Sayang
Tak terasa satu bulan telah lewat
Namun kami merasa
Engkau masih berada disini
Kami yakin
Engkau pasti lebih bahagia disana
Karena engkau selalu dalam pelukan-Nya
Ya Allah
Ampunilah kesalahannya
Berilah rahmat kepadanya
Selamatkanlah dia
Dan maafkanlah dia
Amin
MAMA AZA
Sabtu, 10 Desember 2011
Sabtu, 20 Agustus 2011
Tips Mengelola Keuangan Menjelang Lebaran
Oleh: Munif Kholifah Sulistiyoningrum
Seperti biasa menjelang lebaran, biasanya kita mendapat pemasukan tambahan, yang biasa kita peroleh adalah dari THR. Kita mungkin sudah berangan-angan kira-kira barang apa saja yang akan kita beli. Padahal, seperti biasa pengeluaran kita pasti membengkak pada bulan ini. Untuk mensiasati hal ini, kita bersama pasangan harus mengkomunikasikan permasalahan keuangan di bulan puasa dan lebaran secara detail sehingga masalah-masalah keuangan yang kemungkinan terjadi setelah lebaran bisa diantisipasi. Cari waktu yang paling tepat untuk membicarakan hal ini secara panjang lebar, misalnya pada saat santai bersama pasangan kita. Hal-hal yang harus dilakukan bersama pasangan kita adalah:
*Putuskan prioritas keluarga.
Bersama pasangan kita membuat daftar kebutuhan dan keperluan keluarga kita selama bulan bulan puasa dan lebaran. Kita harus menghitung jumlah pemasukan yang akan kita terima, termasuk THR dan bonus, setelah itu kita harus menentukan prioritas kebutuhan dan keperluan keluarga kita. Perlu diingat, tetap ada kebutuhan rutin keluarga kita di bulan puasa dan hari raya ini. Belum lagi dengan adanya pengeluaran tambahan, seperti ngabuburit, acara buka puasa bersama, mudik dan hari raya. Intinya, pemasukan kita bertambah, namun pengeluaran kitapun jauh lebih besar. Jangan sampai setelah hari raya kita merasa ‘bangkrut’, karena pengluaran kita lebih besar daripada pemasukan.
*Kalkulasi biaya mudik.
Biaya mudik biasanya menyedot biaya paling besar di hari raya. Biaya mudik meliputi biaya transportasi, biaya akomodasi, biaya oleh-oleh dan biaya rekreasi. Semua biaya tersebut harus diperhitungkan secara matang dengan pasangan. Masukkan semua biaya tersebut dalam daftar pengeluaran keluarga kita. Sesuaikan biaya mudik dengan kondisi keuangan keluarga kita. Kalau memang memungkinkan, hilangkan beberapa pos pengeluaran yang kurang bermanfaat atau kurangi jumlah biaya dalam alokasi biaya.
*Hadiah hari raya.
Hal yang biasanya ditunggu oleh anak-anak atau kerabat menjelang hari raya adalah mendapatkan hadiah. Bersama pasangan kita, kita harus membicarakan tentang perlu atau tidaknya memberi hadiah kepada anak atau keponakan. Termasuk bentuk hadiah yang ingin kita berikan. Jangan kita paksakan bila hal tersebut tidak memungkinkan. Kita harus mempertimbangkan pula bagaimana pengaruh hadiah tersebut bagi perkembangan jiwa anak, apakah ia akan mengidentikkan hari raya dengan hadiah? Oleh karena itu, pada saat kita memberikan hadiah kepada anak, sebaiknya kita membicarakan hal ini dengan anak mengenai makna hari raya Idul Fitri.
*Biaya tak terduga.
Salah satu hal yang tidak boleh dikesampingkan adalah biaya tak terduga. Kita harus mengalokasikan dana untuk menghadapi pengeluaran-pengluaran yang tak terduga. Walaupun sebenarnya kita tidak pernah menginginkan, namun terkadang ada beberapa hal diluar prediksi kita yang mungkin akan terjadi. Misalnya, kendaraan rusak ketika di perjalanan mudik. Atau salah satu keluarga sakit di bulan puasa. Oleh karena itu diperlukan dana simpanan untuk mengantisipasi biaya tak terduga. Namun kita bersama pasangan akan lebih tenang apabila kita telah mengalokasikan dana simpanan untuk biaya tak terduga.
Semoga beberapa tips tadi bisa bermanfaat untuk kita semua dalam mensiasati pengelolaan keuangan kita selama bulan puasa dan lebaran. Selamat menjalankan ibadah puasa, semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT. Mohon maaf lahir batin.
==========================================================
Oleh: Munif Kholifah Sulistiyoningrum
Seperti biasa menjelang lebaran, biasanya kita mendapat pemasukan tambahan, yang biasa kita peroleh adalah dari THR. Kita mungkin sudah berangan-angan kira-kira barang apa saja yang akan kita beli. Padahal, seperti biasa pengeluaran kita pasti membengkak pada bulan ini. Untuk mensiasati hal ini, kita bersama pasangan harus mengkomunikasikan permasalahan keuangan di bulan puasa dan lebaran secara detail sehingga masalah-masalah keuangan yang kemungkinan terjadi setelah lebaran bisa diantisipasi. Cari waktu yang paling tepat untuk membicarakan hal ini secara panjang lebar, misalnya pada saat santai bersama pasangan kita. Hal-hal yang harus dilakukan bersama pasangan kita adalah:
*Putuskan prioritas keluarga.
Bersama pasangan kita membuat daftar kebutuhan dan keperluan keluarga kita selama bulan bulan puasa dan lebaran. Kita harus menghitung jumlah pemasukan yang akan kita terima, termasuk THR dan bonus, setelah itu kita harus menentukan prioritas kebutuhan dan keperluan keluarga kita. Perlu diingat, tetap ada kebutuhan rutin keluarga kita di bulan puasa dan hari raya ini. Belum lagi dengan adanya pengeluaran tambahan, seperti ngabuburit, acara buka puasa bersama, mudik dan hari raya. Intinya, pemasukan kita bertambah, namun pengeluaran kitapun jauh lebih besar. Jangan sampai setelah hari raya kita merasa ‘bangkrut’, karena pengluaran kita lebih besar daripada pemasukan.
*Kalkulasi biaya mudik.
Biaya mudik biasanya menyedot biaya paling besar di hari raya. Biaya mudik meliputi biaya transportasi, biaya akomodasi, biaya oleh-oleh dan biaya rekreasi. Semua biaya tersebut harus diperhitungkan secara matang dengan pasangan. Masukkan semua biaya tersebut dalam daftar pengeluaran keluarga kita. Sesuaikan biaya mudik dengan kondisi keuangan keluarga kita. Kalau memang memungkinkan, hilangkan beberapa pos pengeluaran yang kurang bermanfaat atau kurangi jumlah biaya dalam alokasi biaya.
*Hadiah hari raya.
Hal yang biasanya ditunggu oleh anak-anak atau kerabat menjelang hari raya adalah mendapatkan hadiah. Bersama pasangan kita, kita harus membicarakan tentang perlu atau tidaknya memberi hadiah kepada anak atau keponakan. Termasuk bentuk hadiah yang ingin kita berikan. Jangan kita paksakan bila hal tersebut tidak memungkinkan. Kita harus mempertimbangkan pula bagaimana pengaruh hadiah tersebut bagi perkembangan jiwa anak, apakah ia akan mengidentikkan hari raya dengan hadiah? Oleh karena itu, pada saat kita memberikan hadiah kepada anak, sebaiknya kita membicarakan hal ini dengan anak mengenai makna hari raya Idul Fitri.
*Biaya tak terduga.
Salah satu hal yang tidak boleh dikesampingkan adalah biaya tak terduga. Kita harus mengalokasikan dana untuk menghadapi pengeluaran-pengluaran yang tak terduga. Walaupun sebenarnya kita tidak pernah menginginkan, namun terkadang ada beberapa hal diluar prediksi kita yang mungkin akan terjadi. Misalnya, kendaraan rusak ketika di perjalanan mudik. Atau salah satu keluarga sakit di bulan puasa. Oleh karena itu diperlukan dana simpanan untuk mengantisipasi biaya tak terduga. Namun kita bersama pasangan akan lebih tenang apabila kita telah mengalokasikan dana simpanan untuk biaya tak terduga.
Semoga beberapa tips tadi bisa bermanfaat untuk kita semua dalam mensiasati pengelolaan keuangan kita selama bulan puasa dan lebaran. Selamat menjalankan ibadah puasa, semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT. Mohon maaf lahir batin.
==========================================================
Rabu, 03 Agustus 2011
Tips: Buka Puasa Yang Benar
Banyak orang takut berpuasa, karena khawatir dengan gangguan maagnya atau penyakit lainnya. Sedang tidak berpuasa saja maag sering kambuh, apalagi bila menahan makan dan minum selama lebih dari sepuluh jam.
Namun, ternyata ada juga yang punya gangguan serupa tetapi tetap menjalankan puasa, dan tidak pernah mengalami keluhan perih dan nyeri ulu hati. Bahkan adapula yg malah bertambah sehat setelah sebulan penuh puasa serta keterusan puasa. Bulan Ramadhan telah tiba. Bagaimana cara berbuka puasa yg benar? Sehingga kita bisa memanfaatkannya untuk kesahatan kita.
Namun orang jarang menyadari, berbuka atau makan sahur berperan penting untuk menjaga kesehatan. Berbuka dan makan sahur yang kurang benar justru akan menimbulkan gangguan kesehatan. Karena itu, sebenarnya menunda atau membatalkan kegiatan saat Ramadhan adalah tidak tepat.
Jika orang merasa lesu, lemah, serta kurang berkonsentrasi, sebenarnya itu tidak terkait langsung dengan ibadah puasanya melainkan oleh pola makan yang berubah. Dari tiga kali sehari menjadi dua kali, makan sahur dan buka.Puasa tidak harus menimbulkan gangguan kesehatan, bahkan dalam banyak kasus justru membuat tubuh bugar. Untuk itu memang diperlukan pengaturan buka puasa dan makan sahur yang benar, karena berbuka dan makan sahur tidaklah sekedar memasukkan makanan ke dalam tubuh. Berikut ini adalah tips berbuka puasa yang benar.
1. Jangan menunda waktu berbuka puasa.
2. Jangan minum es. Ada kebiasaan salah yang dilakukan sebagian orang, yaitu minum air es atau es yang dicampur ke dalam minuman sebelum menyantap makanan lain. Hal ini sebenarnya sangat merugikan, karena es dapat menahan rasa lapar. Akibatnya hidangan lain yang lebih bergizi bisa tidak disantap, sehingga mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan.
3. Sebaiknya saat berbuka dimulai dengan minuman manis hangat dan makanan ringan yang mudah dicerna. Bisa teh manis, sirop, ditemani kurma, pisang goreng, atau sale pisang. Setelah kadar gula darah berangsur-angsur normal bisa dilakukan sholat maghrib.
4. Selang setengah jam barulah dilanjutkan dengan makanan lengkap. Makanlah secukupnya saja.
5. Hindari makan makanan yang mengandung banyak bumbu yang merangsang pencernaan.
6. Dua jam kemudian, setelah shalat tarawih, dapat dilanjutkan dengan hidangan yang masih tersisa.
7. Berhentilah makan sebelum kenyang.
Semoga tips tersebut bisa bermanfaat untuk kita semua. Selamat menjalankan ibadah puasa.
Banyak orang takut berpuasa, karena khawatir dengan gangguan maagnya atau penyakit lainnya. Sedang tidak berpuasa saja maag sering kambuh, apalagi bila menahan makan dan minum selama lebih dari sepuluh jam.
Namun, ternyata ada juga yang punya gangguan serupa tetapi tetap menjalankan puasa, dan tidak pernah mengalami keluhan perih dan nyeri ulu hati. Bahkan adapula yg malah bertambah sehat setelah sebulan penuh puasa serta keterusan puasa. Bulan Ramadhan telah tiba. Bagaimana cara berbuka puasa yg benar? Sehingga kita bisa memanfaatkannya untuk kesahatan kita.
Namun orang jarang menyadari, berbuka atau makan sahur berperan penting untuk menjaga kesehatan. Berbuka dan makan sahur yang kurang benar justru akan menimbulkan gangguan kesehatan. Karena itu, sebenarnya menunda atau membatalkan kegiatan saat Ramadhan adalah tidak tepat.
