mendapat bagian yang sama (equal).
2. Teori sosialistis. Teori sosialistis tentang keadilan distributif memilih prinsip kebutuhan sebagai dasarnya. Masyarakat diatur dengan adil jika kebutuhan semua warganya terpenuhi.
3. Teori liberalistis. Liberalisme menolak pembagian atas dasar kebutuhan sebagai tidak adil. Karena manusia adalah mahluk bebas, kita harus membagi menurut usaha-usaha bebas dari individu-individu bersangkutan. Yang tidak berusaha tidak mempunyai hak pula untuk memperoleh sesuatu.
Dalam teori liberalisme tentang keadilan distributif digarisbawahi pentingnya dari prinsip 3 (hak), prinsip 4 (usaha) khususnya prinsip 6 (jasa atau prestasi).
D. John Rawls tentang keadilan distributif
Menurut pandangan Rawls, yang harus dibagi dengan adil dalam masyarakat adalah the social primary goods (nilai-nilai social yang primer). Artinya hal-hal yang sangat dibutuhkan untuk bisa hidup pantas sebagai manusia dan warga masyarakat. Yang termasuk nilai-nilai sosial primer adalah kebebasan-kebebasan dasar, kebebasan bergerak dan kebebasan memilih profesi, kuasa dan keuntungan yang berkaitan dengan jabatan-jabatan dan posisi-posisi yang penuh tanggung jawab, pendapatan dan milik serta dasar-dasar sosial dari harga diri (self respect).
Adapun prinsip-prinsip keadilan menurut Rawls:
Prinsip pertama: kebebasan yang sedapat mungkin berlaku sama untuk semua. Contoh kebebasan beragama.
Prinsip kedua:
a. Disebut prinsip perbedaan. Untuk mengatur masyarakat secara adil, tidak perlu semua orang mendapat hal-hal yang sama. Contoh: memberikan kursus ketrampilan hanya pada mereka yang miskin.
b. Disebut prinsip persamaan peluang yang fair. Artinya, setiap orang harus mendapat peluang yang sama dalam meraih sesuatu.
E. Robert Nozick tentang keadilan distributif.
Teorinya tentang keadilan distributive disebutnya "entitlement theory" atau landasan hak. Menurutnya, memiliki sesuatu dengan adil jika pemilikan itu berasal dari keputusan yang memiliki landasan hak. Ada tiga kemungkinan yang menelurkan tiga prinsip:
• Prinsip transfer (Principle of Transfer)—apapun yang diperoleh secara adil dapat ditransfer dengan bebas.
• Prinsip perolehan awal yang adil (principle of just initial acquision)—penilaian tentang bagaimana orang pada awalnya sampai memiliki sesuatu yang dapat ditransfer menurut prinsip pertama (1).
• Prinsip pembetulan ketidakadilan (principle of rectification of injustice)—bagaimana berhubungan dengan pemilikan (holding) jika hal ini diperoleh atau ditransfer melalui cara yang tidak adil.
Nozick mengkritik pendapat Rawls sebagai ahistoris dan memiliki pola yang ditentukan sebelumnya (patterned). Sementara ketiga teori Nozick tersebut bersifat historis, karena tidak hanya mempertimbangkan hasil tetapi juga memperhatikan proses. Rawls hanya melihat keadaan aktual dari masyarakat yang minimal beruntung, tidak memperhatikan mengapa mereka sampai terjerat dalam keadaan itu. Sebagai contoh, bisa saja seseorang menjadi miskin karena malas atau bermain judi.
Selanjutnya, menurut Nozick pola patterned hanya bisa dipakai pada keadaan awal, ketika masing-masing orang ada dalam kondisi yang sama. Namun ketika situasi sudah berbeda, dimana masing-masing orang memiliki kekayaan yang berbeda, pola ini tidak dapat dilakukan.
F. Keadilan ekonomis
Keadilan memiliki peran yang sangat penting dalam ekonomi dan bisnis. Karena menyangkut barang yang diincar banyak orang untuk memiliki atau memakai. Dalam sejarahnya, wacana keadilan ekonomi mengalami pasang surut. Pada zaman kuno keadilan ekonomis mendapat tempat yang amat penting khususnya pada Aristoteles. Perhatian serupa juga tampak pada zaman pertengahan, khususnya pada tokoh Thomas Aquinas. Keadilan dalam relasi-relasi ekonomis dianggap sebagai sesuatu yang harus diusahakan, karena tidak terjadi secara otomatis. Pada masa modern, keadilan ekonomis tidak mendapat perhatian hingga pada abad ke-19 dan mencapai puncaknya pada abad ke-20. Ketidakadilan merupakan akibat ulah manusia, oleh karenanya harus diperbaiki oleh manusia sendiri.
Masyarakat tidak mungkin dikatakan well ordered (teratur dengan baik) kalau tidak ada keadilan. Masyarakat yang makmur sekalipun belum dikatakan baik jika terjadi ketidakadilan. Keadilan, sebagaimana kemakmuran merupakan tujuan yang dicita-citakan dan terus-menerus diupayakan. Karena keadilan sosial tidak mungkin mencapai kesempurnaan.
Masyarakat bisa hidup dengan baik jika memberi tempat kepada nilai-nilai moral. Dan dalam konteks ekonomi dan bisnis salah satu nilai moral terpenting adalah keadilan.