Jika orang merasa lesu, lemah, serta kurang berkonsentrasi, sebenarnya itu tidak terkait langsung dengan ibadah puasanya melainkan oleh pola makan yang berubah. Dari tiga kali sehari menjadi dua kali, makan sahur dan buka.Puasa tidak harus menimbulkan gangguan kesehatan, bahkan dalam banyak kasus justru membuat tubuh bugar. Untuk itu memang diperlukan pengaturan buka puasa dan makan sahur yang benar, karena berbuka dan makan sahur tidaklah sekedar memasukkan makanan ke dalam tubuh. Berikut ini adalah tips berbuka puasa yang benar.
1. Jangan menunda waktu berbuka puasa.
2. Jangan minum es. Ada kebiasaan salah yang dilakukan sebagian orang, yaitu minum air es atau es yang dicampur ke dalam minuman sebelum menyantap makanan lain. Hal ini sebenarnya sangat merugikan, karena es dapat menahan rasa lapar. Akibatnya hidangan lain yang lebih bergizi bisa tidak disantap, sehingga mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan.
3. Sebaiknya saat berbuka dimulai dengan minuman manis hangat dan makanan ringan yang mudah dicerna. Bisa teh manis, sirop, ditemani kurma, pisang goreng, atau sale pisang. Setelah kadar gula darah berangsur-angsur normal bisa dilakukan sholat maghrib.
4. Selang setengah jam barulah dilanjutkan dengan makanan lengkap. Makanlah secukupnya saja.
5. Hindari makan makanan yang mengandung banyak bumbu yang merangsang pencernaan.
6. Dua jam kemudian, setelah shalat tarawih, dapat dilanjutkan dengan hidangan yang masih tersisa.
7. Berhentilah makan sebelum kenyang.
Semoga tips tersebut bisa bermanfaat untuk kita semua. Selamat menjalankan ibadah puasa.
Senin, 01 Agustus 2011
Cara Sederhana Mengelola Keuangan Keluarga
Masalah keuangan adalah hal yang umum dialami keluarga muda, apalagi di tahun-tahun pertama menjalani kehidupan berumahtangga. Belum lagi si kecil tak lama kemudian hadir di tengah Anda dan pasangan. Benarkah masalahnya terletak dari besar-kecilnya pendapatan keluarga?
Seringkali masalahnya bukan terletak pada penghasilan yang kurang, tapi kebiasaan yang salah dalam mengelola uang. Ternyata, dalam kenyataan, seorang ayah yang berpenghasilan ratusan juta rupiah bisa mengalami shock ketika menemukan uangnya tinggal Rp. 500.000,00 sebelum akhir bulan.
Ada beberapa kunci untuk mengelola keuangan secara sederhana:
1. Pahami portfolio keuangan keluarga Anda.
Jangan sampai Anda tak tahu isi tabungan, jumlah tagihan listrik, telepon, servis mobil, belanja, biaya periksa dokter dan lainnya. Anda harus tahu berapa hutang kartu kredit, pinjaman bank atau cicilan rumah dan mobil.
2. Susun rencana keuangan atau anggaran.
Rencana keuangan yang realistis membantu Anda bersikap obyektif soal pengeluaran yang berlebihan. Tak perlu terlalu ideal, sehingga lupa kebutuhan diri sendiri. Tak ada salahnya memasukkan kebutuhan pergi ke salon atau spa. Yang penting, anggarkan jumlah yang realistis dan Anda pun harus patuh dengan anggaran tersebut.
3. Pikirkan lebih seksama pengertian antara butuh dan ingin.
Tak jarang kita membelanjakan uang untuk hal yang tak terlalu penting atau hanya didorong keinginan, bukan kebutuhan. Buatlah daftar berupa tabel yang terdiri dari kolom untuk item belanja, kebutuhan dan keinginan. Setelah mengisi kolom item belanja, isilah kolom “kebutuhan” dan “keinginan” dengan tanda cek (V). Dari sini pertimbangkan dengan lebih matang, benda atau hal yang perlu Anda beli/penuhi atau tidak.
4. Hindari hutang.
Godaan untuk hidup konsumtif semakin besar. Tapi bukan berarti dengan mudah Anda membeli berbagai benda secara kredit. Tumbuhkan kebiasaan keuangan yang sehat dimulai dari yang sederhana, seperti tak memiliki hutang konsumtif.
5. Meminimalkan belanja konsumtif.
Bertemu teman lama untuk bertukar pikiran di kafe terkadang memang perlu, tapi tak berarti Anda harus melakukannya setiap minggu. Anda bisa gunakan pengeluaran ini untuk menabung atau memenuhi kebutuhan lain.
6. Tetapkan tujuan atau cita-cita finansial.
Susun target keuangan yang ingin Anda raih secara berkala, bersama pasangan. Tetapkan tujuan spesifik, realistis, terukur dan dalam kurun waktu tertentu. Tujuan ini membantu Anda lebih fokus merancang keuangan. Misalnya, bercita-cita punya dana pendidikan prasekolah berstandar internasional dan sebagainya.
7. Menabung, menabung, menabung.
Ubah kebiasaan dan pola pikir. Segera setelah menerima gaji, sisihkan untuk tabungan dalam jumlah yang telah Anda rencanakan sesuai tujuan atau cita-cita finansial keluarga Anda. Sebaiknya, Anda memiliki rekening terpisah untuk tabungan dan kebutuhan sehari-hari.
8. Berinvestasilah!
Tentu Anda tak akan puas dengan hanya menunggu tabungan membumbung. Padahal cita-cita Anda untuk keluarga “selangit”. Inilah saat yang tepat untuk juga memikirkan investasi. Kini bentuknya macam-macam. Takut akan risiko investasi?! Tak perlu khawatir, Anda hanya perlu belajar pada ahlinya. Konsultasikan keuangan Anda dengan ahli keuangan yang handal!
0000000000000000
Masalah keuangan adalah hal yang umum dialami keluarga muda, apalagi di tahun-tahun pertama menjalani kehidupan berumahtangga. Belum lagi si kecil tak lama kemudian hadir di tengah Anda dan pasangan. Benarkah masalahnya terletak dari besar-kecilnya pendapatan keluarga?
Seringkali masalahnya bukan terletak pada penghasilan yang kurang, tapi kebiasaan yang salah dalam mengelola uang. Ternyata, dalam kenyataan, seorang ayah yang berpenghasilan ratusan juta rupiah bisa mengalami shock ketika menemukan uangnya tinggal Rp. 500.000,00 sebelum akhir bulan.
Ada beberapa kunci untuk mengelola keuangan secara sederhana:
1. Pahami portfolio keuangan keluarga Anda.
Jangan sampai Anda tak tahu isi tabungan, jumlah tagihan listrik, telepon, servis mobil, belanja, biaya periksa dokter dan lainnya. Anda harus tahu berapa hutang kartu kredit, pinjaman bank atau cicilan rumah dan mobil.
2. Susun rencana keuangan atau anggaran.
Rencana keuangan yang realistis membantu Anda bersikap obyektif soal pengeluaran yang berlebihan. Tak perlu terlalu ideal, sehingga lupa kebutuhan diri sendiri. Tak ada salahnya memasukkan kebutuhan pergi ke salon atau spa. Yang penting, anggarkan jumlah yang realistis dan Anda pun harus patuh dengan anggaran tersebut.
3. Pikirkan lebih seksama pengertian antara butuh dan ingin.
Tak jarang kita membelanjakan uang untuk hal yang tak terlalu penting atau hanya didorong keinginan, bukan kebutuhan. Buatlah daftar berupa tabel yang terdiri dari kolom untuk item belanja, kebutuhan dan keinginan. Setelah mengisi kolom item belanja, isilah kolom “kebutuhan” dan “keinginan” dengan tanda cek (V). Dari sini pertimbangkan dengan lebih matang, benda atau hal yang perlu Anda beli/penuhi atau tidak.
4. Hindari hutang.
Godaan untuk hidup konsumtif semakin besar. Tapi bukan berarti dengan mudah Anda membeli berbagai benda secara kredit. Tumbuhkan kebiasaan keuangan yang sehat dimulai dari yang sederhana, seperti tak memiliki hutang konsumtif.
5. Meminimalkan belanja konsumtif.
Bertemu teman lama untuk bertukar pikiran di kafe terkadang memang perlu, tapi tak berarti Anda harus melakukannya setiap minggu. Anda bisa gunakan pengeluaran ini untuk menabung atau memenuhi kebutuhan lain.
6. Tetapkan tujuan atau cita-cita finansial.
Susun target keuangan yang ingin Anda raih secara berkala, bersama pasangan. Tetapkan tujuan spesifik, realistis, terukur dan dalam kurun waktu tertentu. Tujuan ini membantu Anda lebih fokus merancang keuangan. Misalnya, bercita-cita punya dana pendidikan prasekolah berstandar internasional dan sebagainya.
7. Menabung, menabung, menabung.
Ubah kebiasaan dan pola pikir. Segera setelah menerima gaji, sisihkan untuk tabungan dalam jumlah yang telah Anda rencanakan sesuai tujuan atau cita-cita finansial keluarga Anda. Sebaiknya, Anda memiliki rekening terpisah untuk tabungan dan kebutuhan sehari-hari.
8. Berinvestasilah!
Tentu Anda tak akan puas dengan hanya menunggu tabungan membumbung. Padahal cita-cita Anda untuk keluarga “selangit”. Inilah saat yang tepat untuk juga memikirkan investasi. Kini bentuknya macam-macam. Takut akan risiko investasi?! Tak perlu khawatir, Anda hanya perlu belajar pada ahlinya. Konsultasikan keuangan Anda dengan ahli keuangan yang handal!
0000000000000000
Rabu, 04 Mei 2011
ETIKA BISNIS DAN TANGGUNG JAWAB BISNIS
ETIKA BISNIS DAN TANGGUNG JAWAB BISNIS
Oleh: Munif Kholifah Sulistiyoningrum
A. Alasan Perlunya Mencermati Lingkungan Sosial
Sesuatu yang abadi di muka bumi ini adalah perubahan. Perubahan termasuk melanda berbagai aspek kehidupan. Salah satu aspek kehidupan yang dipengaruhi oleh perubahan adalah kegiatan bisnis.
Perubahan lingkungan bisnis dari berbagai aspek adalah hal yang harus dicermati oleh para pemimpin perusahaan (baik sebagai CEO ataupun sebagai entrepreneur). Perubahan bisnis dapat menjadi peluang atau tantangan. Survival dan growth perusahaan sangat tergantung pada kecermatan mengamati perubahan dan ketepatan memanfaatkan perubahan.
Perubahan lingkungan bisnis menuntut adanya berbagai perubahan di dalam organisasi bisnis. Perubahan lingkungan bisnis akan merubah visi perusahaan. Perubahan visi tersebut selanjutnya akan merubah misi perusahaan. Perubahan misi tersebut menuntut adanya perubahan “share values”.
Semua perubahan tersebut diatas akan mempengaruhi keseluruhan organisasi perusahaan. Berbagai perubahan dalam organisasi perusahaan adalah :
1. Strategi
2. Struktur
3. Sistem
4. Staf
5. Skill
6. Style
Bersama dengan Shared-values ke enam S tersebut di atas harus saling berinteraksi harmonis dan sinergi. Perusahaan demikianlah yang memiliki kemampuan kompetitif.
B. Aspek Perubahan Sosial Yang Perlu Dicermati
Perubahan yang perlu dicermati, khususnya dalam hal perubahan sosial adalah perubahan mulai dari yang bersifat lokal, nasional, maupun global. Perubahan dalam aspek global seperti yang diprediksi oleh dua orang ahli masa depan (futurologis), John Naisbitt dan Patricia Aburdene dalam bukunya yang berjudul Megatrends dan Megatrends 2000 dapat memberikan implikasi berubahnya lingkungan sosial. Selanjutnya perubahan ini akan mempengaruhi “survival” dan “growth” suatu perusahaan, selain memberikan peluang bagi timbulnya bisnis baru.
Menurut Naibitt dan Aburdene perubahan global dalam tahun 1980an dan 1990an adalah seperti berikut :
Perubahan tahun 1980
1. Masyarakat Industri ke masyarakat Informasi
2. Tehnologi High Tough/High Tech
3. Perekonomian Nasional ke perekonomian Dunia
4. Jangka pendek ke jangka panjang
5. Sentralisasi ke Desentralisasi
6. Bantuan Kelembagaan ke Swakarsa
7. Demokrasi Perwakilan ke Demokrasi Partisipasi
8. Hirarki ke jaringan kerja (Networking)
9. Perkembangan bisnis bergeser dari Utara ke Selatan
10. Pilihan terbatas ke banyak pilihan
Perubahan pada tahun 2000 an
1. Perelonomian dunia mengalami boom pada tahun 1990
2. Renaisance di bidang seni
3. Munculnya pasar-bebas sosialis
4. Gaya hidup internasional dan nasionalisme kebudayaan
5. Swastanisasi Negara Kesejahteraan
6. Bangkitnya Negara Kesejahteraan
7. Bangkitnya Kawasan Lingkar Pasifik
8. Dasa Warsa kemimpinan wanita
9. Abad biologi
10. Kebangkitan Agama di Millenium Baru
11. Kejayaan Individu
Keberlanjutan (substainability) dan perkembangan suatu institusi bisnis sangat ditentukan oleh kemampuan untuk memahami dan memanfaatkan berbagai informasi seperti yang dikemukakan diatas bagian saling mempengaruhi dari tingkat nasional sampai tingkat lokal. Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat, baik perubahan di tingkat nasional maupun internasional akan mempengaruhi kegiatan bisnis. Pengaruh tersebut dapat bersifat langsung maupun tidak langsung, tergantung pada besar dan luasnya skala bisnis.
Informasi sosial adalah salah satu aspek informasi yang perlu dipahami. Informasi sosial dalam tulisan ini adalah segala sesuatu perubahan sosial dan dampak sosial yang ditimbulkan oleh kegiatan ekonomi, tehnologi, komunikasi, agama, dll. Kegiatan bisnis ikut mempengaruhi perubahan sosial dalam masyarakat. Sebaliknya kegiatan bisnis sangat dipengaruhi oleh perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat, baik level lokal nasional, maupun Internasional.
Tulisan ini secara ringkas mencoba membahas kedua hal ini. Pembahasan dimulai dengan melihat bagaimana bisnis mempengaruhi perubahan sosial, dan setelah itu pembahasan akan melihat hal sebaliknya, yaitu bagaimana perubahan sosial akan mempengaruhi kegiatan bisnis. Kedua hal ini saling mempengaruhi secara sirkuler, sehingga sulit untuk memisahkan keterkaitan secara jelas, mana yang merupakan penyebab dan mana yang merupakan akibat.
SALING PENGARUH ANTARA KEGIATAN BISNIS DAN PERUBAHAN SOSIAL
Kegiatan bisnis adalah salah satu aspek kegiatan pembangunan yang amat luas dimensinya. Salah satunya adalah penerapan ilmu pengetahuan dan tehnologi dalam kegiatan produksi, baik produksi bahan mentah, setengah jadi, dan barang jadi, maupun produksi jasa yang sifatnya intangible. Di dalam proses produksi terjadi pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya modal, dan sumber daya manusia. Selain itu kegiatan bisnis tidak terlepas dari kegiatan menjual barang yang telah diproduksi tersebut untuk memperoleh keuntungan.
Kegiatan memproduksi dan memasarkan ini melibatkan banyak kegiatn lain yang saling kait mengait. Upaya untuk mem[eroleh bahan mentah menyebabkan terjadinya ekspansi perdagangan yang seringkali diikuti oleh kegiatan politik dan militer. Pada zaman dahulu, untuk memperoleh komoditi perdagangan, pedagang dari daratan Eropa datang ke negara penghasil bahan mentah. Semula mereka datang untuk berdagang, tetapi kemudian berkembang menjadi penjajahan demi terjaminnya sumber komoditi perdagangan. Penjajahan Belanda atas Indonesia yang berlangsung sekitar 350 tahun adalah contoh bagaimana kegiatan bisnis telah terkait dengan kegiatan politik dan militer. Di masa kinipun hal yang hampir serupa juga terjadi. Demi memperoleh kelangsungan sumber minyak bumi, negara blok kapitalis dengan segala upaya untuk menciptakan konflik di negara Timur Tengah. Bila konflik terjadi antara negara Timur Tengah, negara Kapitalis datang sebagai juru selamat. Konflik Timur Tengah yang berupa Perang Teluk adalah contoh bagaimana keterkaitan antara ekonomi, politik dan militer. Kehadiran sebagai juru selamat ini berlangsung lama seperti yang sekarang terjadi akibat perang Teluk. Kekuatan militer Amerika Serikat tetap bercokol di Saudi Arabia demi manjaga kelangsungan mengalirnya minyak bumi dari Timur Tengah.
Perubahan sosial yang taerjadi di dunia ketiga, khususnya Indonesia, adalah salah satu akibat dari kegiatan ekonomi negara kapitalis. Ekonomi kapitalis menuntut adanya sistem nilai seperti efisiesi kerja, kemauan untuk bekerja keras agar orang terus berproduksi. Selanjutnya sistem kapitalis menumbuhkan semangat untuk membeli dengan berbagai cara strategi pemasaran agar sifat konsumeristik dapat ditumbuhkan.
Oleh: Munif Kholifah Sulistiyoningrum
A. Alasan Perlunya Mencermati Lingkungan Sosial
Sesuatu yang abadi di muka bumi ini adalah perubahan. Perubahan termasuk melanda berbagai aspek kehidupan. Salah satu aspek kehidupan yang dipengaruhi oleh perubahan adalah kegiatan bisnis.
Perubahan lingkungan bisnis dari berbagai aspek adalah hal yang harus dicermati oleh para pemimpin perusahaan (baik sebagai CEO ataupun sebagai entrepreneur). Perubahan bisnis dapat menjadi peluang atau tantangan. Survival dan growth perusahaan sangat tergantung pada kecermatan mengamati perubahan dan ketepatan memanfaatkan perubahan.
Perubahan lingkungan bisnis menuntut adanya berbagai perubahan di dalam organisasi bisnis. Perubahan lingkungan bisnis akan merubah visi perusahaan. Perubahan visi tersebut selanjutnya akan merubah misi perusahaan. Perubahan misi tersebut menuntut adanya perubahan “share values”.
Semua perubahan tersebut diatas akan mempengaruhi keseluruhan organisasi perusahaan. Berbagai perubahan dalam organisasi perusahaan adalah :
1. Strategi
2. Struktur
3. Sistem
4. Staf
5. Skill
6. Style
Bersama dengan Shared-values ke enam S tersebut di atas harus saling berinteraksi harmonis dan sinergi. Perusahaan demikianlah yang memiliki kemampuan kompetitif.
B. Aspek Perubahan Sosial Yang Perlu Dicermati
Perubahan yang perlu dicermati, khususnya dalam hal perubahan sosial adalah perubahan mulai dari yang bersifat lokal, nasional, maupun global. Perubahan dalam aspek global seperti yang diprediksi oleh dua orang ahli masa depan (futurologis), John Naisbitt dan Patricia Aburdene dalam bukunya yang berjudul Megatrends dan Megatrends 2000 dapat memberikan implikasi berubahnya lingkungan sosial. Selanjutnya perubahan ini akan mempengaruhi “survival” dan “growth” suatu perusahaan, selain memberikan peluang bagi timbulnya bisnis baru.
Menurut Naibitt dan Aburdene perubahan global dalam tahun 1980an dan 1990an adalah seperti berikut :
Perubahan tahun 1980
1. Masyarakat Industri ke masyarakat Informasi
2. Tehnologi High Tough/High Tech
3. Perekonomian Nasional ke perekonomian Dunia
4. Jangka pendek ke jangka panjang
5. Sentralisasi ke Desentralisasi
6. Bantuan Kelembagaan ke Swakarsa
7. Demokrasi Perwakilan ke Demokrasi Partisipasi
8. Hirarki ke jaringan kerja (Networking)
9. Perkembangan bisnis bergeser dari Utara ke Selatan
10. Pilihan terbatas ke banyak pilihan
Perubahan pada tahun 2000 an
1. Perelonomian dunia mengalami boom pada tahun 1990
2. Renaisance di bidang seni
3. Munculnya pasar-bebas sosialis
4. Gaya hidup internasional dan nasionalisme kebudayaan
5. Swastanisasi Negara Kesejahteraan
6. Bangkitnya Negara Kesejahteraan
7. Bangkitnya Kawasan Lingkar Pasifik
8. Dasa Warsa kemimpinan wanita
9. Abad biologi
10. Kebangkitan Agama di Millenium Baru
11. Kejayaan Individu
Keberlanjutan (substainability) dan perkembangan suatu institusi bisnis sangat ditentukan oleh kemampuan untuk memahami dan memanfaatkan berbagai informasi seperti yang dikemukakan diatas bagian saling mempengaruhi dari tingkat nasional sampai tingkat lokal. Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat, baik perubahan di tingkat nasional maupun internasional akan mempengaruhi kegiatan bisnis. Pengaruh tersebut dapat bersifat langsung maupun tidak langsung, tergantung pada besar dan luasnya skala bisnis.
Informasi sosial adalah salah satu aspek informasi yang perlu dipahami. Informasi sosial dalam tulisan ini adalah segala sesuatu perubahan sosial dan dampak sosial yang ditimbulkan oleh kegiatan ekonomi, tehnologi, komunikasi, agama, dll. Kegiatan bisnis ikut mempengaruhi perubahan sosial dalam masyarakat. Sebaliknya kegiatan bisnis sangat dipengaruhi oleh perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat, baik level lokal nasional, maupun Internasional.
Tulisan ini secara ringkas mencoba membahas kedua hal ini. Pembahasan dimulai dengan melihat bagaimana bisnis mempengaruhi perubahan sosial, dan setelah itu pembahasan akan melihat hal sebaliknya, yaitu bagaimana perubahan sosial akan mempengaruhi kegiatan bisnis. Kedua hal ini saling mempengaruhi secara sirkuler, sehingga sulit untuk memisahkan keterkaitan secara jelas, mana yang merupakan penyebab dan mana yang merupakan akibat.
SALING PENGARUH ANTARA KEGIATAN BISNIS DAN PERUBAHAN SOSIAL
Kegiatan bisnis adalah salah satu aspek kegiatan pembangunan yang amat luas dimensinya. Salah satunya adalah penerapan ilmu pengetahuan dan tehnologi dalam kegiatan produksi, baik produksi bahan mentah, setengah jadi, dan barang jadi, maupun produksi jasa yang sifatnya intangible. Di dalam proses produksi terjadi pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya modal, dan sumber daya manusia. Selain itu kegiatan bisnis tidak terlepas dari kegiatan menjual barang yang telah diproduksi tersebut untuk memperoleh keuntungan.
Kegiatan memproduksi dan memasarkan ini melibatkan banyak kegiatn lain yang saling kait mengait. Upaya untuk mem[eroleh bahan mentah menyebabkan terjadinya ekspansi perdagangan yang seringkali diikuti oleh kegiatan politik dan militer. Pada zaman dahulu, untuk memperoleh komoditi perdagangan, pedagang dari daratan Eropa datang ke negara penghasil bahan mentah. Semula mereka datang untuk berdagang, tetapi kemudian berkembang menjadi penjajahan demi terjaminnya sumber komoditi perdagangan. Penjajahan Belanda atas Indonesia yang berlangsung sekitar 350 tahun adalah contoh bagaimana kegiatan bisnis telah terkait dengan kegiatan politik dan militer. Di masa kinipun hal yang hampir serupa juga terjadi. Demi memperoleh kelangsungan sumber minyak bumi, negara blok kapitalis dengan segala upaya untuk menciptakan konflik di negara Timur Tengah. Bila konflik terjadi antara negara Timur Tengah, negara Kapitalis datang sebagai juru selamat. Konflik Timur Tengah yang berupa Perang Teluk adalah contoh bagaimana keterkaitan antara ekonomi, politik dan militer. Kehadiran sebagai juru selamat ini berlangsung lama seperti yang sekarang terjadi akibat perang Teluk. Kekuatan militer Amerika Serikat tetap bercokol di Saudi Arabia demi manjaga kelangsungan mengalirnya minyak bumi dari Timur Tengah.
Perubahan sosial yang taerjadi di dunia ketiga, khususnya Indonesia, adalah salah satu akibat dari kegiatan ekonomi negara kapitalis. Ekonomi kapitalis menuntut adanya sistem nilai seperti efisiesi kerja, kemauan untuk bekerja keras agar orang terus berproduksi. Selanjutnya sistem kapitalis menumbuhkan semangat untuk membeli dengan berbagai cara strategi pemasaran agar sifat konsumeristik dapat ditumbuhkan.
Selasa, 03 Mei 2011
ETIKA BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN
ETIKA BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN
Oleh: Munif Kholifah Sulistiyoningrum
ETIKA DAN NORMA-NORMA BISNIS
Salah satu aspek yang sangat popular dan perlu mendapat perhatian dalam dunia bisnis kita sekarang ini adalah perlunya etika dan moral bisnis. Etika bisnis selain dapat menjamin kepercayaan dan loyalitas dari semua unsur yang berpengaruh pada perusahaan (stakeholder loyality), juga sangat menentukan maju atau mundurnya perusahaan. Menurut Zimmerer (1996:20), etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi. Etika, aslinya adalah suatu komitmen untuk melakukan apa yang benar dan menghindari apa yang tidak benar. Oleh karena itu, perilaku etika berperan melakukan “apa yang benar” dan “baik” untuk menentang apa yang “salah” dan apa yang “buruk”. Menurut Ronald J. Ebert dan Ricky M. Griffin (200:80), etika bisnis adalah suatu istilah yang sering dipergunakan untuk menunjukkan perilaku etika dari seorang manajer atau karyawan suatu organisasi.
Etika bisnis sangat penting untuk mempertahankan loyalitas stakeholder dalam membuat keputusan-keputusan perusahaan dan dalam memecahkan persoalan perusahaan. Mengapa demikian? Karena, semua keputusan perusahaan sangat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh stakeholders. Stakeholders adalah semua individu atau kelompok yang berkepentingan dan berpengaruh terhadap perusahaan. Ada dua jenis stakeholders yang berpengaruh terhadap perusahaan, yaitu internal stakeholders dan external stakeholders. Investor, karyawan, manajemen, dan pimpinan perusahaan sebagai internal stakeholders bersama-sama dengan pelanggan, asosiasi pedagang, kreditor, pemasok, pemerintah, masyarakat umum, dan kelompok khusus yang berkepentingan terhadap perusahaan sebagai external stakeholders semuanya sangat menentukan keputusan-keputusan perusahaan dan menentukan keberhasilan perusahaan. Menurut Zimmerer (1996:21) ada 8 kelompok stakeholders yang mempengaruhi keputusan-keputusan bisnis, yaitu (1) Para pengusaha/ mitra usaha, (2) Petani dan pemasok bahan baku (supplier), (3) Organisasi Pekerja, (4) Pemerintah, (5) Bank, (6) Investor, (7) Masyarakat Umum, (8) Pelanggan dan Konsumen.
(1) Para Pengusaha dan Mitra Usaha
Selain merupakan pesaing, para pengusaha juga merupakan mitra. Sebagai mitra. Para pengusaha merupakan relasi usaha yang dapat bekerja sama dalam menyediakan informasi atau sumber peluang, misalnya akses pasar, akses bahan baku, dan akses sumber daya lainnya. Bahkan mitra usaha dapat berperan sebagai pemasok, pemroses, dan pemasar. Mereka secara bersama-sama menentukan harga jual atau harga beli, menentukan daerah pemasaran, dan menentukan standar barang dan jasa. Loyalitas mitra usaha akan sangat bergantung pada kepuasan yang mereka terima (bagian dari stakeholders satisfaction) dari perusahaan.
(2) Petani dan Perusahaan Pemasok Bahan Baku
Petani dan Perusahaan berperan dalam menyediakan bahan baku. Pasokan bahan baku yang kurang bermutu dan pasokan yang lambat dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Oleh sebab itu, petani dan perusahaan yang memasok bahan baku merupakan faktor yang mempengaruhi keputusan bisnis. Keputusan dalam menentukan kualitas barang dan jasa sangat tergantung juga pada pemasok bahan baku. Sebagai contoh, untuk menghasilkan produk jamu “Air Mancur” atau “Jamu Jago” yang berkualitas tinggi sangat diperlukan bahan baku yang berkualitas yang dihasilkan oleh para petani. Jadi, bahan baku yang berkualitas sangat tergantung pada loyalitas para petani dalam menghasilkan bahan baku. Sebaliknya, loyalitas petani penghasil bahan baku yang tinggi sangat tergantung pada tingkat kepuasan yang mereka terima dari perusahaan baik dalam menentukan kepuasan harga jual bahan baku maupun dalam bentuk insentif lainnya.
(3) Organisasi Pekerja yang Mewakili Pekerja
Organisasi pekerja dapat mempengaruhi keputusan melalui proses tawar menawar secara kolektif. Tawar menawar tingkat upah, jaminan sosial, jaminan kesehatan, konvensasi, dan jaminan hari tua sangat berpengaruh langsung terhadap pengambilan keputusan. Perusahaan yang tidak melibatkan organisasi pekerja dalam pengambilan keputusan sering menimbulkan protes-protes yang mengganggu jalannya perusahaan. Sebagai contoh, unjuk rasa buruh yang terjadi di Indonesia sekarang ini adalah sebagai akibat ketidakpuasan para buruh terhadap keputusan sepihak yang diambil perusahaan. Para buruh kurang dilibatkan dalam pengambilan keputusan-keputusan perusahaan. Ketidakloyalan para pekerja dan protes-protes buruh adalah akibat dari ketidakpuasan mereka terhadap keputusan yang diambil perusahaan.
Ketidakloyalan yang paling tragis adalah ketika perusahaan sedang mengalami penurunan keuntungan akibat krisis ekonomi, justru para pekerja menuntut kenaikan upah dan jaminan kerja yang lebih tinggi. Tuntutan ini sebagai akibat dari kurangnya kepuasan para pekerja dalam hal upah dan jaminan kerja yang tetap rendah saat perusahaan mendapatkan keuntungan yang tinggi.
(4) Pemerintah yang Mangatur Kelancaran Aktivitas Usaha
Pemerintah dapat mengatur kelancaran aktiva usaha melalui serangkaian kebijaksanaan yang dibuatnya. Peraturan-peraturan dan perundang-undangan pemerintah sangat berpengaruh terhadap iklim usaha, Undang-Undang Monopoli, Undang-undang Hak Paten, Hak Cipta, dan peraturan yang melindungi dan mengatur jalannya usaha sangat besar pengaruhnya terhadap dunia usaha. Misalnya pemberian hak monopoli dan tax holiday oleh pemerintah terhadap perusahaan mobil “TIMOR” sebagai produk mobil nasional, menjadikan produk perusahaan tersebut menguasai pasaran. Akan tetapi, ketika pemberian hak monopoli dan pembebasan bea masuk dari pemerintah dikurangi maka pasarannya menjadi berkurang.
(5) Bank Penyedia Dana Perusahaan
Bank selain Berfungsi sebagai jantungnya perekonomian secara makro juga sebagai lembaga yang dapat menyediakan dana perusahaan. Neraca-neraca perbankan yang kurang likuid dapat mempengaruhi neraca-neraca perusahaan yang tidak likwid juga. Sebaliknya neraca-neraca perusahaan yang kurang likwid dapat mempengaruhi keputusan bank dalam menyediakan dan bagi perusahaan. Bunga kredit bank dan persyaratan-persyaratan yang dibuat bank penyandang dana sangat besar pengaruhnya terhadap keputusan yang diambil dalam bisnis. Sebagai contoh, krisis neraca perbankan yang terjadi di Indonesia mengakibatkan krisis neraca perusahaan-perusahaan baik perusahaan skala kecil, menengah, dan besar.
(6) Investor Penanam Modal
Investor penyandang dana dapat mempengaruhi perusahaan melalui serangkain persyaratan yang diajukan. Persyaratan tersebut akan mengikat dan sangat besar pengaruhnya dalam pengambilan keputusan. Misalnya, Investor hanya bersedia menanam modalnya di Indonesia apabila modal yang di Investasikannya menjamin pengembalian investasi (return on investment) yang besar. Untuk itu, para investor sering kali menerapkan persyaratan manajemen mereka, misalnya standart tenaga kerja, standar bahan baku, standart produk, dan aturan lainnya. Jadi, loyalitas investor sangat tergantung pada tingkat kepuasan investor dalam menanam modalnya.
(7) Masyarakat Umum yang Dilayani
Masyarakat umum yang dilayani dapat mempengaruhi keputusan bisnis. Mereka akan merespon dan memberikan informasi tentang bisnis kita. Mereka juga merupakan konsumen yang akan menentukan keputusan-keputusan perusahaan baik dalam menentukan produk barang dan jasa yang dihasilkan maupun dalam menentukan tehnik yang digunakan. Respon terhadap operasi perusahaan, kualitas barang, harga barang, jumlah barang, dan pelayanan perusahaan mempengaruhi keputusan-keputusan perusahaan. Harga dan kualitas barang serta pelayanan perusahaan kepada masyarakat yang kurang memuaskan akan menciptakan citra perusahaan menjadi rusak. Ini berarti loyalitas masyarakat (sebagai bagian dari stakeholders) terhadap perusahaan menjadi rendah sebagai akibat dari rendahnya kepuasan yang mereka terima dari perusahaan.
(8) Pelanggan yang Membeli Produk
Pelanggan yang membeli produk secara langsung dapat mempengaruhi keputusan bisnis. Barang dan jasa apa yang akan dihasilkan, berapa jumlahnya dan tehnologi bagaimana yang diperlukan sangat ditentukan oleh pelanggan dan mempengaruhi keputusan-keputusan bisnis.
Selain kelompok-kelompok tersebut diatas, beberapa kelompok lain yang berperan dalam perusahaan adalah para stakeholders kunci (key stakeholders) seperti manajer, direktur dan kelompok khusus.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa loyalitas para stakeholders (stakeholders loyalty) sangat tergantung pada kepuasan para stakeholders (stakeholders satisfaction). Menurut Ronald J. Ebert (2000:182), jika seseorang menyenangi suatu pekerjaan, maka ia akan merasa puas. Bila merasa puas maka akan memiliki moral yang tinggi. Mathieu Paquerot (2000) seorang Guru Besar University of La Rochelle Prancis, dalam makalahnya “Stakeholders Loyalty” mengemukakan bahwa kepuasan stakeholders (stakeholders satisfaction) akan mendorong loyalitas para stakeholders (stakeholders loyalty) terhadap perusahaan. Menurutnya, “ … loyalty should help the organization to create differentiation. Loyalty is a barrier to entry for after competitors”. Loyalitas dari para stakeholders dapat mendorong perusahaan untuk menciptakan diferensiasi. Oleh karena loyalitas dapat mendorong diferensiasi, maka loyalitas stakeholders akan menjadi hambatan (barrier) bagi para pesaing. Ingat bahwa diferensiasi merupakan bagian dari generik strategi untuk memenangkan persaingan (Porter, 1998).
Jelaslah, bahwa etika bisnis merupakan landasan penting dan harus diperhatikan terutama untuk menciptakan dan melindungi reputasi (goodwill) perusahaan. Oleh sebab itu, menurut Zimmerer, etika bisnis merupakan masalah yang sangat sensitive dan kompleks. Mengapa demikian ? Menurutnya, karena membangun etika untuk mempertahankan reputasi (goodwill) lebih sukar ketimbang mengahancurkan.
Selain etika dan perilaku yang tidak kalah pentingnya dalam bisnis adalah norma etika. Menurut Zimmerer (1996:22) ada tiga tingkatan norma etika, yaitu :
1. Hukum. Hukum berlaku bagi masyarakat secara umum yang mengatur mana perbuatan yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Hukum hanya mengatur standar perilaku minimum.
2. Kebijakan dan Prosedur Organisasi. Kebijakan dan Prosedur Organisasi memberi arahan khusus bagi setiap orang dalam organisasi dalam mengambil keputusan sehari-harinya. Para karyawan akan bekerja sesuai dengan kebijakan dn prosedur perusahaan/ organisasi.
3. Moral Sikap Mental Individual. Sikap mental individual sangat penting untuk menghadapi suatu keputusan yang tidak diatur oleh aturan formal. Nilai moral dan sikap mental individual biasanya berasal dari keluarga, agama, dan sekolah. Sebagian lagi yang menentukan etika perilaku adalah pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Kebijakan dan aturan perusahaan sangat penting terutama untuk membantu, mengurangi, mempertinggi pemahaman karyawan tentang etika perilaku.
Menurut Zimmerer (1996), kerangka kerja etika dapat dikembangkan melalui tiga tahap :
Tahap Pertama, mengakui dimensi-dimensi etika yang ada sebagai suatu alternatif atau suatu keputusan. Artinya, sebelum wirausaha menginformasikan suatu keputusan etika yang dibuat, lebih dahulu ia harus mengakui etika yang ada.
Tahap Kedua, mengidentifikasikan stakeholders kunci yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Setiap keputusan bisnis akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh barbagai stakeholders. Karena konflik dalam stakeholders dapat mempengaruhi pembuatan keputusan, maka sebelum keputusan itu dibuat terlebih dahulu harus dihindari konflik antar stakeholders.
Tahap Ketiga, membuat pilihan alternatif dan membedakan antara respons dan bukan etika. Ketika membuat pilihan alternatif respon etika dan bukan etika, serta mengevaluasi mana dampak negatif dan dampak positifnya, manajer akan menemukan beberapa hal sebagai berikut :
a. Prinsip-prinsip dan etika perilaku.
b. Hak-hak moral.
c. Keadilan.
d. Konsekuensi dan Hasil.
e. Pembenaran Publik.
f. Intuisi dan pengertian/ wawasan.
Tahap Keempat adalah memilih respon etika yang terbaik dan mengimplementasikannya. Pilihan tersebut harus konsisten dengan tujuan, budaya, dan sistem nilai perusahaan serta dengan keputusan individu-individu.
Siapakah fihak yang bertanggung jawab terhadap moral etika dalam perusahaan ? Menurut Zimmerer, fihak yang bertanggung jawab terhadap moral etika adalah manajer. Oleh karena itu, ada tiga tipe manajer dilihat dari sudut etikanya, yaitu :
1. Manajer Immoral. Manajer Immoral didorong oleh Sumber : Thomas W. Zimmerer, Norman M. Scarborough, Entrepreneurship and The New Ventura Formation 1996 hal. 21, alasan kepentingan dirinya sendiri demi keuntungan sendiri atau perusahaannya. Kekuatan yang menggerakkan manajemen Imoral adalah kerakusan/ ketamakan, yaitu berupa prestasi organisasi atau keberhasilan personal. Manajemen immoral merupakan kutub yang berlawanan dengan manajemen etika. Misalnya, pengusaha yang menggaji karyawannya dengan gaji dibawah upah fisik minimum atau perusahaan yang meniru produk-produk perusahaan lain, atau perusahaan percetakan yang memperbanyak cetakannya melebihi kesepakatan dengan pemegang hak cipta dan sebagainya.
2. Manajemen Amoral. Tujuan utama dari manajemen amoral adalah juga profit, akan tetapi tindakannya berbeda dengan manajemen immoral. Ada satu cara kunci yang membedakannya, yaitu mereka tidak dengan sengaja melanggar hukum atau norma etika. Bahkan pada manajemen amoral adalah bebas kendali dalam mengambil keputusan, artinya mereka tidak mempertimbangkan etika dalam mengambil keputusan. Salah satu contoh dari manajemen amoral adalah penggunaan test lie detector bagi calon karyawan.
3. Manajemen Moral. Manajemen moral juga bertujuan untuk meraih keberhasilan, tetapi dengan menggunakan aspek legal dan prinsip-prinsip etika. Filosofi manajer moral selalu melihat hukum sebagai standar minimum untuk beretika dalam perilaku.
PRINSIP-PRINSIP ETIKA DAN PERILAKU BISNIS
Menurut pendapat Michael Josephson (1988) yang dikutip oleh Zimmerer (1996:27-28), secara universal, ada 10 prinsip etika yang mengarahkan perilaku, yaitu :
(1) Kejujuran (Honesty), yaitu penuh kepercayaan, bersifat jujur, sungguh-sungguh, blak-blakan, terus terang : tidak curang, tidak mencuri, tidak menggelapkan dan tidak berbohong.
(2) Integritas (Integrity), yaitu memegang prinsip, melakukan kegiatan yang terhormat, tulus hati, berani dan penuh pendirian/ keyakinan, tidak bermuka dua, tidak berbuat jahat dan saling percaya.
(3) Memelihara janji (Promise Keeping), yaitu selalu mentaati janji, patut dipercaya, penuh komitmen, patuh, jangan menginterprestasikan persetujuan dalam bentuk teknikal atau legalistic dengan dalih ketidakrelaan.
(4) Kesetiaan (Fidelity), yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, teman, karyawan, dan negara; jangan menggunakan atau memperlihatkan informasi yang diperoleh dalam kerahasiaan; begitu juga dalam suatu konteks professional, jaga/ lindungi kemampuan untuk membuat keputusan professional yang bebas dan teliti, hindari hal yang tidak pantas dan konflik kepentingan.
(5) Kewajaran/ Keadilan (Fairness), yaitu berlaku adil dan berbudi luhur; bersedia untuk mengakui kesalahan; dan memperlihatkan komitmen keadilan, persamaan perlakuan individual dan toleran terhadap perbedaan, jangan bertindak melampaui batas atau mengambil keuntungan yang tidak pantas dari kesalahan atau kemalangan orang lain.
(6) Suka Membantu Orang Lain (Caring for Others), yaitu saling membantu, berbaik hati, belas kasihan, tolong menolong, kebersamaan dan menghindari segala sesuatu yang membahayakan orang lain.
(7) Hormat kepada Orang Lain (Respect for Others), yaitu menhormati martabat manusia, mengjormati kebebasan dan hak untuk menentukan nasib sendiri bagi semua orang, bersopan santun, jangan merendahkan diri seseorang, jangan mempermalukan seseorang dan jangan merendahkan martabat orang lain.
(8) Kewarganegaraan yang Bertanggung Jawab (Resposssibility Citizenship), yaitu selalu mentaati hukum/ aturan, penuh kesadaran sosial, menghormati proses demokrasi dalam mengambil keputusan.
(9) Mengejar Keunggulan (Pursuit of Excellence), yaitu mengejar keunggulan dalam hal, baik dalam pertemuan personal maupun pertanggung jawaban professional, tekun, dapat dipercaya/ diandalkan, rajin , getol, dan penuh komitmen, melakukan semua tugas dengan yang terbaik berdasar kemampuan, mengembangkan dan mempertahankan tingkat kompetensi yang tinggi.
(10) Dapat Dipertanggungjawabkan (Accountability), yaitu memiliki tanggung jawab, menerima tanggung jawab atas keputusan dan konsekuensinya, dan selalu memberi contoh.
CARA-CARA MEMPERTAHANKAN STANDAR ETIKA
1. Ciptakan Kepercayaan Perusahaan. Kepercayaan perusahaan dalam menetapkan nilai-nilai perusahaan yang berdasar tanggung jawab etika bagi stakeholders.
2. Kembangkan Kode Etik. Kode etik merupakan suatu catatan tentang standar tingkah laku dan prinsip-prinsip etika yang diharapkan perusahaan dan karyawan.
Topik-topik khas yang ada pada suatu kode etik biasanya memuat tentang :
a. Ketulusan hati secara fundamental dan ketaan pada hukum.
b. Kualitas dan keamanan tempat kerja.
c. Kesehatan dan keamanan tempat kerja.
d. Konflik kepentingan (conflic interest).
e. Praktik dan latihan karyawan.
f. Praktik pemasaran dan penjualan.
g. Keamanan dan kebebasan.
h. Kegiatan berpolitik.
i. Pelaporan finansial.
j. Hubungan dengan pemasok (supplier).
k. Penentuan harga, pengajuan rekening, dan kontrak.
l. Jaminan dagang (insider information).
m. Pembayaran untuk mendapatkan usaha.
n. Perlindungan lingkungan
o. Informasi pemilikan.
p. Keamanaan kemasan.
3. Jalankan Kode Etik Secara Adil dan Konsisten. Manajer harus mengambil tindakan apabila mereka melanggar etika. Bila karyawan mengetahui, bahwa yang melanggar etika tidak dihukum, maka kode etik menjadi tidak berarti apa-apa.
4. Lindungi Hak Perorangan. Akhir dari semua keputusan setiap etika sangat tergantung pada individu. Melindungi seseorang dengan kekuatan prinsip-prinsip moral dan nilai-nilainya merupakan jaminan yang terbaik untuk menghindari penyimpangan etika. Untuk membuat keputusan-keputusan etika seseorang harus memiliki : (a) Komitmen Etika, yaitu tekat seseorang untuk bertindak secara etis dan melakukan sesuatu yang benar, (b) Kesadaran Etika, yaitu kemampuan untuk merasakan implikasi etika dari suatu situasi, (c) Kemampuan Kompetensi, yaitu kemampuan untuk menggunakan suara pikiran moral dan mengembangkan strategi pemecahan masalah secara praktis.
5. Adakan Pelatihan Etika. Balai kerja (workshop) merupakan alat untuk meningkatkan kesadaran para karyawan.
6. Lakukan Audit Etika Secara Periodik. Audit merupakan cara yang terbaik untuk mengevaluasi efektifitas sistem etika. Hasil evaluasi tersebut akan memberikan suatu sinyal kepada karyawan bahwa etika bukan sekedar iseng.
7. Pertahankan Standar yang Tinggi tentang Tingkah Laku, Jangan Hanya Aturan. Tidak ada seorangpun yang dapat mengatur etika dan moral. Akan tetapi manajer, bisa saja membolehkan orang untuk mengetahui tingkat penampilan yang mereka harapkan. Standar tingkah laku sangat penting untuk menekankan bahwa betapa pentingnya etika dalam organisasi. Setiap karyawan harus mengetahui bahwa etika tidak bisa dinegosiasi atau ditawar-tawar.
8. Hindari contoh Etika yang Tercela Setiap Saat. Etika diawali dari Atasan. Atasan harus memberi contoh dan menaruh kepercayaan kepada bawahannya.
9. Ciptakan Budaya yang Menenkankan Komunikasi Dua Arah. Komunikasi dua arah sangat penting, yaitu untuk menginformasikan barang dan jasa yang kita hasilkan dan untuk menerima aspirasi untuk perbaikan perusahaan.
10. Libatkan Karyawan dalam Mempertahankan Standar Etika. Para karyawan diberi kesempatan untuk memberikan umpan balik tentang bagaimana standar etika dipertahankan.
TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN
Selain etika, yang tidak kalah pentingnya adalah pertanggungjawaban sosial perusahaan. Menurut Ronald J. Ebert dan Ricky M. Griffin (2000:83), etika sangat berpengaruh pada tingkah laku individual. Tanggung jawab sosial yang mencoba menjembatani komitmen individu dan kelompok dalam suatu lingkungan sosial seperti pelanggan, perusahaan lain, karyawan, dan investor. Tanggung jawab sosial meyeimbangkan komitmen-komitmen yang berbeda-beda. Menurut Zimmerer ada beberapa macam pertanggungjawaban perusahaan, yaitu :
1. Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan. Perusahaan harus ramah lingkungan, artinya perusahaan harus memperhatikan, melestarikan dan menjaga lingkungan, misalnya tidak membuang limbah yang mencemari lingkungan, berusaha mendaur ulang limbah yang merusak lingkungan, menjalin komunikasi dengan kelompok masyarakat yang ada di lingkungan sekitar.
2. Tanggung Jawab Terhadap Karyawan. Menurut Ronald J. Ebert (2000:89) semua aktivitas manajemen sumber daya manusia seperti perekrutan, pengupahan, pelatihan, promosi, dan kompensasi kesemuanya dalam rangka tanggung jawab perusahaan terhadap karyawan. Menurut Zimmerer (2000) tanggung jawab perusahaan terhadap karyawan dapat dilakukan dengan cara :
• Dengarkan para karyawan dan hormati pendapat mereka.
• Minta input kepada karyawan.
• Berikan umpan balik baik negatif maupun positif.
• Ceritakan selalu kepada mereka tentang kepercayaan.
• Biarkan mereka mengetahui sebenar-benarnya apa yang mereka harapkan.
• Berilah hadiah kepada karyawan yang bekerja dengan baik.
• Percayakanlah mereka.
3. Tanggung jawab Terhadap Pelanggan. Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pelanggan menurut Ronald J. Ebert (2000:88) ada dua kategori, yaitu (1) Menyediakan barang dan jasa yang berkualitas, (2) Memberikan harga produk dan jasa yang adil dan wajar. Tanggung jawab sosial perusahaan juga termasuk melindungi hak-hak pelanggan. Menurutnya ada 4 hak pelanggan, yaitu :
• Hak untuk mendapatkan produk yang aman.
• Hak untuk mendapatkan informasi segala aspek produk.
• Hak untuk didengar.
• Hak untuk memilih apa-apa yang mereka akan beli.
Sedangkan menurut Zimmerer (1996) hak-hak pelanggan yang harus dilindungi meliputi lima :
• Hak Keamanan. Barang dan Jasa yang dihasilkan oleh perusahaan harus berkualitas dan memberikan rasa aman, demikian juga kemasannya.
• Hak untuk Mengetahui. Konsumen berhak untuk mengetahui barang dan jasa yang mereka beli termasuk perusahaan yang menghasilkan barang tersebut.
• Hak untuk Didengar. Komunikasi dua arah harus dibentuk, yaitu untuk menyalurkan keluhan produk dan jasa dari konsumen dan untuk menyampaikan berbagai informasi barang dan jasa dari perusahaan.
• Hak atas Pendidikan. Pelanggan berhak atas pendidikan. Misalnya, pendidikan tentang bagaimana menggunakan dan memelihara produk. Perusahaan harus menyediakan program pendidikan agar mereka tahu informasi barang dan jasa yang akan dibelinya.
• Hak untuk memilih. Hal terpenting dalam persaingan adalah memberi hak untuk memilih barang dan jasa yang mereka perlukan. Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tidak mengganggu persaingan dan mengabaikan undang-undang antitrust.
4. Tanggung Jawab Terhadap Investor. Tanggung jawab perusahaan terhadap Investor adalah menyediakan pengembalian (return) investasi yang menarik diantaranya dengan memaksimumkan laba. Selain itu, perusahaan juga bertanggung jawab untuk melaporkan kinerja keuangannya kepada investor seakurat dan setepat mungkin.
5. Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat. Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya. Misalnya menyediakan pekerjaan dan menciptakan kesehatan dan menyediakan berbagai kontribusi terhadap masyarakat yang berada dilokasi tersebut.
Oleh: Munif Kholifah Sulistiyoningrum
ETIKA DAN NORMA-NORMA BISNIS
Salah satu aspek yang sangat popular dan perlu mendapat perhatian dalam dunia bisnis kita sekarang ini adalah perlunya etika dan moral bisnis. Etika bisnis selain dapat menjamin kepercayaan dan loyalitas dari semua unsur yang berpengaruh pada perusahaan (stakeholder loyality), juga sangat menentukan maju atau mundurnya perusahaan. Menurut Zimmerer (1996:20), etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi. Etika, aslinya adalah suatu komitmen untuk melakukan apa yang benar dan menghindari apa yang tidak benar. Oleh karena itu, perilaku etika berperan melakukan “apa yang benar” dan “baik” untuk menentang apa yang “salah” dan apa yang “buruk”. Menurut Ronald J. Ebert dan Ricky M. Griffin (200:80), etika bisnis adalah suatu istilah yang sering dipergunakan untuk menunjukkan perilaku etika dari seorang manajer atau karyawan suatu organisasi.
Etika bisnis sangat penting untuk mempertahankan loyalitas stakeholder dalam membuat keputusan-keputusan perusahaan dan dalam memecahkan persoalan perusahaan. Mengapa demikian? Karena, semua keputusan perusahaan sangat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh stakeholders. Stakeholders adalah semua individu atau kelompok yang berkepentingan dan berpengaruh terhadap perusahaan. Ada dua jenis stakeholders yang berpengaruh terhadap perusahaan, yaitu internal stakeholders dan external stakeholders. Investor, karyawan, manajemen, dan pimpinan perusahaan sebagai internal stakeholders bersama-sama dengan pelanggan, asosiasi pedagang, kreditor, pemasok, pemerintah, masyarakat umum, dan kelompok khusus yang berkepentingan terhadap perusahaan sebagai external stakeholders semuanya sangat menentukan keputusan-keputusan perusahaan dan menentukan keberhasilan perusahaan. Menurut Zimmerer (1996:21) ada 8 kelompok stakeholders yang mempengaruhi keputusan-keputusan bisnis, yaitu (1) Para pengusaha/ mitra usaha, (2) Petani dan pemasok bahan baku (supplier), (3) Organisasi Pekerja, (4) Pemerintah, (5) Bank, (6) Investor, (7) Masyarakat Umum, (8) Pelanggan dan Konsumen.
(1) Para Pengusaha dan Mitra Usaha
Selain merupakan pesaing, para pengusaha juga merupakan mitra. Sebagai mitra. Para pengusaha merupakan relasi usaha yang dapat bekerja sama dalam menyediakan informasi atau sumber peluang, misalnya akses pasar, akses bahan baku, dan akses sumber daya lainnya. Bahkan mitra usaha dapat berperan sebagai pemasok, pemroses, dan pemasar. Mereka secara bersama-sama menentukan harga jual atau harga beli, menentukan daerah pemasaran, dan menentukan standar barang dan jasa. Loyalitas mitra usaha akan sangat bergantung pada kepuasan yang mereka terima (bagian dari stakeholders satisfaction) dari perusahaan.
(2) Petani dan Perusahaan Pemasok Bahan Baku
Petani dan Perusahaan berperan dalam menyediakan bahan baku. Pasokan bahan baku yang kurang bermutu dan pasokan yang lambat dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Oleh sebab itu, petani dan perusahaan yang memasok bahan baku merupakan faktor yang mempengaruhi keputusan bisnis. Keputusan dalam menentukan kualitas barang dan jasa sangat tergantung juga pada pemasok bahan baku. Sebagai contoh, untuk menghasilkan produk jamu “Air Mancur” atau “Jamu Jago” yang berkualitas tinggi sangat diperlukan bahan baku yang berkualitas yang dihasilkan oleh para petani. Jadi, bahan baku yang berkualitas sangat tergantung pada loyalitas para petani dalam menghasilkan bahan baku. Sebaliknya, loyalitas petani penghasil bahan baku yang tinggi sangat tergantung pada tingkat kepuasan yang mereka terima dari perusahaan baik dalam menentukan kepuasan harga jual bahan baku maupun dalam bentuk insentif lainnya.
(3) Organisasi Pekerja yang Mewakili Pekerja
Organisasi pekerja dapat mempengaruhi keputusan melalui proses tawar menawar secara kolektif. Tawar menawar tingkat upah, jaminan sosial, jaminan kesehatan, konvensasi, dan jaminan hari tua sangat berpengaruh langsung terhadap pengambilan keputusan. Perusahaan yang tidak melibatkan organisasi pekerja dalam pengambilan keputusan sering menimbulkan protes-protes yang mengganggu jalannya perusahaan. Sebagai contoh, unjuk rasa buruh yang terjadi di Indonesia sekarang ini adalah sebagai akibat ketidakpuasan para buruh terhadap keputusan sepihak yang diambil perusahaan. Para buruh kurang dilibatkan dalam pengambilan keputusan-keputusan perusahaan. Ketidakloyalan para pekerja dan protes-protes buruh adalah akibat dari ketidakpuasan mereka terhadap keputusan yang diambil perusahaan.
Ketidakloyalan yang paling tragis adalah ketika perusahaan sedang mengalami penurunan keuntungan akibat krisis ekonomi, justru para pekerja menuntut kenaikan upah dan jaminan kerja yang lebih tinggi. Tuntutan ini sebagai akibat dari kurangnya kepuasan para pekerja dalam hal upah dan jaminan kerja yang tetap rendah saat perusahaan mendapatkan keuntungan yang tinggi.
(4) Pemerintah yang Mangatur Kelancaran Aktivitas Usaha
Pemerintah dapat mengatur kelancaran aktiva usaha melalui serangkaian kebijaksanaan yang dibuatnya. Peraturan-peraturan dan perundang-undangan pemerintah sangat berpengaruh terhadap iklim usaha, Undang-Undang Monopoli, Undang-undang Hak Paten, Hak Cipta, dan peraturan yang melindungi dan mengatur jalannya usaha sangat besar pengaruhnya terhadap dunia usaha. Misalnya pemberian hak monopoli dan tax holiday oleh pemerintah terhadap perusahaan mobil “TIMOR” sebagai produk mobil nasional, menjadikan produk perusahaan tersebut menguasai pasaran. Akan tetapi, ketika pemberian hak monopoli dan pembebasan bea masuk dari pemerintah dikurangi maka pasarannya menjadi berkurang.
(5) Bank Penyedia Dana Perusahaan
Bank selain Berfungsi sebagai jantungnya perekonomian secara makro juga sebagai lembaga yang dapat menyediakan dana perusahaan. Neraca-neraca perbankan yang kurang likuid dapat mempengaruhi neraca-neraca perusahaan yang tidak likwid juga. Sebaliknya neraca-neraca perusahaan yang kurang likwid dapat mempengaruhi keputusan bank dalam menyediakan dan bagi perusahaan. Bunga kredit bank dan persyaratan-persyaratan yang dibuat bank penyandang dana sangat besar pengaruhnya terhadap keputusan yang diambil dalam bisnis. Sebagai contoh, krisis neraca perbankan yang terjadi di Indonesia mengakibatkan krisis neraca perusahaan-perusahaan baik perusahaan skala kecil, menengah, dan besar.
(6) Investor Penanam Modal
Investor penyandang dana dapat mempengaruhi perusahaan melalui serangkain persyaratan yang diajukan. Persyaratan tersebut akan mengikat dan sangat besar pengaruhnya dalam pengambilan keputusan. Misalnya, Investor hanya bersedia menanam modalnya di Indonesia apabila modal yang di Investasikannya menjamin pengembalian investasi (return on investment) yang besar. Untuk itu, para investor sering kali menerapkan persyaratan manajemen mereka, misalnya standart tenaga kerja, standar bahan baku, standart produk, dan aturan lainnya. Jadi, loyalitas investor sangat tergantung pada tingkat kepuasan investor dalam menanam modalnya.
(7) Masyarakat Umum yang Dilayani
Masyarakat umum yang dilayani dapat mempengaruhi keputusan bisnis. Mereka akan merespon dan memberikan informasi tentang bisnis kita. Mereka juga merupakan konsumen yang akan menentukan keputusan-keputusan perusahaan baik dalam menentukan produk barang dan jasa yang dihasilkan maupun dalam menentukan tehnik yang digunakan. Respon terhadap operasi perusahaan, kualitas barang, harga barang, jumlah barang, dan pelayanan perusahaan mempengaruhi keputusan-keputusan perusahaan. Harga dan kualitas barang serta pelayanan perusahaan kepada masyarakat yang kurang memuaskan akan menciptakan citra perusahaan menjadi rusak. Ini berarti loyalitas masyarakat (sebagai bagian dari stakeholders) terhadap perusahaan menjadi rendah sebagai akibat dari rendahnya kepuasan yang mereka terima dari perusahaan.
(8) Pelanggan yang Membeli Produk
Pelanggan yang membeli produk secara langsung dapat mempengaruhi keputusan bisnis. Barang dan jasa apa yang akan dihasilkan, berapa jumlahnya dan tehnologi bagaimana yang diperlukan sangat ditentukan oleh pelanggan dan mempengaruhi keputusan-keputusan bisnis.
Selain kelompok-kelompok tersebut diatas, beberapa kelompok lain yang berperan dalam perusahaan adalah para stakeholders kunci (key stakeholders) seperti manajer, direktur dan kelompok khusus.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa loyalitas para stakeholders (stakeholders loyalty) sangat tergantung pada kepuasan para stakeholders (stakeholders satisfaction). Menurut Ronald J. Ebert (2000:182), jika seseorang menyenangi suatu pekerjaan, maka ia akan merasa puas. Bila merasa puas maka akan memiliki moral yang tinggi. Mathieu Paquerot (2000) seorang Guru Besar University of La Rochelle Prancis, dalam makalahnya “Stakeholders Loyalty” mengemukakan bahwa kepuasan stakeholders (stakeholders satisfaction) akan mendorong loyalitas para stakeholders (stakeholders loyalty) terhadap perusahaan. Menurutnya, “ … loyalty should help the organization to create differentiation. Loyalty is a barrier to entry for after competitors”. Loyalitas dari para stakeholders dapat mendorong perusahaan untuk menciptakan diferensiasi. Oleh karena loyalitas dapat mendorong diferensiasi, maka loyalitas stakeholders akan menjadi hambatan (barrier) bagi para pesaing. Ingat bahwa diferensiasi merupakan bagian dari generik strategi untuk memenangkan persaingan (Porter, 1998).
Jelaslah, bahwa etika bisnis merupakan landasan penting dan harus diperhatikan terutama untuk menciptakan dan melindungi reputasi (goodwill) perusahaan. Oleh sebab itu, menurut Zimmerer, etika bisnis merupakan masalah yang sangat sensitive dan kompleks. Mengapa demikian ? Menurutnya, karena membangun etika untuk mempertahankan reputasi (goodwill) lebih sukar ketimbang mengahancurkan.
Selain etika dan perilaku yang tidak kalah pentingnya dalam bisnis adalah norma etika. Menurut Zimmerer (1996:22) ada tiga tingkatan norma etika, yaitu :
1. Hukum. Hukum berlaku bagi masyarakat secara umum yang mengatur mana perbuatan yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Hukum hanya mengatur standar perilaku minimum.
2. Kebijakan dan Prosedur Organisasi. Kebijakan dan Prosedur Organisasi memberi arahan khusus bagi setiap orang dalam organisasi dalam mengambil keputusan sehari-harinya. Para karyawan akan bekerja sesuai dengan kebijakan dn prosedur perusahaan/ organisasi.
3. Moral Sikap Mental Individual. Sikap mental individual sangat penting untuk menghadapi suatu keputusan yang tidak diatur oleh aturan formal. Nilai moral dan sikap mental individual biasanya berasal dari keluarga, agama, dan sekolah. Sebagian lagi yang menentukan etika perilaku adalah pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Kebijakan dan aturan perusahaan sangat penting terutama untuk membantu, mengurangi, mempertinggi pemahaman karyawan tentang etika perilaku.
Menurut Zimmerer (1996), kerangka kerja etika dapat dikembangkan melalui tiga tahap :
Tahap Pertama, mengakui dimensi-dimensi etika yang ada sebagai suatu alternatif atau suatu keputusan. Artinya, sebelum wirausaha menginformasikan suatu keputusan etika yang dibuat, lebih dahulu ia harus mengakui etika yang ada.
Tahap Kedua, mengidentifikasikan stakeholders kunci yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Setiap keputusan bisnis akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh barbagai stakeholders. Karena konflik dalam stakeholders dapat mempengaruhi pembuatan keputusan, maka sebelum keputusan itu dibuat terlebih dahulu harus dihindari konflik antar stakeholders.
Tahap Ketiga, membuat pilihan alternatif dan membedakan antara respons dan bukan etika. Ketika membuat pilihan alternatif respon etika dan bukan etika, serta mengevaluasi mana dampak negatif dan dampak positifnya, manajer akan menemukan beberapa hal sebagai berikut :
a. Prinsip-prinsip dan etika perilaku.
b. Hak-hak moral.
c. Keadilan.
d. Konsekuensi dan Hasil.
e. Pembenaran Publik.
f. Intuisi dan pengertian/ wawasan.
Tahap Keempat adalah memilih respon etika yang terbaik dan mengimplementasikannya. Pilihan tersebut harus konsisten dengan tujuan, budaya, dan sistem nilai perusahaan serta dengan keputusan individu-individu.
Siapakah fihak yang bertanggung jawab terhadap moral etika dalam perusahaan ? Menurut Zimmerer, fihak yang bertanggung jawab terhadap moral etika adalah manajer. Oleh karena itu, ada tiga tipe manajer dilihat dari sudut etikanya, yaitu :
1. Manajer Immoral. Manajer Immoral didorong oleh Sumber : Thomas W. Zimmerer, Norman M. Scarborough, Entrepreneurship and The New Ventura Formation 1996 hal. 21, alasan kepentingan dirinya sendiri demi keuntungan sendiri atau perusahaannya. Kekuatan yang menggerakkan manajemen Imoral adalah kerakusan/ ketamakan, yaitu berupa prestasi organisasi atau keberhasilan personal. Manajemen immoral merupakan kutub yang berlawanan dengan manajemen etika. Misalnya, pengusaha yang menggaji karyawannya dengan gaji dibawah upah fisik minimum atau perusahaan yang meniru produk-produk perusahaan lain, atau perusahaan percetakan yang memperbanyak cetakannya melebihi kesepakatan dengan pemegang hak cipta dan sebagainya.
2. Manajemen Amoral. Tujuan utama dari manajemen amoral adalah juga profit, akan tetapi tindakannya berbeda dengan manajemen immoral. Ada satu cara kunci yang membedakannya, yaitu mereka tidak dengan sengaja melanggar hukum atau norma etika. Bahkan pada manajemen amoral adalah bebas kendali dalam mengambil keputusan, artinya mereka tidak mempertimbangkan etika dalam mengambil keputusan. Salah satu contoh dari manajemen amoral adalah penggunaan test lie detector bagi calon karyawan.
3. Manajemen Moral. Manajemen moral juga bertujuan untuk meraih keberhasilan, tetapi dengan menggunakan aspek legal dan prinsip-prinsip etika. Filosofi manajer moral selalu melihat hukum sebagai standar minimum untuk beretika dalam perilaku.
PRINSIP-PRINSIP ETIKA DAN PERILAKU BISNIS
Menurut pendapat Michael Josephson (1988) yang dikutip oleh Zimmerer (1996:27-28), secara universal, ada 10 prinsip etika yang mengarahkan perilaku, yaitu :
(1) Kejujuran (Honesty), yaitu penuh kepercayaan, bersifat jujur, sungguh-sungguh, blak-blakan, terus terang : tidak curang, tidak mencuri, tidak menggelapkan dan tidak berbohong.
(2) Integritas (Integrity), yaitu memegang prinsip, melakukan kegiatan yang terhormat, tulus hati, berani dan penuh pendirian/ keyakinan, tidak bermuka dua, tidak berbuat jahat dan saling percaya.
(3) Memelihara janji (Promise Keeping), yaitu selalu mentaati janji, patut dipercaya, penuh komitmen, patuh, jangan menginterprestasikan persetujuan dalam bentuk teknikal atau legalistic dengan dalih ketidakrelaan.
(4) Kesetiaan (Fidelity), yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, teman, karyawan, dan negara; jangan menggunakan atau memperlihatkan informasi yang diperoleh dalam kerahasiaan; begitu juga dalam suatu konteks professional, jaga/ lindungi kemampuan untuk membuat keputusan professional yang bebas dan teliti, hindari hal yang tidak pantas dan konflik kepentingan.
(5) Kewajaran/ Keadilan (Fairness), yaitu berlaku adil dan berbudi luhur; bersedia untuk mengakui kesalahan; dan memperlihatkan komitmen keadilan, persamaan perlakuan individual dan toleran terhadap perbedaan, jangan bertindak melampaui batas atau mengambil keuntungan yang tidak pantas dari kesalahan atau kemalangan orang lain.
(6) Suka Membantu Orang Lain (Caring for Others), yaitu saling membantu, berbaik hati, belas kasihan, tolong menolong, kebersamaan dan menghindari segala sesuatu yang membahayakan orang lain.
(7) Hormat kepada Orang Lain (Respect for Others), yaitu menhormati martabat manusia, mengjormati kebebasan dan hak untuk menentukan nasib sendiri bagi semua orang, bersopan santun, jangan merendahkan diri seseorang, jangan mempermalukan seseorang dan jangan merendahkan martabat orang lain.
(8) Kewarganegaraan yang Bertanggung Jawab (Resposssibility Citizenship), yaitu selalu mentaati hukum/ aturan, penuh kesadaran sosial, menghormati proses demokrasi dalam mengambil keputusan.
(9) Mengejar Keunggulan (Pursuit of Excellence), yaitu mengejar keunggulan dalam hal, baik dalam pertemuan personal maupun pertanggung jawaban professional, tekun, dapat dipercaya/ diandalkan, rajin , getol, dan penuh komitmen, melakukan semua tugas dengan yang terbaik berdasar kemampuan, mengembangkan dan mempertahankan tingkat kompetensi yang tinggi.
(10) Dapat Dipertanggungjawabkan (Accountability), yaitu memiliki tanggung jawab, menerima tanggung jawab atas keputusan dan konsekuensinya, dan selalu memberi contoh.
CARA-CARA MEMPERTAHANKAN STANDAR ETIKA
1. Ciptakan Kepercayaan Perusahaan. Kepercayaan perusahaan dalam menetapkan nilai-nilai perusahaan yang berdasar tanggung jawab etika bagi stakeholders.
2. Kembangkan Kode Etik. Kode etik merupakan suatu catatan tentang standar tingkah laku dan prinsip-prinsip etika yang diharapkan perusahaan dan karyawan.
Topik-topik khas yang ada pada suatu kode etik biasanya memuat tentang :
a. Ketulusan hati secara fundamental dan ketaan pada hukum.
b. Kualitas dan keamanan tempat kerja.
c. Kesehatan dan keamanan tempat kerja.
d. Konflik kepentingan (conflic interest).
e. Praktik dan latihan karyawan.
f. Praktik pemasaran dan penjualan.
g. Keamanan dan kebebasan.
h. Kegiatan berpolitik.
i. Pelaporan finansial.
j. Hubungan dengan pemasok (supplier).
k. Penentuan harga, pengajuan rekening, dan kontrak.
l. Jaminan dagang (insider information).
m. Pembayaran untuk mendapatkan usaha.
n. Perlindungan lingkungan
o. Informasi pemilikan.
p. Keamanaan kemasan.
3. Jalankan Kode Etik Secara Adil dan Konsisten. Manajer harus mengambil tindakan apabila mereka melanggar etika. Bila karyawan mengetahui, bahwa yang melanggar etika tidak dihukum, maka kode etik menjadi tidak berarti apa-apa.
4. Lindungi Hak Perorangan. Akhir dari semua keputusan setiap etika sangat tergantung pada individu. Melindungi seseorang dengan kekuatan prinsip-prinsip moral dan nilai-nilainya merupakan jaminan yang terbaik untuk menghindari penyimpangan etika. Untuk membuat keputusan-keputusan etika seseorang harus memiliki : (a) Komitmen Etika, yaitu tekat seseorang untuk bertindak secara etis dan melakukan sesuatu yang benar, (b) Kesadaran Etika, yaitu kemampuan untuk merasakan implikasi etika dari suatu situasi, (c) Kemampuan Kompetensi, yaitu kemampuan untuk menggunakan suara pikiran moral dan mengembangkan strategi pemecahan masalah secara praktis.
5. Adakan Pelatihan Etika. Balai kerja (workshop) merupakan alat untuk meningkatkan kesadaran para karyawan.
6. Lakukan Audit Etika Secara Periodik. Audit merupakan cara yang terbaik untuk mengevaluasi efektifitas sistem etika. Hasil evaluasi tersebut akan memberikan suatu sinyal kepada karyawan bahwa etika bukan sekedar iseng.
7. Pertahankan Standar yang Tinggi tentang Tingkah Laku, Jangan Hanya Aturan. Tidak ada seorangpun yang dapat mengatur etika dan moral. Akan tetapi manajer, bisa saja membolehkan orang untuk mengetahui tingkat penampilan yang mereka harapkan. Standar tingkah laku sangat penting untuk menekankan bahwa betapa pentingnya etika dalam organisasi. Setiap karyawan harus mengetahui bahwa etika tidak bisa dinegosiasi atau ditawar-tawar.
8. Hindari contoh Etika yang Tercela Setiap Saat. Etika diawali dari Atasan. Atasan harus memberi contoh dan menaruh kepercayaan kepada bawahannya.
9. Ciptakan Budaya yang Menenkankan Komunikasi Dua Arah. Komunikasi dua arah sangat penting, yaitu untuk menginformasikan barang dan jasa yang kita hasilkan dan untuk menerima aspirasi untuk perbaikan perusahaan.
10. Libatkan Karyawan dalam Mempertahankan Standar Etika. Para karyawan diberi kesempatan untuk memberikan umpan balik tentang bagaimana standar etika dipertahankan.
TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN
Selain etika, yang tidak kalah pentingnya adalah pertanggungjawaban sosial perusahaan. Menurut Ronald J. Ebert dan Ricky M. Griffin (2000:83), etika sangat berpengaruh pada tingkah laku individual. Tanggung jawab sosial yang mencoba menjembatani komitmen individu dan kelompok dalam suatu lingkungan sosial seperti pelanggan, perusahaan lain, karyawan, dan investor. Tanggung jawab sosial meyeimbangkan komitmen-komitmen yang berbeda-beda. Menurut Zimmerer ada beberapa macam pertanggungjawaban perusahaan, yaitu :
1. Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan. Perusahaan harus ramah lingkungan, artinya perusahaan harus memperhatikan, melestarikan dan menjaga lingkungan, misalnya tidak membuang limbah yang mencemari lingkungan, berusaha mendaur ulang limbah yang merusak lingkungan, menjalin komunikasi dengan kelompok masyarakat yang ada di lingkungan sekitar.
2. Tanggung Jawab Terhadap Karyawan. Menurut Ronald J. Ebert (2000:89) semua aktivitas manajemen sumber daya manusia seperti perekrutan, pengupahan, pelatihan, promosi, dan kompensasi kesemuanya dalam rangka tanggung jawab perusahaan terhadap karyawan. Menurut Zimmerer (2000) tanggung jawab perusahaan terhadap karyawan dapat dilakukan dengan cara :
• Dengarkan para karyawan dan hormati pendapat mereka.
• Minta input kepada karyawan.
• Berikan umpan balik baik negatif maupun positif.
• Ceritakan selalu kepada mereka tentang kepercayaan.
• Biarkan mereka mengetahui sebenar-benarnya apa yang mereka harapkan.
• Berilah hadiah kepada karyawan yang bekerja dengan baik.
• Percayakanlah mereka.
3. Tanggung jawab Terhadap Pelanggan. Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pelanggan menurut Ronald J. Ebert (2000:88) ada dua kategori, yaitu (1) Menyediakan barang dan jasa yang berkualitas, (2) Memberikan harga produk dan jasa yang adil dan wajar. Tanggung jawab sosial perusahaan juga termasuk melindungi hak-hak pelanggan. Menurutnya ada 4 hak pelanggan, yaitu :
• Hak untuk mendapatkan produk yang aman.
• Hak untuk mendapatkan informasi segala aspek produk.
• Hak untuk didengar.
• Hak untuk memilih apa-apa yang mereka akan beli.
Sedangkan menurut Zimmerer (1996) hak-hak pelanggan yang harus dilindungi meliputi lima :
• Hak Keamanan. Barang dan Jasa yang dihasilkan oleh perusahaan harus berkualitas dan memberikan rasa aman, demikian juga kemasannya.
• Hak untuk Mengetahui. Konsumen berhak untuk mengetahui barang dan jasa yang mereka beli termasuk perusahaan yang menghasilkan barang tersebut.
• Hak untuk Didengar. Komunikasi dua arah harus dibentuk, yaitu untuk menyalurkan keluhan produk dan jasa dari konsumen dan untuk menyampaikan berbagai informasi barang dan jasa dari perusahaan.
• Hak atas Pendidikan. Pelanggan berhak atas pendidikan. Misalnya, pendidikan tentang bagaimana menggunakan dan memelihara produk. Perusahaan harus menyediakan program pendidikan agar mereka tahu informasi barang dan jasa yang akan dibelinya.
• Hak untuk memilih. Hal terpenting dalam persaingan adalah memberi hak untuk memilih barang dan jasa yang mereka perlukan. Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tidak mengganggu persaingan dan mengabaikan undang-undang antitrust.
4. Tanggung Jawab Terhadap Investor. Tanggung jawab perusahaan terhadap Investor adalah menyediakan pengembalian (return) investasi yang menarik diantaranya dengan memaksimumkan laba. Selain itu, perusahaan juga bertanggung jawab untuk melaporkan kinerja keuangannya kepada investor seakurat dan setepat mungkin.
5. Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat. Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya. Misalnya menyediakan pekerjaan dan menciptakan kesehatan dan menyediakan berbagai kontribusi terhadap masyarakat yang berada dilokasi tersebut.
Jumat, 15 April 2011
SEPENGGAL PERJALANANKU
SEPENGGAL PERJALANANKU
Oleh: Munif Kholifah Sulistiyoningrum
Mobil kami melewati jalan kecil di daerah Pagedongan, Banjarnegara. Sisa-sisa tanah longsor terlihat begitu jelas, longsor terjadi akibat hujan deras selama sehari semalam yang tengah mengguyur wilayah itu. Mobil terus melaju di jalanan yang setiap saat terancam longsor mengingat masih begitu labilnya tanah.
"Lihat sebelah sana Ma, itu kuburan desa." Kata suamiku. Kami bertiga yang kesemuanya berada dalam mobil menoleh ke sebelah kiri, tempat yang dimaksud suamiku. Gundukan-gundukan tanah terlihat begitu tak beraturan. Sejauh mata memandang tak kutemukan pepohonan nan hijau dan rumah-rumah warga yang berhimpitan. Semuanya nyaris rata dengan tanah.
Kelurahan Tegalgiri, Kecamatan Pagedongan, Kabupaten Banjarnegara. Dulunya, warga yang tinggal di sini begitu ramai. Setiap pagi mereka sibuk dengan rutinitas sehari-hari. Kini tempat-tempat tersebut telah menjadi kenangan yang begitu memilukan bagi siapa saja yang mengingatnya. Seluruh harta dan rumah warga tenggelam bersama lebih dari seratus nyawa yang melayang.
Kadang-kadang, tak berapa lama setelah kejadian itu, ada saja warga yang masih berusaha mencari keluarga atau tetangganya. Namun yang mereka dapat justru lebih menyakitkan. Potongan-potongan tubuh di balik tanah, atau bahkan yang tersangkut di pinggir sungai.
Tujuan kami ke sini sebenarnya bukan untuk membahas bencana alam yang melanda daerah Banjarnegara. Kami sekeluarga sedang dalam perjalanan liburan di kota tersebut. Namun kami merasa heran tentang tradisi masyarakat Indonesia yang menjadikan kawasan bencana sebagai tempat wisata dadakan.
Di sini, kuburan masal yang telah merenggut banyak jiwa kini menjadi daerah wisata. Bahkan saking antusiasnya warga untuk melihat, akses jalan menuju kuburan masal di Tegalgiri sering macet. Mereka yang berebut datang bukan untuk membantu warga yang tertimpa musibah, namun lebih kepada melihat sisa-sisa musibah sebagi tontonan. Seperti melakukan perjalanan wisata. Sungguh fenomena yang sangat memprihatinkan.
Tanah longsor di Banjarnegara terjadi pada selasa petang 16 Maret 2010. Rumah-rumah penduduk jadi rata dengan tanah, jembatan terbelah jadi dua, mayat-mayat bergelimpangan. Kebanyakan tewas karena tertimpa tanah longsor atau tertimpa bangunan karena tak sempat lari keluar.
Perjalanan kami berakhir di sebuah rumah yang masih kokoh berdiri, meski di sana sini ada tembok yang rengat akibat tanah longsor. Di dalamnya terdapat orang-orang dari salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat yang datang dari Jakarta khusus untuk menangani anak-anak yang menjadi korban gempa. Selama di sini, mereka akan membantu memulihkan kondisi fisik dan psikologis anak-anak yang trauma akibat kejadian silam.
Tiba-tiba aku tersentak bangun dari tidurku. Aku lihat disebelahku masih ada suami dan anakku tercinta. Alhamdulillah. Aku ucap syukur kehadirat Allah SWT. Ternyata aku masih di rumahku sendiri. Mungkin aku hanya terlalu larut dalam kesedihan yang menimpa saudara-saudaraku yang ada di Banjarnegara, karena sebelumnya aku melihat bencana tanah longsor di Banjarnegara lewat tayangan di televisi. Dan aku lupa untuk mendoakan mereka. Alhamdulillah sekali lagi, karena Allah lebih menyayangiku dengan memberi teguran bahwa aku belum mendoakan saudara-saudaraku yang ada di sana. Doa, hanya itu yang bisa aku berikan untuk mereka. Semoga Allah mengabulkan doaku. Amin.
Oleh: Munif Kholifah Sulistiyoningrum
Mobil kami melewati jalan kecil di daerah Pagedongan, Banjarnegara. Sisa-sisa tanah longsor terlihat begitu jelas, longsor terjadi akibat hujan deras selama sehari semalam yang tengah mengguyur wilayah itu. Mobil terus melaju di jalanan yang setiap saat terancam longsor mengingat masih begitu labilnya tanah.
"Lihat sebelah sana Ma, itu kuburan desa." Kata suamiku. Kami bertiga yang kesemuanya berada dalam mobil menoleh ke sebelah kiri, tempat yang dimaksud suamiku. Gundukan-gundukan tanah terlihat begitu tak beraturan. Sejauh mata memandang tak kutemukan pepohonan nan hijau dan rumah-rumah warga yang berhimpitan. Semuanya nyaris rata dengan tanah.
Kelurahan Tegalgiri, Kecamatan Pagedongan, Kabupaten Banjarnegara. Dulunya, warga yang tinggal di sini begitu ramai. Setiap pagi mereka sibuk dengan rutinitas sehari-hari. Kini tempat-tempat tersebut telah menjadi kenangan yang begitu memilukan bagi siapa saja yang mengingatnya. Seluruh harta dan rumah warga tenggelam bersama lebih dari seratus nyawa yang melayang.
Kadang-kadang, tak berapa lama setelah kejadian itu, ada saja warga yang masih berusaha mencari keluarga atau tetangganya. Namun yang mereka dapat justru lebih menyakitkan. Potongan-potongan tubuh di balik tanah, atau bahkan yang tersangkut di pinggir sungai.
Tujuan kami ke sini sebenarnya bukan untuk membahas bencana alam yang melanda daerah Banjarnegara. Kami sekeluarga sedang dalam perjalanan liburan di kota tersebut. Namun kami merasa heran tentang tradisi masyarakat Indonesia yang menjadikan kawasan bencana sebagai tempat wisata dadakan.
Di sini, kuburan masal yang telah merenggut banyak jiwa kini menjadi daerah wisata. Bahkan saking antusiasnya warga untuk melihat, akses jalan menuju kuburan masal di Tegalgiri sering macet. Mereka yang berebut datang bukan untuk membantu warga yang tertimpa musibah, namun lebih kepada melihat sisa-sisa musibah sebagi tontonan. Seperti melakukan perjalanan wisata. Sungguh fenomena yang sangat memprihatinkan.
Tanah longsor di Banjarnegara terjadi pada selasa petang 16 Maret 2010. Rumah-rumah penduduk jadi rata dengan tanah, jembatan terbelah jadi dua, mayat-mayat bergelimpangan. Kebanyakan tewas karena tertimpa tanah longsor atau tertimpa bangunan karena tak sempat lari keluar.
Perjalanan kami berakhir di sebuah rumah yang masih kokoh berdiri, meski di sana sini ada tembok yang rengat akibat tanah longsor. Di dalamnya terdapat orang-orang dari salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat yang datang dari Jakarta khusus untuk menangani anak-anak yang menjadi korban gempa. Selama di sini, mereka akan membantu memulihkan kondisi fisik dan psikologis anak-anak yang trauma akibat kejadian silam.
Tiba-tiba aku tersentak bangun dari tidurku. Aku lihat disebelahku masih ada suami dan anakku tercinta. Alhamdulillah. Aku ucap syukur kehadirat Allah SWT. Ternyata aku masih di rumahku sendiri. Mungkin aku hanya terlalu larut dalam kesedihan yang menimpa saudara-saudaraku yang ada di Banjarnegara, karena sebelumnya aku melihat bencana tanah longsor di Banjarnegara lewat tayangan di televisi. Dan aku lupa untuk mendoakan mereka. Alhamdulillah sekali lagi, karena Allah lebih menyayangiku dengan memberi teguran bahwa aku belum mendoakan saudara-saudaraku yang ada di sana. Doa, hanya itu yang bisa aku berikan untuk mereka. Semoga Allah mengabulkan doaku. Amin.
Langganan:
Postingan (Atom)